6 Fakta Pembantaian Massal di Tebingtinggi, Lebih 2.000 Orang Tewas

Pembantaian yang dilakukan Jepang karena perebutan senjata

Tebingtinggi, IDN Times - Pada 13 Desember 1945 telah terjadi peristiwa berdarah dan bersejarah di Kota Tebingtinggi, Sumatra Utara. Sebuah peristiwa pembantaian yang dikabarkan menewaskan lebih dari 2.000 masyarakat sipil ini tidak boleh dilupakan oleh anak bangsa khususnya warga Kota Tebingtinggi.

Sebenarnya apa sih yang terjadi di kota ini 78 tahun silam? Yuk simak 6 faktanya yang berhasil dirangkum IDN Times.

1. Pembatantaian massal yang ditutupi

6 Fakta Pembantaian Massal di Tebingtinggi, Lebih 2.000 Orang TewasDok Antara Sumut

Pada tahun 1945 silam, di tanggal 13 Desember pernah terjadi pembantaian massal terhadap warga sipil Tebingtinggi oleh pihak militer Jepang. 

Begitu membekasnya peristiwa ini dalam ingatan masyarakat kota Tebingtinggi, hingga pada saat ini, tanggal 13 Desember menjadi momen khusus bagi seluruh masyarakat Tebingtinggi untuk mengenangnya.

Namun satu hal yang sangat disayangkan, selain masyarakat Tebingtinggi sendiri, tidak banyak orang yang mengetahui adanya tragedi 13 Desember ini.

Selama 66 tahun sejak Indonesia menyatakan diri merdeka, seolah-olah ada satu upaya menutupi tragedi berdarah ini dari catatan sejarah.

Baca Juga: 5 Masjid di Sumut Ini tak Pernah Sepi Dikunjungi Wisatawan

2. Lebih dari 2.000 orang dibantai

6 Fakta Pembantaian Massal di Tebingtinggi, Lebih 2.000 Orang TewasIlustrasi penjajahan zaman Jepang.Dok Berita Bali

Untuk mem-blow up peristiwa berdarah yang mengarah pada kejahatan perang di kota Tebingtinggi ini, Darapati Activity menggandeng berbagai media untuk menelusuri kembali sejumlah informasi tentang runtut peristiwa ini.

Dengan harapan dapat ikut memperjuangkan pelanggaran HAM terhadap warga sipil kota Tebingtinggi oleh tentara Jepang, Darapati Activity menghimpun sejumlah narasumber peristiwa berdarah 13 Desember 1945.

Wali Kota Tebing Tinggi Umar Zunaidi Hasibuan mengatakan bahwa pembantaian yang dilakukan oleh tentara Jepang memakan korban hingga ribuan masyarakat sipil.

“Diperkirakan korbannya mencapai hingga 2.000 orang lebih,” jelasnya Umar.

“Jumlah korbannya tidak bisa dipastikan, karena banyaknya makam massal, makan tanpa nama, dan jasad korban yang tidak dikenali asal usulnya dari mana,” jelasnya.

3. Banyak ditemukan kerangka manusia dan kuburan massal

6 Fakta Pembantaian Massal di Tebingtinggi, Lebih 2.000 Orang TewasDok. Gobatak.com

Banyaknya korban yang jatuh di hari peristiwa tersebut tampak dari banyaknya kerangka manusia yang ditemukan di banyak tempat di kota Tebing Tinggi.

Bahkan selang beberapa tahun setelah kejadian 13 Desember 1945 tersebut, di beberapa tempat banyak ditemukan kerangka manusia yang merupakan warga sipil kota Tebingtinggi yang menjadi korban kekejaman tersebut.

Dari penemuan tersebut dapat diketahui bahwa korban banyak yang ditumpuk dalam satu lubang dan dimakamkan secara asal.

Wali Kota Tebingtinggi Umar juga menceritakan bahwa pembantaian ini dilakukan secara membabi buta. Dimana setiap warga sipil yang dijumpai di tiap sudut kota pada hari itu, akan langsung dibunuh oleh tentara Jepang.

“Bahkan ada yang mati ditembak saat sedang makan siang di rumahnya,” jelas Umar.

4. Pembantaian bermula karena perebutan senjata

6 Fakta Pembantaian Massal di Tebingtinggi, Lebih 2.000 Orang TewasDok Bombastis.com

Awalnya dimulai dengan jatuhnya Jepang oleh bom Sekutu di Nagasaki dan Hirosima pada awal Agustus 1945. Jepang yang pada saat itu menduduki Indonesia menyatakan menyerah pada Sekutu.

Kekalahan Jepang atas Sekutu ini menjadi kesempatan bagi proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dinyatakan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Dua peristiwa besar ini juga ikut memunculkan semangat patriotisme rakyat Tebing Tinggi. Berita kekalahan Jepang yang secara resmi disampaikan Fukubusuncho (setingkat Bupati/ Walikota) pada tanggal 22 Agustus 1945 dan berita proklamasi kemerdekaan RI yang sampai di Tebingtinggi pada tanggal 16 September 1945 menjadi semangat munculnya kesatuan-kesatuan pemuda di wilayah kota Tebingtinggi dan daerah-daerah di sekitarnya.

Pasca tersebarnya kedua berita besar tersebut, muncul juga isu bahwa Belanda akan mencoba menjajah kembali dengan membonceng tentara Sekutu. Menanggapi isu tersebut, seluruh rakyat Tebingtinggi ikut memperlengkapi diri menghadapi serangan Sekutu dengan melucuti senjata tentara Jepang yang sedang menunggu kepulangan ke negaranya.

Sedang tentara Jepang sebagai pihak yang kalah perang, diwajibkan menyerahkan senjata mereka kepada Sekutu.

Keadaan ini kemudian menimbulkan ketegangan antara tentara Jepang dan rakyat Indonesia di Tebingtinggi dalam merebut senjata.

Menyikapi hal ini, Komando Tentara Jepang Mayjend. S. Sawamura mengadakan perundingan dengan pemerintah Tebingtinggi saat itu. Namun karena perbedaan kepentingan, perundingan yang terjadi tanggal 3 November 1945 di markas tentara Jepang di Kebun Bahilang tersebut tidak memberikan hasil sepakat.

5. Tentara Jepang mengepung Tebingtinggi dan menebaki warga

6 Fakta Pembantaian Massal di Tebingtinggi, Lebih 2.000 Orang TewasLukisan Sejarah Perjuangan Indonesia

Merasa bahwa diplomasi tak dapat memberi jalan, maka pemuda Tebingtinggi memutuskan merebut senjata secara paksa dari tentara Jepang. Dari situ kemudian muncul berbagai insiden perebutan senjata yang diwarnai dengan perkelahian antara pemuda dan tentara Jepang, bahkan berakhir dengan terbunuhnya tentara Jepang.

Ketengangan terus meningkat hingga tentara Jepang tak berani berjalan sendiri di kota Tebingtinggi, tanpa barisan lengkap.

Menyusul semakin meningkatnya insiden perebutan senjata, pada tanggal 12 Desember 1945 pihak Jepang kembali mengundang pimpinan pemerintahan Tebingtinggi dalam perundingan.

Namun, rakyat yang curiga dengan kegagalan perundingan tersebut segera melakukan persiapan perang menghadapi tentara Jepang dengan memblokir seluruh akses jalan kota Tebingtinggi.

Namun hingga pagi hari 13 Desember 1945, tak terlihat gerakan mencurigakan dari tentara Jepang, sehingga rakyat membuka seluruh blokade jalan dan para pemuda serta laskar meninggalkan pos-pos jaga mereka.

Setelah seluruh blokade dibuka, pada pukul 14.30 hari itu 13 Desember, tentara Jepang mengepung Kota Tebingtinggi. Dengan gerakan perang dan dilengkapi sejumlah tank, tentara Jepang masuk dan menyusuri jalan-jalan kota Tebing Tinggi yang kemudian melakukan pembantaian terhadap setiap warga Tebingtinggi yang dijumpai hari itu.

6. Pembantaian terjadi selama sembilan hari

6 Fakta Pembantaian Massal di Tebingtinggi, Lebih 2.000 Orang TewasDok Antara Sumut

Abdul Haliq, seorang staf pengajar sejarah Sekolah Tinggi Ilmu Karbiyah Tebingtinggi, mengatakan bahwa penyerangan dan pembantaian yang dilakukan tentara Jepang ini berlangsung selama sembilan hari, dimulai tanggal 13 hingga 22 Desember 1945.

“Ini jelas kejahatan perang, karena korban yang jatuh di pihak kita adalah rakyat sipil,” katanya.

Penyerangan secara tiba-tiba, ketidaksiapan, dan kekurangan senjata menyebabkan banyaknya korban yang jatuh di pihak warga Tebingtinggi.

Abdul Haliq juga membenarkan jumlah korban yang jatuh diperkirakan mencapai 2.000 orang, mengacu pada informasi dan data yang ia temukan setelah beberapa tahun belakangan menelusuri secara aktif sejarah peristiwa berdarah kota Tebingtinggi ini.

Baca Juga: Mengenal Tengku Amir Hamzah, Pahlawan Asal Langkat yang Mati Dipancung

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya