TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warga Sei Minyak Hidup Dalam Kegelapan, 22 Tahun Tak Tersentuh Listrik

Manfaatkan lilin, lampu teplok dan genset untuk penerang

Warga di Langkat yang memanfaatkan lilin dan lampu teplok sebagai penerangan. (IDN Times/ istimewa)

Langkat, IDN Times - Sudah lama warga Kampung Sei Minyak, Desa Harapan Maju, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, hidup dalam kegelapan. Selama 22 tahun, mereka hanya memanfaatkan lampu teplok dan lilin untuk menerangi rumah dimalam hari.

"Kami di sini sejak tahun 2000 hingga tahun 2022 ini, jadi sekitar 22 tahun inilah kami hidup tanpa pernah tersentuh aliran listrik dari negara," kata Heri (40), salah seorang warga, Selasa (3/1/2023).

Baca Juga: Putus Mata Rantai Stunting dengan Edukasi Ibu dan Remaja di Langkat

1. Manfaatkan lilin, teplok dan genset untuk menerangi kampung

Warga di Langkat yang memanfaatkan lilin dan lampu teplok sebagai penerangan. (IDN Times/ istimewa)

Menurut Heri, jika warga ingin mendapatkan penerangan, selain lilin dan lampu teplok (lampu tempel). Mereka juga memanfaatkan genset untuk mengaliri listrik guna menerangi kampung mereka. Warga memanfaatkan genset milik perorangan yang disewakan. Genset ini akan dihidupkan mulai dari pukul 18.00 WIB sampai pukul 23.30 WIB.

"Penggunaan genset ini kami bayar, karena milik perseorangan. Per titiknya kami bayar Rp100 ribu per bulan. Jadi satu titik misal tiga rumah, dikenakan tarif Rp300 ribu perbulannya," jelas Heri.

2. Penggunaaan genset untuk menerangi kampung terbatas dan kerap terkendala

Warga di Langkat yang memanfaatkan lilin dan lampu teplok sebagai penerangan. (IDN Times/ istimewa)

Sayang, karena kemampuan genset yang sangat terbatas, terkadang menjadi kendala tersendiri sehingga aliran listrik yang dikeluarkan sering terputus. "Kemampuan genset gak terlalu begitu kuat, sehingga sering terjadi kerusakan dan sebagainya serta membuat aliran kerap terputus," terang Heri.

Untuk itu, Heri mewakili warga yang tinggal di sana berharap ada perhatian dari pemerintah pusat khususnya pemerintah daerah di Langkat, sehingga kampung mereka bisa dialiri aliran listrik untuk kepentingan sehari-hari.

"Kami bagian dari bangsa Indonesia, tapi selama ini kami belum merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Untuk itu, kami mohon kepada bapak Presiden Joko Widodo, untuk membantu kami," sambung Heri.

3. "Kami rakyat indonesia yang punya hak yang sama dengan orang-orang di luar sana"

Warga di Langkat yang memanfaatkan lilin dan lampu teplok sebagai penerangan. (IDN Times/ istimewa)

Menurutnya, sekitar 150 kepala keluarga (KK) yang menggantungkan penerangan dengan genset atau belum menikmati listrik negara di Desa Harapan Maju, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Derita inipun sudah puluhan tahun dirasakan warga disana meski sudah berusaha ke sana kemari untuk mengusahakan penerangan.

Namun hingga kini harapan mereka hanya tinggal harapan saja tanpa ada realisasi. Sehingga, jelas dia, kemungkinan ada pihak yang tidak suka mereka menetap di sana. Sebab, mereka merupakan warga pendatang atau warga pengungsi yang dipindahkan saat konflik Aceh.

"Harapan kami, tidak hanya masalah penerangan, kondisi jalan dan pendidikan warga disini juga meski mendapat perhatian. Bagaimana pun kami juga adalah rakyat indonesia yang punya hak yang sama dengan orang-orang diluar sana," tegas Heri.

Baca Juga: Inflasi Sumut 1,50 Persen, Tomat dan Cabai Merah Jadi Pemicu

Berita Terkini Lainnya