TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengaku Direhab, Ini Kata Penghuni Kerangkeng di Rumah Bupati Langkat

Polda Sumut masih telusuri dugaan kerja paksa

Pasien tempat yang disebut rehabilitasi narkoba di rumah pribadi Bupati Langkat non aktif, Terbit Rencana PA (IDN Times/Bambang Suhandoko)

Langkat, IDN Times- Kerangkeng manusia di Rumah Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana Peranginangin terus disorot. Terutama soal tempat yang diklaim sebagai rehabilitasi bagi pekerja yang kecanduan narkoba. 

Selasa (25/1/2022) siang tadi, sekitar 8 orang yang disebut pasien rehabilitasi di rumah Terbit mendatangi mendatangi kantor Camat Kuala. Lokasi dilakukan assesment oleh pihak Badan Nasional Narkotika Kabupaten (BNNK) Langkat. 

Mereka datang satu persatu dan dikumpulkan di kantor Camat. Pihak kepolisian dan TNI juga turut mendampingi jalannya assesment.

Dari pertemuan di Kantor Camat, kata plt Kepala BNNK Rosmiyati, hanya delapan orang yang mengaku sebagai penyalahgunaan narkoba ditemuinya. Sisanya, ia tidak tahu di mana keberadaannya.

"Saya tidak tahu, di mana mereka semua. Mereka sudah tidak lagi berada di dalam dan kita melakukan assesmen terhadap 8 orang," kata dia.

1. Seorang pasien mengaku keluarga yang mengantarnya masuk rehab model kerangkeng di rumah Bupati Langkat

Jefri Sembiring, seorang yang mengaku pasien tempat rehabilitasi model kerangkeng di Rumah Bupati Langkat, Terbit Rencana (IDN Times/Bambang Suhandoko)

Salah satu pasien, Jefri Sembiring (27), warga Namo Ukur, Kecamatan Sei Bingei, Langkat, Sumatera Utara mengakui, sudah selama 7 tahun mengkonsumsi narkoba dan sempat berhenti. Namun, dirinya kembali mengkonsumsi barang itu dan akhirnya diantar keluarga mengantar ke tempat rehabilitasi 4 bulan lalu.

"Keluarga yang mengantar, bertujuan agar bersih dan terhindar dari narkoba. Karena meski sempat berhenti, saya balik menggunakan lagi," kata dia.

Usai sembuh dari candu narkoba, dirinya juga dikatakan, nantinya akan bekerja di tempat (pabrik) kelapa sawit milik Terbit.

"Selama empat bulan, saya mengalami perubahan yang baik karena hidup lebih teratur mulai dari makan tiga kali sehari, bangun pagi, istirahat juta teratur, olahraga dan ibadah," jelasnya.

"Setiap hari aktivitasnya hampir sama. Ada jam-jam tertentu keluar kereng. Untuk jemur pakaian, nyapu halaman kadang bersihin kolam ikan," lanjut dia.

Baca Juga: Pengakuan BNN dan Pengawas Soal Kerangkeng di Rumah Bupati Langkat

2. Mengaku tinggal di kerangkeng bersama 13 orang lainnya

Sejumlah orang yang berada di dalam kerangkeng di rumah pribadi Bupati Langkat Nonaktif Terbit Rencana Peranginangin. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Dalam kerangkeng dirinya hidup selama empat bulan itu, diakui dirinya tinggal di dalam kereng atau kerangkeng 2 bersama 13 orang lain yang lebih lama tinggal di situ. "Makan, diantarkan tiga kali pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB dan 17.00 WIB. Begitupun dokter selalu datang pada hari Selasa dan Sabtu sekaligus untuk memberikan obat," kata dia.

Kemudian juga ada aktivitas keagamaan di malam hari sesuai agamanya masing-masing. Menurutnya, meskipun dia tidak memegang handphone. Keluarga dibolehkan untuk datang menjenguk pada hari Minggu atau hari libur nasional. "Berkunjung, hitungan waktunya bukan menit. Tapi beberapa jam dan bagi saya nyamanlah berada disana,"

Karena selama di sana, dirinya gak pernah segemuk ini sekarang ini dan bersyukur sempat dirawat disana.

"Target berada di kereng itu selama setahun, Namun saya baru menjalani selama empat bulan dan sejak ada peristiwa OTT KPK, pada Senin (24/1/2022) ada keluarga yang datang menjemput saya karena merasa kurang kondusif," katanya.

 

3. Penghuni lainnya menyebut sudah 5 bulan dan merasa lebih baik

Fredi, seorang yang mengaku pasien tempat rehabilitasi model kerangkeng di Rumah Bupati Langkat, Terbit Rencana (IDN Times/Bambang Suhandoko)

Demikian juga diakui Freddy Jonathan, warga Medan telah tinggal bersama istri di Kecamatan Stabat, Langkat. Dia mengaku tinggal di kereng selama lima bulan dan sudah bebas terhitung sejak Senin (24/1/2022). Lima bulan, kata dia, sudah sesuai dengan target sejak awal masuk di kereng. Menurutnya, berada di kereng itu membuatnya jauh lebih baik.

"Sudah lebih dari tiga tahun mengonsumsi narkoba. Dia berada di kereng setelah ada perundingan keluarga sehingga diputuskan agar membawanya ke kereng. Sebelumnya, makan, istirahat, olahraga dan ibadah tidak pernah teratur. Hal yang sebaliknya terjadi selama berada di kereng," ungkap dia.

"Kalau di luar kacau. Makan tak teratur. Kurus. Di situ, bangun jam 4.30 WIB. Habis salat subuh, olahraga. Lalu bersih-bersih. Nyuci lalu jemur pakaian di luar, nyapu, bersih-bersih kolam," pungkasnya. .

Baca Juga: Polisi Sebut Pecandu yang Sembuh Tak Digaji di Pabrik Bupati Langkat

Berita Terkini Lainnya