Harimau Diduga Muncul di Zona Merah Sinabung, 2 Sapi Milik Warga Mati

Harimau muncul dekat pemukiman yang sudah ditinggalkan

Karo, IDN Times – Konflik harimau sumatra dengan masyarakat terjadi di Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Harimau diduga menerkam dua sapi milik warga yang digembalakan di Desa Mardingding, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Minggu (19/6/2022).

Dua ternak milik warga mati dengan luka mengenaskan. Lokasi terjadinya konflik tidak jauh dari pemukiman yang sudah ditinggalkan masyarakat karena masuk dalam radius zona merah erupsi Sinabung.

“Kita bersama masyarakat dan aparat penegak hukum masih berada di lokasi kejadian untuk mengumpulkan keterangan dan melakukan pengecekan. Kami masih ingin memastikan apakah betul, satwa itu mati karena serangan harimau sumatra,” Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Sidikalang Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Tuahman Tarigan, Senin (20/6/2022).

1. Jarak lokasi satwa diterkam, hanya 670 meter dari hutan lindung

Harimau Diduga Muncul di Zona Merah Sinabung, 2 Sapi Milik Warga MatiIlustrasi hutan (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Tuahman menjelaskan, lokasi harimau menerkam ternak milik warga berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Pemukim di Desa Mardingding sudah meninggalkan kawasan itu sejak erupsi Gunung Sinabung pada 2013 lalu.

“Kebun yang selama ini ditinggal, masyarakat menggembalakan ternak disitu,” katanya.

Hasil pemetaan tim Tuahman, jarak lokasi kejadian dari kawasan Hutan Lindung sekitar 670 meter dan 7 KM dari kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang merupakan habitat dari satwa bernama latin panthera tigris sumatrae itu.

Baca Juga: Bus PMS dan PHM Tabrakan di Labusel, 3 Orang Meninggal

2. Satu sapi ditemukan dalam keadaan kritis

Harimau Diduga Muncul di Zona Merah Sinabung, 2 Sapi Milik Warga MatiTernak yang dilepaskan warga di perkebunan memicu harimau Sumatra menjadikannya mangsa empuk. Kawasan perkebunan warga berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan habitat harimau. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kasus dugaan serangan harimau ini pertama kali ditemukan warga yang pergi berladang pada Minggu (19/6/2022). Petani itu menemukan satu bangkai sapi dengan kondisi luka parah. Sementara satu sapi lagi ditemukan dalam keadaan sekarat dengan luka parah karena gigitan di leher.

Satu bangkai sapi dikuburkan warga. Sedangkan yang sekarat disembelih warga.

3. Patroli dan meriam disiagakan untuk menghalau harimau

Harimau Diduga Muncul di Zona Merah Sinabung, 2 Sapi Milik Warga MatiTernak yang dilepaskan warga di perkebunan memicu harimau Sumatra menjadikannya mangsa empuk. Kawasan perkebunan warga berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan habitat harimau. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Tuahman bersama timnya di lokasi sudah memberikan imbauan kepada masyarakat. Mereka diimbau untuk tidak pergi berladang sendirian, pulang ke rumah saat hari mulai gelap dan melaksanakan patroli. Warga juga diminta mengandangkan ternaknya.

“Kalau kita lihat kondisi medan di lapangan sangat strategis sekali, karena sudah dipinggir hutan,” jelasnya.

Selain patroli, mereka juga menyalakan meriam dengan suara dentuman keras untuk menghalau Sang Raja Rimba kembali. Tuahman juga mengatakan, ini adalah kasus yang pertama kali terjadi.

“Kita sudah pasang meriam dentuman. Sejak kemarin kita sudah melaksanakan sosialiasi kepada masyarakat,” ungkapnya.

Konflik harimau dengan masyarakat kerap terjadi di Sumatra Utara. Apalagi kasus harimau memangsa ternak warga.

Di Kabupaten Langkat dekat kawasan TNGL, kasus serangan harimau terhadap ternak warga kian masif dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat, sejak 2019 hingga 2021, ada 29 konflik yang terjadi di kawasan Seksi Pengelolaan Taman Nasional wilayah V Bohorok Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser.  Rinciannya; pada 2019 sebanyak tujuh konflik; 2020, 10 konflik dan 2021 sebanyak 12 konflik. Kemudian bertambah dua kasus pada Februari 2022.

Dilansir dari laman ksdae.menlhk.go.id, sepanjang tahun 2001 – 2016, tercatat 1065 kasus konflik antara manusia dan harimau. Data Kementerian Lingkungan Hidup (LHK) dan GEF Tiger menunjukkan, puluhan manusia meninggal dunia dan terluka. Hal yang sama juga terjadi dengan harimau Sumatera. Setidaknya 130 individu harimau mati akibat konflik yang terjadi.

Sebelumnya, Ketua Forum Harimau Kita (FHK) Ahmad Faisal menjelaskan, faktor lain pemicu koflik antara lain; karena satwa ternak berada di areal jelajah harimau. Apalagi ternak menjadi satwa yang lebih mudah diburu ketimbang satwa mangsa di hutan. Faisal juga menjelaskan jika penyerangan satwa ternak biasanya dilakukan oleh harimau yang berusia muda. Satwa ternak dijadikan untuk media latihan berburu dan memangsa.

“Kemudian misalnya, di areal nya (home range) satw mangsanya sudah berkurang dan ada harimau lain. Sehingga dia mencari areal lain. Bisa juga karena dia sakit, ada keadaan badannya yang membuat tidak optimal. Sehingga dia mengincar yang lebih mudah,” ungkapnya kepada IDN Times, Kamis (3/2/2022).

Saat ini, Harimau Sumatra masuk dalam daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Statusnya masuk dalam kategori terancam punah (Critically endangered). masifnya perburuan dan hilangnya habitat menjadi ancaman serius bagi eksistensi satwa predator puncak itu.  Populasinya diperkirakan tidak lebih dari 600 ekor ekor yang tersebar di hutan-hutan Pulau Sumatra (Population Viable Assesment, 2016). 

Baca Juga: Mengenal Ahmadi, Dari Bupati, Ditangkap KPK hingga Kasus Kulit Harimau

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya