'Si Kepala Emas' Kenang Tumpak Sihite, Sama-sama Bangun Marwah PSMS

Tumpak keras tapi humoris

Medan, IDN Times - Kepergian Tumpak Uli Sihite (TUS) menyisakan duka mendalam bagi Tumsila yang merupakan sahabat karibnya. Mantan penyerang PSMS era 60-an yang dijuluki Golden Head (kepala emas) dari Indonesia ini mengaku sangat sedih mengingat kedekatan yang sudah terbilan lama, mulai dari PSMS hingga Timnas PSSI.

Seperti diketahui, Tumpak Uli Sihite menghadap Tuhan yang Maha Esa setelah mengembuskan nafas terakhir di Jakarta, Kamis (20/6) sekira pulul 10.30 WIB. Dia meninggal duni pada usia 77 tahun.

1. Masih sering bereuni meski Tumpak berada di Jakarta

'Si Kepala Emas' Kenang Tumpak Sihite, Sama-sama Bangun Marwah PSMSIDN Times/Hasudungan N

Jarak bukan jadi halangan bagi Tumsila di Medan dan Tumpak di Jakarta untuk bertemu. Keduanya kerap bereuni di setiap kesempatan, baik di Medan maupun di Jakarta.

"Terakhir kami ketemu di Gedung Mantan PSMS, itu sekitar setahun yang lalu. Dia naik becak itu biasanya ke Kebun Bunga. Dia asal datang ke Medan, selalu kontak saya. Kami bercerita, makan sama. Pulangnya saya antar ke Glugur, tempat anaknya," kata Tumsila yang memiliki sundulan maut saat bermain bola. Makanya dia dijuluki Golden Head alias si Kepala Emas dari Indonesia.

Di Jakarta pun demikian. Tumsila kerap bertamu ke mana pun Tumpak berada. "Biasanya kami ketemu di PSSI. Dia kan orang lama di pengurus di PSSI, jadi kami ketemu di sana," ujar Tumsilan.

Pada saat gala dinner PSMS di Jakarta Tahun 2015, keduanya pun ada. Gala dinner berlangsung di Hotel Century, Jakarta, 21 November 2015 silam. Kegiatan tersebut diprakarsai para pengusaha sukses dan tokoh politik yang berasal dari Sumut untuk mendukung pendanaan PSMS. Para legenda dan mantan pemain turut dihadirkan.

2. "Tumpak orangnya pekerja keras, tapi suka humor"

'Si Kepala Emas' Kenang Tumpak Sihite, Sama-sama Bangun Marwah PSMSDok.IDN Times/istimewa

Tumpak Uli Sihite melewati banyak waktu dalam hidupnya bersama sepak bola. Usai pensiun sebagai pemain pada tahun 1973, TUS menjadi pelatih di sejumlah klub termasuk PSDS Deli Serdang.

Tumsila bercerita, sosok Tumpak begitu keras saat di lapangan sepak bola. "Tapi tidak kasar. Dia main di bek kanan. Pokoknya dia pemain yang tidak ada takutnya. Dia memberi semangat untuk pemain lain," kenang Tumsila.

Di luar lapangan, Tumpak justru sangat berjiwa humoris. Tumsila mengakui akan hal tersebut. "Kalau di luar lapangan di bagus, suka melucu lah. Berkawan juga bagus. Dia itu tidak pernah lupa sama PSMS. Kami kadang sudah bahas PSMS juga," lanjutnya.

3. Bersama bangun marwah PSMS

'Si Kepala Emas' Kenang Tumpak Sihite, Sama-sama Bangun Marwah PSMSDok.IDN Times/istimewa

Tumsila dan Tumpak bisa dibilang se-angkatan saat aktif bermain sepak bola. Bedanya, Tumpak lebih dulu dipanggil Timnas PSSI Junior Tahun 1966, sedangkan Tumsila lebih dulu main di PSMS Tahun 1967 di bawah asuhan pelatih Yusuf Siregar.

"Bisa dibilang kami se-angkatan lah. Tahun 1967 saya duluan di PSMS sebagai pemain muda. Seniornya da Ipong, Sukiman, Muslim, Jamal dan lainnya. Kami juara. Barulah di 1972 kami sama bawa PSMS juara Suharto Cup," kenangnya.

"Kami juga pernah main di Pomnas Palembang tahun 70-an. Kami satu tim dan juara juga saat itu," lanjut Tumsila.

Tumsila kini hanya bisa berdoa untuk karibnya tersebut. "Sangat bersedih dengar kabar ini. Saya berdoa semoga amal dan ibadahnya diterima Allah. Untuk keluarga yang ditinggal tetap kuat dan tabah," tutupnya.

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya