Cerita Nek Tumiyem Menabung 41 Tahun untuk Berangkat Haji dari Pijat

Ia menabung sejak tahun 1982 dalam tas selempang

Medan, IDN Times - Berangkat ke tanah suci, jadi impian bagi banyak kaum muslim untuk menunaikan ibadah rukun haji. Namun dengan ongkos yang gak murah, menjadi kendala.

Tapi selama ada keinginan dan tekad yang kuat, impian itu bisa diwujudkan. Seperti yang dilakukan Nek Tumiyem, calon jemaah Haji kloter kedua asal Deli Serdang yang tiba pada Rabu (24/5/2023). 

1. Dari hasil pijat, Tumiyem mulai menabung sejak tahun 1982 untuk bisa berangkat haji

Cerita Nek Tumiyem Menabung 41 Tahun untuk Berangkat Haji dari PijatTumiyem salah satu peserta jemaah calon Haji yang akan berangkat, asal dari Deli Serdang, Sumut (IDN Times/Indah Permata Sari)

Di ruangan Aula Asrama Haji Medan, tampak padat yang diisi dengan para calon jemaah Haji dan juga panitia. Mereka sedang melakukan pemeriksaan berkas, dan cek kesehatan yang termasuk dalam kegiatan pelayanan satu atap.

Sementara, untuk keluarga calon jemaah Haji terlihat menumpuk dip elataran aula berharap bisa bertemu orangtua mereka di dalam sebelum istirahat

Di tengah keramaian, tampak dari jauh seorang perempuan berusia 67 tahun sedang menunggu namanya untuk dipanggil agar melakukan pengecekan berkas dan kesehatan.

Dengan mengenakan syal berwarna biru putih dan tertulis identitas wilayah Kabupaten Deli Serdang. Ia merupakan warga Gang Bidan, Dusun IV, Limau Manis, Desa Bangun Rejo, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Tepat berada di deretan ke-empat khusus tempat duduk Calon Jemaah Haji kategori akhwat.

Perlahan, ia mendengarkan sebutan nama-nama yang dipanggil sambil melihat dan mencocokkan kartu kesehatan atas nama dirinya. Namun, lagi lagi namanya belum tersebutkan oleh panitia.

Ia bernama Tumiyem Binti Sumo Wiryo, salah satu calon jemaah haji yang akan berangkat menjadi tamu Allah SWT ditanah suci.

Ketika dihampiri, ia melemparkan senyuman kecil kepada IDN Times sebagai tanda keramahan dirinya.

Saat berada disampingnya, Tumiyem memperkenalkan profesinya sebagai tukang pijat (kusuk tradisional). Sejak 1982, Tumiyem sudah menjadi tukang pijat (kusuk) keliling di daerahnya. “Saat itu sudah diminta tolong orang mau melahirkan,” tuturnya sambil mengenang momen tersebut.

Penghasilan yang didapat pun tak menentu, mulai Rp30 ribu hingga Rp100 ribu. “Ya kusuk orang yang mau melahirkan, kusuk orang capek, anak-anak bayi,” katanya.

Baca Juga: Kakek Abbas, Calon Haji 96 Tahun asal Madina Menabung dari Bertani

2. Tabungannya pernah dipakai dua kali untuk membantu orang sakit

Cerita Nek Tumiyem Menabung 41 Tahun untuk Berangkat Haji dari PijatTumiyem salah satu peserta jemaah calon Haji yang akan berangkat, asal dari Deli Serdang, Sumut (IDN Times/Indah Permata Sari)

Tumiyem lalu mulai menabung untuk biaya haji. Dia menyisihkan penghasilannya.

“Mulai menabung sejak tahun 1982, itu ku anggap seperti aku buang air besar (BAB) jadi gak diambil lagi. Perhari gak tentu, kalau ada Rp2 ribu ya segitu, Rp5 ribu juga. Gak bisa ditentukan rejeki penghasilan setiap harinya,” ucap perempuan kelahiran 1956 ini menabung dengan rutin.

Di saat tabungan Tumiyem akan cukup, dia rela menyisihkan tabungannya membantu orang sakit . Bahkan dua kali.

“Tapi pernah juga saya ambil untuk sedekah orang sakit bantu biaya dia. Terus dapat lagi, tambah lagi. Saya bilang sama Allah, Ya Allah aku cukupi tanah air ku dulu, karena di sini masih membutuhkan. Nanti kalau ada duit bisa berangkat ke haji,” kata perempuan kelahiran 1 Juli 1956 menitikkan air matanya.

3. Berharap bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar

Cerita Nek Tumiyem Menabung 41 Tahun untuk Berangkat Haji dari PijatSuasana kedatangan calon jemaah Haji asal Deli Serdang (IDN Times/Indah Permata Sari)

Meski berangkat sendiri untuk menunaikan ibadah haji, Tumiyem tampak semangat dan sehat.

“Bapak udah meninggal, tadi diantar sama anak-anak. Anakku ada 6 orang, cucu 16. Anak gak ada dukung biaya karena sudah berumah tangga semua jadi tabungan semua ini,” jelasnya.

Ada yang menarik dari cerita Tumiyem saat menabung uang, dengan cara sederhana sejak tahun 1982 ia meletakkan uang-uang tabungannya dirak piring dalam tas selempang kecil.

“Nabungnya saya letak di atas saja, di dekat rak piring- rak piring itu aja diletak,” ujar Tumiyem sambil mencontohkan tas sandang yang sedang dikenakannya.

Meski usianya saat ini 67 tahun, ia tak malu untuk tetap belajar membaca Al-Qur’an sesuai tajwid yang benar. Hal ini juga menjadi tujuan utamanya jikalau sampai ke tanah suci.

“Sampai di sana nanti, aku ingin berdoa agar jadi orang yang salihah, bisa membaca Al-Qur’an dan menaati Tajwidnya, karena aku gak pernah baca Al-Qur’an,” katanya sebagai harapan.

Tumiyem mengakui baru mulai membaca Al-Qur’an di usia 60-an tahun dan mengakui masih mengeja.

“Belajar baca Al-Qur’an itu sudah umur 60-an baru ngaji. Udah bisa tapi gak tahu, macam di ejo-ejo (di-eja) aja. Gak macam orang-orang itu,” terangnya.

“Cemana lah dulu kami miskin kali, cemana ya sampai berumah tangga pun keadaan gak bisa. Senang atau banyak itu enggak, pas-pas aja. Nyari ya nyari entah dari mana untuk makan terkumpul, nyari untuk sekolah udah gitu aja,” pungkas Tukiyem.

Baca Juga: Tangis Haru Keluarga Melepas Paridah Nasution Berangkat ke Tanah Suci

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya