Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

OU Fest 2025 di Aceh Selatan, YOSL-OIC: Stop Perdagangan Orangutan!

WhatsApp Image 2025-08-19 at 1.16.03 PM.jpeg
Festival Orangutan 2025 yang berlangsung di Taman Hutan Raya (Tahura) Trumon, Aceh Selatan, Aceh, 18–19 Agustus 2025. (Dok: YOSL-OIC)
Intinya sih...
  • Perdagangan orangutan masih marak, bahkan sampai lintas negara
  • Festival ajak anak muda peduli orangutan lewat cara kreatif
  • Generasi muda harus jadi motor penggerak konservasi orangutan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Aceh, IDN Times - Aceh Selatan menjadi tuan rumah Festival Orangutan 2025 yang berlangsung di Taman Hutan Raya (Tahura) Trumon, 18–19 Agustus. Bertajuk Love for Orangutan dengan tagar #KawalJanganDijual, acara ini bukan sekadar seremonial, tapi kampanye agar orangutan tidak lagi diperlakukan sebagai komoditas.

Kasus perdagangan mamalia yang punya asam deoksiribonukleat (DNA) 97 persen mirip dengan manusi ini masih marak terjadi. Festival Orangutan 2025 jadi media penyadartahuan kepada kaum muda akan bahaya pedagangan satwa itu.

1. Perdagangan orangutan masih marak, bahkan sampai lintas negara

Dua individu orangutan Sumatra bergelantungan di atas pohon. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Dua individu orangutan Sumatra bergelantungan di atas pohon. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Direktur Eksekutif Yayasan Orangutan Sumatra Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Syafrizaldi Jpang, mengajak kaum muda untuk bersama-sama melawan perdagagan satwa. Terlebih orangutan sebagai satwa kunci di hutan Indonesia.

“Stop perdagangan orangutan! Orangutan itu endemik Indonesia. Rumahnya di sini. Kampanye ini adalah seruan agar kita bersama-sama menghentikan perdagangan satwa dilindungi dan menjaga habitatnya,” jelas laki-laki yang karib disapa Aal ini, Selasa (19/8/2025).

Sejumlah kasus perdagangan juga masih terjadi dalam beberapa tahun belakang. Kasus teranyar terjadi pada Juli 2024 lalu. Tiga pedagang orangutan ditangkap di Aceh Tamiang, dengan satu bayi orangutan berhasil diselamatkan dari dalam ransel. Kemudian petugas Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggagalkan jual beli dua bayi orangutan di Melawi, Kalimantan Barat. Bahkan di luar negeri, Februari 2025, otoritas Thailand menyita tiga bayi orangutan asal Indonesia yang diselundupkan via Malaysia.

“Walau kedua kasus itu tak saling berhubungan, tapi korbannya sama, orangutan,” tegasnya.

2. Festival ajak anak muda peduli orangutan lewat cara kreatif

WhatsApp Image 2025-08-19 at 1.16.15 PM.jpeg
Festival Orangutan 2025 yang berlangsung di Taman Hutan Raya (Tahura) Trumon, Aceh Selatan, Aceh, 18–19 Agustus 2025. (Dok: YOSL-OIC)

Sementara itu, Festival Orangutan 2025 dirancang agar generasi muda bisa terhubung langsung dengan isu konservasi. Ketua Panitia, Irfan Fitra Mansyah, menyebut rangkaian kegiatan sudah dimulai sejak 21 Juli melalui lomba desain logo Tahura Trumon, desain infografis, hingga reels kreatif di media sosial.

Puncaknya, pada 18–19 Agustus, panitia menggelar kemah konservasi, lomba foto on the spot, hingga lomba mewarnai untuk anak-anak TK dan PAUD. Semua diramu agar pesan tentang pentingnya hutan dan orangutan bisa dipahami dengan cara yang menyenangkan.

“Semoga festival ini meningkatkan kesadaran bahwa hutan adalah habitat asli orangutan dan warisan penting yang harus kita jaga bersama,” kata Irfan.

3. Generasi muda harus jadi motor penggerak konservasi orangutan

Orangutan Sumatra betina berbagi makanan dengan anaknya. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Orangutan Sumatra betina berbagi makanan dengan anaknya. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Tak hanya panitia, peserta festival juga menunjukkan antusiasme tinggi. Salah satunya Cut Rizky Juliana, siswi SMA Negeri 1 Trumon Tengah yang ikut dalam kemah konservasi.

“Festival ini membuat kami, anak muda, semakin peduli pada alam dan satwa kunci di Taman Nasional Gunung Leuser,” ungkapnya.

Lewat partisipasi anak muda, Festival Orangutan 2025 bukan hanya jadi ruang edukasi, tetapi juga simbol harapan bahwa masa depan konservasi masih bisa diperjuangkan bersama.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us