TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Nurmala, Atlet Difabel Berprestasi yang Kejar Emas di Papua

#AkuPerempuan Berharap bisa bawa 3 medali dari PON Papua

Nurmala atlet difable Sumut (Dok. IDN Times)

Medan, IDN Times- Nurmala terlahir sebagai seorang disabilitas. Namun dengan kondisinya seperti itu, wanita kelahiran 42 tahun silam ini tak pernah mengeluh menjalani kehidupannya. Bahkan warga Jalan Pendidikan Desa Seirotan, Kecamatan Percut Seituan, ini banyak menoreh prestasi sebagai atlet di bidang olahraga Atletik.

Berkat motivasi dan kegigihannya, ibu dua anak ini banyak meraih medali emas dari beberapa ajang bergengsi. Kenyataan hidupnya itulah yang membuat ia mengajak teman-teman disabilitas untuk selalu percaya diri dan terus berkarya.

"Mewakili teman-teman disabilitas, saya berharap kepada pemerintah dan instansi lain agar memberi kemudahan lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas. Jangan ada diskriminasi terhadap penyandang disabilitas," kata Nurmala memulai perbincangan bersama IDN Times.

Menurut Nurmala, penyandang disabilitas juga banyak yang mempunyai pendidikan. Bahkan sampai lulusan universitas atau sarjana. "Harapannya, pemerintah bisa memberikan teman-teman disabilitas pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya," ujarnya.

Baca Juga: Tumbangkan PPLP Sumut, Pelatih PSMS Tak Puas Performa Dua Lini Ini

1. Berawal dari Porcanas 1998, ini deretan prestasi Nurmala

Nurmala atlet difable Sumut (Dok. IDN Times)

Nurmala mengaku mengikuti event olahraga sejak tahun 1998 di Jawa Barat. Dia pertama kali bergabung di Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas) (kini Peparnas). Nurmala mendapat tiga medali emas dari cabang tolak peluru, lempar cakram dan lempar lembing.

"2004 kami bertanding di Palembang, saya mendapatkan satu medali emas di cabang olahraga lempar lembing. Sementara satu perak dan satu perunggu dari lempar cakram dan tolak peluru," bebernya.

Kemudian lanjutnya lagi, di 2008 ia bertanding di Kalimantan Timur dan meraih satu medali emas, satu perak dan satu perunggu. 2012 ia bertanding di event Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) di Provinsi Riau.

"Terakhir saya bertanding di Jawa Barat, 2016 dan meraih satu medali emas, satu perak dan satu perunggu. Kalau di tingkat Kejuaraan Nasional (Kejurnas) saya terakhir bertanding di 2017," ujarnya mengisahkan.

2. Kesejahteraan atlet sekarang sudah jauh lebih baik

Nurmala atlet difable Sumut (Dok. IDN Times)

Disinggung masalah kesejahteraan atlet disabilitas di Sumut, Nurmala mengaku sudah jauh lebih baik jika dibanding tahun-tahun yang lalu. Menurutnya itu semua tidak terlepas dari terobosan-terobosan dari Ketua National Paralympic Committee (NPC) Sumut, Alan Sastra Ginting yang sangat peduli dengan kesejahteraan para atlet.

"Yang saya rasakan, selama kepengurusan Alan Sastra Ginting, ini para atlet merasa puas. Mungkin karena dia berasal dari atlet juga makanya tau apa yang dibutuhkan para atlet. Kalau bisa periode kedua nanti dia lagi yang memimpin," harap atlet difabel cabang olahraga Atletik dan rekannya.

3. Pasang target tiga medali di PON Papua

Ketua NPC Sumut Alan Sastra Ginting (IDN Times/Istimewa)

Berkat gebrakan yang dilakukan Alan, sambung Nurmala, pemerintah baru mau menyamakan hak atlet difabel dengan atlet normal, termasuk masalah bonus. Untuk target kedepannya, Nurmala akan berusaha sekuat tenaga untuk meraih dua medali emas.

"Untuk PON ke XX yang akan diselenggarakan pada Oktober 2020 di Papua nanti, saya akan menargetkan dua medali emas dan satu perak," ucapnya.

4. Tak setuju penyandang disabilitas menjadi pengemis di jalanan

Nurmala atlet difable Sumut (Dok. IDN Times)

Bagi Nurmala, pekerjaan untuk disabilitas bisa mengangkat harkat dan martabatnya. Kalau tidak ada pekerjaan kerja itulah yang membuat mereka menjadi tukang minta-minta. Maunya jangan ada lagi penyandang disabilitas yang jadi peminta-minta di jalanan.

"Masalah ekonomi bagi kaum disabilitas sangat berpengaruh terhadap keluarga terutama pada anak-anaknya. Apalagi kalau ekonominya miskin, pasti banyak yang makin sepele. Tapi kalau ada pekerjaan dan berpenghasilan lumayan pasti anak-anaknya bangga dan tidak disepelekan. Itu sudah saya buktikan kepada anak-anak saya," ungkap Nurmala.

5. Ingin merasakan bonus, Nurmala sempat merahasiakan kehamilannya saat bertanding

Nurmala atlet difable Sumut (Dok. IDN Times)

Nurmala menceritakan pengalaman yang paling tidak bisa ia lupakan. Pengalaman itu adalah ia bertanding dengan kondisi hamil lima bulan. Itu ia dilakukan karena penasaran dan kepengin merasakan mendapatkan bonus itu seperti apa.

"Pertandingannya di 2004, di situ pula waktu ada bonusnya dan kepengin merasakan bonus itu. Jadi, saya sembunyikan kehamilan saya. Karena kalau ketahuan gak boleh bertanding. Kebetulan tidak mengganggu dan menang pula," kenangnya sambil tertawa.

6. Suami juga atlet dan akan kembali membawa nama Sumut di Papua

Nurmala atlet difable Sumut (Dok. IDN Times)

Selain dirinya, suami tercinta juga seorang atlet difabel cabang olahraga bowling, Mulyadi. Namun, sejak 2012 sampai 2016 sang suami membawa nama Provinsi Riau, karena Provinsi Sumut belum ada cabang olahraga yang dibidangi suaminya.

"Ini suami saya juga lagi mempersiapkan diri untuk PON ke XX di Papua. Tapi nanti bawa nama Sumut, karena peraturan gubernur sekarang, setiap atlet yang di luar daerah harus dipanggil dan tidak boleh bertanding membawa nama provinsi di luar kartu tanda penduduk (KTP)," ucapnya.

Baca Juga: PSMS Pesta Gol, Ini Evaluasi Abdul Rahman Gurning

Berita Terkini Lainnya