[KLASIK] Semi Final 98/99, Persebaya vs PSMS: Dream Team Keteteran

Usai laga itu Sahari Gultom dipanggil timnas

Medan, IDN Times - PSMS melalui laga demi laga penuh cerita sejak 72 tahun berdiri. Banyak pertandingan yang berbekas dan diingat suporter. Setiap pertandingan punya ceritanya sendiri. IDN Times mengajak pembaca mengenang kembali laga-laga penuh gengsi klub berlambang daun tembakau ini dalam kolom Klasik.

Salah satu laga klasik yang berbekas adalah laga semi final kontra Persebaya pada Divisi Utama Liga Indonesia 1998/1999 yang digelar 1 April 1999. Yuk flashback ke laga mendebarkan tersebut dan menjadi saksi bagaimana PSMS mampu merepotkan sang juara bertahan meski harus gagal ke final.

1. PSMS dibesut Suimin Diharja dan mengandalkan pemain-pemain lokal

[KLASIK] Semi Final 98/99, Persebaya vs PSMS: Dream Team KeteteranPSMS jelang laga kontra Persebaya (Dok.Slamet Riyadi)

Pascareformasi 1998 dan terhentinya kompetisi, Liga Indonesia akhirnya digelar lagi dengan musim Divisi Utama 1998/1999. PSMS Medan pun memulai lagi tim dengan materi yang nyaris sama seperti sebelumnya. Soalnya sebelum kompetisi dihentikan pada 1998, PSMS memuncaki klasemen wilayah tengah.

Masih dibesut 'pelatih kampung' Suimin Diharja, dan anak-anak Medan berbakat yang dipoles dengan gaya main yang penuh fanatisme. Hanya saja kali ini tak ada lagi Saphou Lassy yang jadi bomber andalan di musim 1997/1998. Ada tiga legiun asing asal Afrika, Oum Luc Junior, Bako Sadissou dan Jean-Michel Babouaken sebagai amunisi baru.

Musim itu terasa identik karena semua tim mengenakan jersey yang mirip yakni jersey warna khas masing-masing tim dengan strip hitam berlogo Reebok. 

Singkat cerita, PSMS lolos ke babak 10 besar dengan posisi juara wilayah mengunci 20 poin. Mereka lolos ke semifinal sebagai runner up grup B di bawah Persija Jakarta dengan koleksi 6 poin.

PSMS pun harus bertemu Persebaya di babak semi final. Stadion Gelora Bung Karno atau dulu disebut Senayan menjadi tuan rumah semi final. Laga lainnya Persija menghadapi PSIS.

2. PSMS berstatus underdog, sementara Persebaya berjuluk The Dream Team karena bertabur bintang dan berstatus juara bertahan

[KLASIK] Semi Final 98/99, Persebaya vs PSMS: Dream Team Keteteransejarahpersebaya.com

PSMS saat itu berstatus underdog karena menghadapi Persebaya yang notabene juara bertahan dan diperkuat para penggawa timnas seperti Anang Ma'ruf, Aji Santoso, Hendro Kartiko, Bejo Sugiantoro, Eri Irianto, Yusuf Ekodono, Yosep Lewono, Khairil Anwar dan lainnya. Ditambah pemain asing Musa Kallon, dan Reinald Pieterz. Mereka dibesut Rudi Bahalwan.

Pola 3-5-2 menjadi pola andalan Suimin dan diandalkan hingga semifinal. Pada laga itu Sahari Gultom di bawah mistar dilapisi kapten Slamet Riyadi, Ardi Mulyono, dan Oum Luc Junior. Di tengah bercokol Affan Lubis, Abdul Rahman, Muklis (kini almarhum) dan Dedi Freddy. Sementara di depan duet Bako dan Babouaken jadi andalan. 

"Waktu itu kami underdog karena memang tidak diunggulkan. Target kami hanya main 10 besar dan main di Senayan. Rata-rata pemain semua mimpinya seperti itu saat itu. Tapi kami berhasil lewati 10 besar setelah menumbangkan PKT dan menahan PSM. Sementara Persebaya memang juara bertahan dan banyak pemain timnas. Mereka diunggulkan lagi sebagai juara di kompetisi itu, tapi kami main fight saja tanpa beban," kenang Sahari Gultom, kiper PSMS kepada IDN Times.

Baca Juga: Fakta Sejarah PSMS di Usia 70 Tahun, Ternyata Pernah Treble Winners

3. PSMS memberi perlawanan, sempat tertinggal, Babouaken menyamakan skor tujuh menit terakhir

[KLASIK] Semi Final 98/99, Persebaya vs PSMS: Dream Team Keteteransuperwaw.com/Dokumen Tabloid Bola

Laga ketat tersaji. PSMS tak gentar menghadapi Bajul Ijo yang bertabur bintang. Persebaya kesulitan menembus pertahanan PSMS yang dikawal duet Ardi Mulyono, dan Slamet Riyadi. Belum lagi ketangguhan Sahari Gultom di bawah mistar yang tampil cukup tenang sore itu.

PSMS sempat beberapa kali mengancam lewat Babouaken dan Bako. Namun Hendro Kartiko juga tampil apik di bawah mistar. 

Persebaya akhirnya butuh waktu 70 menit untuk menggetarkan jala PSMS. Sebuah umpan lambung ke pertahanan PSMS gagal ditanduk bek PSMS. Bola akhirnya langsung disambar Yusuf Ekodono yang sambil menjatuhkan diri melepaskan tendangan ke sudut kanan gawang Sahari Gultom.

"Sempat berharap saat Baboauken menjebol gawang Persebaya dan laga dilanjutkan dengan adu penalti," kata Gultom.

4. Gultom tepis penalti Aji Santoso tapi dua eksekutor PSMS gagal. Usai laga jadi berkah bagi Gultom yang pertama kali dipanggil tim nasional Indonesia

[KLASIK] Semi Final 98/99, Persebaya vs PSMS: Dream Team KeteteranPelatih Kiper Timnas Sahari Gultom. (Dok.PSSI)

Laga pun akhirnya dilanjutkan dengan adu penalti setelah gol dari Babouaken. Sayangnya PSMS kurang beruntung. Gagalnya penalti Ardi Mulyono setelah ditepis Hendro Kartiko membuat kiper timnas itu selebrasi dengan rolling disambut pelukan pemain Bajul Ijo. Persebaya melaju dengan kemenangan 4-2 (1-1).

"Waktu adu penalti saya tahan penaltinya Aji Santoso. Tapi dua eksekutor kami gagal. Tapi ada berkahnya usai itu saya dipanggil timnas seleksi untuk pra olimpiade. Masih 21 tahun waktu itu," kata Ucok.

Pada akhirnya Persebaya juga gagal jadi juara. Mereka dikejutkan dengan kegemilangan PSIS di laga final yang harus dipindahkan ke Stadion Klabat, Manado karena ada kericuhan suporter. Gol tunggal Tugiyo mengubur ambisi The Dream Team Persebaya mempertahankan gelar. Tapi PSIS juara dengan duka karena 11 nyawa suporternya melayang.

Baca Juga: [KLASIK] Musim 96/97, Persib Vs PSMS: Gawang Dikencingi di Siliwangi

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya