Mangrove Sumut Rusak Parah, Restorasi Mutlak Cegah Petaka
Data 2018, mangrove di Sumut tersisa 25 ribu hektare
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times – Kerusakan mangrove di Sumatra Utara sangat parah. Dari sekitar 67.586 hektare, hanya sekitar 25 ribu hektare yang diklaim tidak mengalami kerusakan hingga 2018.
Dari kerusakan yang ada, baru 7.950 hektare yang diperbaiki sejak 2018. Kondisi terparah terjadi di kawasan Pantai Timur.
Ancaman terhadap kawasan mangrove masih begitu besar. Alih fungsi kawasan, perambahan dan lainnya. Kabar teranyar, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove akan melakukan upaya perbaikan kondisi bakau di Sumut. BRGM sudah menemui Gubernur Sumut Edy Rahmayadi membahas upaya restorasi.
“Kita perlu serius menangani ini, karena kondisinya banyak yang rusak, bersyukur kita BRGM hadir dan memilih Sumut untuk dipulihkan hutan mangrovenya, jadi kita akan beri dukungan penuh, kita libatkan TNI dan POLRI untuk mempercepat ini,” kata Edy, Selasa (9/11/2022).
Baca Juga: Sulap Sertifikat Lahan Mangrove Hutan Langkat
1. Masyarakat akan dilibatkan dalam upaya restorasi
Kata Edy, kerusakan mangrove berakibat fatal pada kehidupan. Di antaranya, jumlah ikan semakin sedikit, mengecilnya daratan karena abrasi, bahkan memengaruhi teritorial batas laut, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif dan batas wilayah laut dengan negara lain.
“Mungkin orang-orang tidak berpikir sampai ke sana, tetapi dampaknya besar,” kata Edy Rahmayadi.
Kepala Badan BRGM Hartono mengatakan, pihaknya sudah bergerak masif merehabilitasi hutan mangrove sejak 2021. Menggunakan konsep Mangrove for Coastal Resilience (M4CR), merangkul kelompok masyarakat untuk memelihara mangrove.
Baca Juga: Penyerobotan Kawasan Lindung Karang Gading, Kebun Sawit Akuang Disita