TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kronologis Kepsek JS Dituding LGBT, Pernah Tolak Z Jadi Karyawan

JS berhasil ukir sejumlah prestasi untuk sekolah

Ilustrasi guru mengajar di sekolah. (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)

Medan, IDN Times - JS merupakan orang yang diduga sebagai LGBT yang menjabat sebagai Kepala Sekolah SD Negeri di salah satu Kota Medan.

Dirinya membantah tuduhan tersebut. Bahkan ia telah memberikan perubahan pada sekolah dengan segala prestasi yang diraih salah satunya yakni pernah mendapatkan piagam penghargaan dari pemerhati lingkungan hidup sebagai sekolab adriya terbaik sekota Medan negeri.

"Lagu karya saya lingkungan hidup didengarkan didepan 10 ribu orang di lapangan merdeka didepan ibu menteri lingkungan hidup dan saya satu-satunya sekolah negeri di kota Medan yang pertama sekali pernah ke Kementrian memperoleh piagam penghargaan pemerhati lingkungan hidup sekolah adriya terbaik sekota Medan negeri," jelasnya.

1. Kepsek bentuk sekolah model dari ribuan sekolah

Kepala Sekolah Dasar di Medan berinisial JS (Dok. IDN Times)

Selain lagu karya ciptaan JS, Kepsek ini juga membentuk sekolah model di SD Negeri tersebut dari ribuan sekolah.

"Dan disekolah ini saya jadikan sekolah model salah satu sekolah di LMPP dari sekian seribu sekolah di Sumut hanya 300 dan salah satunya sekolah ini. Itu lah yang tidak sanggup guru-guru ikutkan," ucapnya.

Baca Juga: Diduga LGBT, Orangtua Murid Demo Minta Kepsek Dipindahkan

2. Menjabat satu tahun sebagai Kepsek akreditasi jadi A

Kepala Sekolah Dasar di Medan berinisial JS (Dok. IDN Times)

Menurutnya, sekolah model yang telah dibentuknya selama 1 tahun menjabat jadi Kepala Sekolah maka secara otomatis telah terakreditasi dari B ke A.

"Kalau sudah namanya sekolah model, sekolah adiwiyata sekolah prestasi dari B ke A otomatis sekolah harus mengikuti aturan yang sudah berlaku. Salah satu contohnya disiplin," ungkap JS.

3. JS menilai ada kepentingan pribadi hingga membuat fitnah pada dirinya

Para orangtua murid SD Negeri di jalan Flamboyan Raya lakukan demo tuntut Kepala Sekolah pindah (Dok.istimewa)

Dirinya menyampaikan, ada 8 standar pendidikan yang harus dilakukan disekolah SD Negeri tersebut yang diikat dengan 4 kompetisi guru untuk diterapkan. Namun menurut JS para guru tak menerimanya

"Demi kepentingan pribadi menutupi kelemahannya mereka membuat fitnahan yang menurut saya pribadi hati kecil yang terdalam itu mereka jadikan rencana," tuturnya.

Terkait demo yang dilakukan para orangtua murid, dinilai adanya rencana dijauh-jauh hari. Saat ini, 31 orang yang murni sebagai guru di sekolah tersebut dengan total 36 orang.

4. Orang yang menuding JS LGBT ternyata pernah ditolak jadi karyawan Tata Usaha

Ilustrasi demonstrasi/gosulsel.com

Sementara itu, dirinya juga ceritakan perihal Z yang diduga memiliki hubungan dengan dirinya, yang awalnya datang ke sekolah untuk melamar sebagai Tata Usaha.

"Tetapi karena kita sudah ada TU, maka tidak saya terima. Lalu, dia mengaku sebagai sopir gojek online. Nah, saat sekolah ini lagi buat kegiatan, kami memanfaatkannya untuk memobilisasi anak," katanya.

"Dia kemungkinan, menurut pikiran saya, memiliki have something ke saya. Tetapi tidak bersambut. Maka dia tulis di media sosial, bahwa saya LGBT," tambahnya.

Z yang diduga pasangan JS kemudian menulis namanya di FB dan menandai semua akun orangtua murid. Z menuliskan, "Jangan mau didik oleh kepala sekolah yang LGBT" tulis dalam akunnya.

"Sekarang mereka pegang kalimat itu. Modusnya, kalau tidak LGBT kenapa tidak mengadu ke polisi. Lalu saya jawab, kalau pun menang jadi arang dan kalah jadi abu," tutur JS.

"Bahkan kemarin mereka sudah membuat pernyataan di rapat terakhir bersama bagian kepegawaian Disdik Medan. Mereka menandatangani bahwa tidak tahu bahwa saya LGBT. Tetapi tadi mereka ikut lagi," 

Dari perihal video yang berisi pernyataan dirinya LGBT. JS merespon bahwa, video tersebut banyak dipotong-potong. JS bahkan sempat bersumpah dirinya bukan LGBT.

"Bisa saja yang demo itu saya laporkan ke polisi karena di live streaming-kan. Itu kan pencemaran nama baik dan tanpa izin. Itu bisa saja saya lakukan. Namun saya capek meladeni hal seperti itu. Saya ditugaskan oleh Tuhan melalui Wali Kota Medan bukan untuk memecat. Melainkan membuat sekolah berprestasi," tutupnya.

Baca Juga: Kepsek JS Bantah Tudingan Dirinya LGBT dan Sempat Bersumpah

Berita Terkini Lainnya