TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

COVID-19 Meroket di Sumut, Lockdown Jadi Opsi Terakhir

Edy juga meyinggung soal tingginya biaya untuk lockdown

Ilustrasi lockdown (IDN Times/Arief Rahmat)

Medan, IDN Times – Kasus COVID-19 kian meroket dalam beberapa waktu terakhir. Peningkatan kasus harian kembali mencetak rekor baru.

Wacana untuk melakukan lockdown mencuat. Meskipun, sejumlah ahli menyebut pilihan untuk melakukan lockdown sudah terlambat. Karena bakal menghabiskan biaya yang cukup banyak. Para ahli berpendapat, harusnya lockdown dilakukan sejak awal pandemik.

Di Sumatra Utara, kasus COVID-19 pun meningkat dalam beberapa hari terakhir. Data  21 Juni 2021 menunjukkan, ada peningkatan 298 kasus. Ini membuat akumulasi angka COVID-19 di Sumut menjadi 34.869 kasus.

Lantas, bagaimanakah langkah Gubernur Edy Rahmayadi untuk menghadapi peningkatan kasus yang kian signifikan. Apakah Edy berani mengambil kebijakan lockdown?

Baca Juga: Meroket 211 Kasus, Satgas COVID-19 Sumut Terkesan Sengaja Tutupi Data

1. Gubernur Edy masih andalkan PPKM

Ilustrasi PPKM mikro (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

Ditanyai soal opsi lockdown, Gubernur Edy menampiknya. Dia tetap mengandalkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di 33 Kabupaten/kota. Sampai saat ini, PPKM terus diperpanjang. Teranyar, PPKM diperpanjang sejak 15 -28 Juni 2021.

“Saya dari awal kan tidak ada bahas lockdown," sebut Edy di Rumah Dinas Gubernur, Jalan Sudirman Medan, Selasa (22/6/2021).

2. Edy akan melakukan lockdown jika kasus COVID-19 di atas 70 persen

Ilustrasi seorang pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Edy tetap berpandangan jika lockdown adalah pilihan terakhir. Dia baru akan memberlakukan lockdown jika kasus COVID-19 tembus hingga  di atas 70 persen.

Edy juga memaparkan jika lockdown sulit untuk dilakukan. Pengawasan yang dilakukan harus ekstra ketat. Kata Edy, lockdown juga membutuhkan dana yang tidak sedikit.

"Tak bisa bersangkutan dengan akibat dari COVID-19 itu persoalah ekonomi. Akibat dari ekonomi itu menjadi seteru sosial. Untuk itu kita lihat konteks realnya. Kalau se-Sumut terus menjadikan fokus dia benar-benar 70-80 persen, bisa lah kita lockdown semuanya," ucap Edy.

"Persoalan lockdown ini kan biayanya tinggi, terus siapa yang bisa mengawasi. Sumut itu banyak pintu, pintu tikus. Contoh dari Tebing Tinggi ke Medan. Di-lockdown-lah di situ, lewat gunung dia besok. Kan di gunungnya ada jalan semua. Tak bisa seperti itu, jangan latah orang lockdown, Sumut juga lockdown," tambahnya.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Tinggi, Publikasi Data di Sumut Amburadul

Berita Terkini Lainnya