TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Revitalisasi Paris Van Sumatra, Bakal Jadi Pusat Expo Medan

Kampung-kampung sekitar Kota Tua sudah hancur 

Potret Kawasan Kesawan Medan pada 1920 dan 2020 (Dok. Gedung Arsip Pemko Medan, IDN Times/Indah Permata Sari)

Medan, IDN Times - Ada satu julukan Medan yang kurang populer digunakan, yakni Paris Van Sumatra.

Jika Kota Bandung di Jawa Barat dijuluki Paris Van Java, maka Kota Medan disebut sebagai Paris-nya Sumatera. Julukan ini diberikan oleh orang-orang Belanda di era kolonial sebagai penguasa perkebunan tembakau Deli, Sumatera Timur di akhir abad ke-19 sampai pertengahan abad Ke-20.

Seorang sejarawan, Dr. Phil. Ichwan Azhari menceritakan bahwa dahulunya kawasan tersebut merupakan kawasan perdagangan dan perkantoran, tempat berlangsung interaksi antara komunitas internasional maupun asing (Eropa, Amerika, Jepang, Cina, India, hingga Arab) pengusaha perkebunan, tenaga ahli, bankir, birokrat kota, pengusaha hotel,  pedagang termasuk pecah belah atau supermarket (warenhuis) juga pengusaha Indonesia, pedagang batik, kain, kelontong, jurnalis (kantor pewarta deli), komunitas keagamaan Islam (mesjid gang bengkok), Hindu (kawasan.jalan Hindu), dan lainnya.

Jalanan pun kian sepi, tak ada hiruk pikuk dan padat seperti sekarang. Arsitekturnya, mencirikan suatu zaman tertentu, era arsitektur eropa di Asia. Apalagi, dahulunya memiliki fasilitas khusus trotoar untuk pejalan kaki, dan yang paling terpenting masih adanya kampung-kampung di sekitarnya.

“Jadi suasana waktu itu nampak sebagai suatu ruang hidup kota yang nyaman, menyenangkan walau tetap sibuk dengan berbagai aktifitas kotanya,” ucap Ichwan.

Namun, seiring waktu berjalan. Saat ini kawasan itu sudah bukan untuk aktifitas komunitas asing lagi. Anomali, hiruk-pikuk, membuat tidak nyaman, juga arsitekturnya yang kacau.

IDN Times mengulas sedikit tentang bangunan kota bersejarah yang saat ini sedang tahap revitalisasi.

1. Kampung-kampung sekitar Kota Tua sudah hancur atau menuju hancur

Suasana pameran Pekan kuliner Kondang UMKM di Kesawan City Walk Medan (Dok. IDN Times)

Menurut Ichwan, aktifitas yang dilakukan juga seperti tidak terarah. Rata-rata mengalami kesulitan tempat parkir akibat kebutuhan masyarakat moderen. Bahkan, untuk kampung-kampung sekitarnya sudah hancur atau menuju hancur.

“Mengembalikan ke suasana dulu sudah tidak mungkin yang ada sekarang hanyalah seonggok bangunan dengan jejak era kolonial,” ujarnya.

Lanjut Ichwan, saat ini Kota Tua hanya bisa dikenang dengan sejumlah sejarahnya. Hanya dapat melirik ke negara Eropa atau negara tetangga untuk penataan arsitektur bangunan lama. Sehingga dapat merevitalisasi, mengalihfungsikan (seperti post block).

Diharapkan dengan bangunan yang sudah dirombak, agar dapat mengembalikan dan merestorasi bangunan yang ada menjadikan sebagai kawasan wisata.

“Lalu jalur jalan di tutup untuk alur transportasi. Perbanyak museum, galeri seni, cafe, area pertunjukan musik tradisi, toko antik,  area literasi atau perpustakaan khusus tematik, teater, kuliner tradisional,” harapnya.

2. Perombakan warenhuis diprediksi akan menghabiskan anggaran sebesar Rp32 miliar

Potret Kawasan Kesawan Medan pada 1920 dan 2020 (Dok. Gedung Arsip Pemko Medan, IDN Times/Indah Permata Sari)

Selain revitalisasi Lapangan Merdeka, Pemerintah Kota  berencana melakukan perombakan  satu diantara  bangunan  heritage  di Kota Medan  yakni Gedung Warenhuis Jalan Hindu, Kesawan, Kecamatan Medan Barat.

Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Perumahan Permukiman Cipta Karya Penata Ruang Kota Medan Endar Sutan Lubis.

Endar menjelaskan Gedung Warenhuis  akan dirombak menjadi   pusat expo di  Kota Medan untuk kegiatan para pelaku Usaha Mikro Kecil  Menengah (UMKM) dan anak-anak muda kreatif.

“Sesuai arahan Wali Kota Medan gedung bersejarah ini akan direvitalisasi menjadi Pusat Expo," ucapnya.

Diterangkan Endar proses pelelangan tender pekerjaan revitalisasi ini akan mulai dilakukan pada akhir Februari 2023 mendatang.

Perombakan Gedung bersejarah bekas Supermarket pertama di Kota Medan ini, diprediksi akan menghabiskan anggaran sebesar Rp32 miliar.

"Kami akan menentukan pemenang tender yang profesional untuk menangani revitalisasi ini. Karena bangunan ini bersejarah sehingga harus berhati-hati," jelasnya.

Endar menegaskan bahwa proses revitalisasi Gedung Warenhuis ini tidak akan merubah hal-hal yang  memang sudah ditetapkan sebagai bangunan heritage.

"Dalam proses revitalisasi kita hadirkan para  seni dan juga  ahli cagar budaya, karena tidak boleh ada yang berubah disitu. Karena itu kita perhitungkan waktu kerjanya lebih dari satu tahun, jadi kita buat multiyears,” terangnya.

Untuk mendukung kegiatan UMKM dan anak muda kreatif di Pusat Expo nanti,  Pemko Medan juga telah membeli lahan di samping Gedung Warenhuis tersebut.

"Lahan yang kita beli di samping bangunan itu nantinya dijadikan tempat kuliner untuk masyarakat yang berkunjung ke Pusat Expo Pemko Medan,"jelasnya.

Untuk itu Endar berharap agar kiranya pembangunan berjalan lancar dan selesai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

"Mudah-mudahan ini selesai tanpa ada halangan apapun," tukasnya.

Baca Juga: Hari Terakhir di Medan, Jokowi Gowes di Kota Tua Pakai Outfit Kasual

Berita Terkini Lainnya