Lagi, Anggota KPPS Meninggal di Siantar, Ini Kisah Pilu Hazizah

Punya riwayat penyakit empedu

Pematangsiantar, IDN Times- Kabar duka belum berhenti dari petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019. Kali ini bertambah lagi petugas yang meninggal di Pematangsiantar. Sampai saat ini, tercatat sudah tiga orang meninggal dunia setelah menjalankan tugas demokrasi lima tahunan itu di Siantar.

Teranyar, Hazizah Daulay anggota KPPS di TPS 12, Kelurahan Sipinggol-pinggol menghadap yang Kuasa, Jumat (10/5), di Rumah Sakit Murni Teguh, Medan. Hazizah sebelumnya sempat dirawat di Rumah Sakit Harapan, Pematangsiantar selama ini dan terpaksa dirujuk karena kondisi yang semakin memburuk.

"Ibu dirawat di RS Murni Teguh dari Minggu Sore, kemudian meninggal hari Jumat pagi," kata Trisandi Eka, putra sulung Hazizah saat ditemui di rumah duka, Jalan Murai, Kecamatan Siantar Barat, Sabtu (11/5).

Baca Juga: Prabowo Sarankan Jasad Petugas KPPS Divisum, Begini Reaksi Ketua KPU

1. Almarhumah memiliki riwayat penyakit Bilirubin dan kelebihan cairan empedu

Lagi, Anggota KPPS Meninggal di Siantar, Ini Kisah Pilu HazizahIDN Times/istimewa

Trisandi juga mengisahkan jika ibu nya yang bekerja sebagai PNS Puskesmas Tigabalata itu sebelumnya memiliki riwayat penyakit di empedu. Belum lama sebelum bertugas sebagai KPPS, empedu Hazizah sempat dilakukan operasi penyedotan cairan.

"Tapi setelah perasaan ibu sudah baik, ya gitu lah, beraktivitas seperti biasa. Kalau bukan karena sudah tidak tertahan lagi, ibu biasanya gak mau ngeluh sakit," ujarnya.

2. Betugas selama 24 jam sebagai anggota KPPS

Lagi, Anggota KPPS Meninggal di Siantar, Ini Kisah Pilu HazizahIDN Times/istimewa

Saat pesta demokrasi 17 April lalu, Hazizah Daulay dengan percaya diri menerima tugas sebagai anggota KPPS di TPS 12, yang ketepatan berada di depan rumahnya. Layaknya rekan-rekan lainnya, Hazizah berkerja menahan letih demi suksesnya Pemilu serentak 2019 itu.

"Ya itu lah, kerjanya dari pagi sampai besok pagi nya. Nama nya sudah menjadi tanggung jawab, ibu kerjakan lah sampai tuntas," kata Trisandi yang merupakan mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini.

Selesai bertugas menjadi anggota KPPS, Hazizah mengeluh sulit tidur dan demam. Tiap malam seusai penyelenggaraan Pemilu, suhu badan wanita 48 tahun itu meningkat.

"Sampai Selasa kemarin ibu sudah tidak tahan lagi. Adik-adik langsung membawa ke rumah sakit harapan. Kata dokter sudah kena tipes," ucapnya.

3. Empat hari berada di ruang ICU dan meninggal dunia

Lagi, Anggota KPPS Meninggal di Siantar, Ini Kisah Pilu HazizahIDN Times/istimewa

Kondisi wanita yang susah pendamping kesehatan peserta haji itu makin hari semakin parah. Akhirnya dokter di RSH Siantar merujuk Hazizah ke RS Murni Teguh untuk mendapat pengobatan lebih.

"Hari Selasa ibu sempat dibawa pulang ke rumah, karena rujukan ke Murni Teguh itu hari Senin," kata Trisandi.

Saat menunggu pergantian hari, Minggu nya kondisi Hazizah drop. Panas tubuhnya semakin meningkat dan harus dibawa ke rumah sakit.

"Minggu sore nya terpaksa dibawa ke Medan, walaupun sebenarnya rujukan itu hari Senin tapi kondisi sudah gak memungkinkan,"jelasnya.

Sempat satu malam berada di ruang IGD RS Murni Teguh, Hazizah kemudian dibawa ke ruang ICU untuk perawatan intensif. Selama empat hari berada disana, Hazizah akhirnya meninggal dunia.

"Semakin hari turun terus kesehatanya, Jumat pagi meninggal dunia," kenangnya.

4. Empat anaknya kini yatim piatu

Lagi, Anggota KPPS Meninggal di Siantar, Ini Kisah Pilu HazizahIDN Times/istimewa

Hazizah meninggalkan empat orang anak. Anak pertama Hazizah kini hampir menyelesaikan perkuliahannya, sedangkan anak bontotnya masih baru saja lulus dari sekolah dasar. "Kami 4 orang. 2 laki-laki, 2 perempuan. Aku anak pertama dan anak terakhir itu perempuan," terang lulusan SMA Teladan itu.

Sejak 8 tahun belakangan, Hazizah telah ditinggalkan suami nya, Tri yang meninggal dunia akibat kecelakaan 8 tahun silam. Sepeninggalan suami nya, Hazizah harus banting tulang menghidupi keempat anaknya.

"Ibu penginnya kami semua tamat sekolah sampai perguruan tinggi. Dari Senin sampai Jumat ibu bolak balik dari Siantar ke Tigabalata kerja. Kadang sampai malam disana,"tuturnya.

Kini Trisandi dan ketiga adiknya hanya berharap gaji pensiunan Ibu-nya. Trisandi pun berharap agar santunan dari KPU secepatnya terealisasi. "Jujur aja, kami sangat berharap uang itu. Kemarin sudah datang orang KPU dan menyodorkan surat santunan pakai materai," tutupnya.

Baca Juga: Korban Pemilu Bertambah Lagi, Ketua KPPS di Siantar Meninggal Dunia

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya