Menumpang Mobil dari Banda Aceh ke Tamiang, Muchsin Akhirnya Bertemu Anaknya

Aceh Tamiang, IDN Times - Narapidana yang dibebaskan dari salah satu Lembaga Pemasyarakatan di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh itu memberi kabar pada IDN Times melalui sambungan telepon, Kamis (18/12/2025). Suaranya langsung lirih. Nafasnya sesenggukan.
"Bang, Alhamdulillah anak saya ditemukan," ujar Muhammad Muchsin, nama lengkap laki-laki 34 tahun itu.
Muchsin bercerita, putrinya yang masih balita itu ditemukannya setelah dia sampai ke Kuala Simpang, Aceh Tamiang, 10 Desember 2025 lalu. Kota Lintang Bawah, tempat putri kecil, istri dan mertuanya tinggal, porak poranda dihantam banjir bandang.
Petang saat Muchsin tiba, dia langsung menelusuri Kota Lintang Bawah. Dia mulai bertanya pada penyintas di sana tentang keberadaan putrinya. Dia menemukan putrinya bersama jiran tetangga di sana.
"Jadi pas banjir diselamatkan orang di sana anakku," kata Muchsin.
Dia merasa lega sudah bertemu anaknya. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Di hari yang sama, Muchsin mendapat kabar duka.
"Mertua saya juga ditemukan. Namun kondisinya meninggal dunia. Langsung dimakamkan di hari itu juga," ujarnya.
Setelah menemukan putrinya, Muchsin pergi ke Kota Langsa. Di sana dia menitipkan anaknya kepada tetangganya. Muchsin pun mendatangi posko Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa. Dia menyampaikan Terima kasih kepada para relawan yang sempat memberikan tumpangan dari Langsa ke Aceh Tamiang.
Perjuangan Muchsin belum tuntas. Istrinya belum juga ditemukan. Muchsin masih bertekad untuk mencarinya.
"Mau bagai mana pun keadaanya, harus bisa saya temukan," kata Muchsin.
Belakangan dia mendapat kabar bahwa sang istri berada di kawasan Besitang. Dia masih ingin memastikan kabar itu.
"Masih mau saya cari bang. Harus ketemu. Itu tekad saya," imbuhnya.
Banjir memorak-porandakan Aceh Tamiang pada 26 November 2025. Membuat Aceh Tamiang menjadi daerah yang terparah terdampak di Aceh. Banjir dan longsor menyebabkan 86 orang meninggal di Aceh Tamiang. Sebanyak 150.484 jiwa kini menjadi pengungsi menurut data resmi per 20 Desember 2025.
Muchsin menjadi salah satu contoh baik, bagaimana seorang ayah berjuang untuk keluarganya. Status narapidana yang masih melekat sampai sekarang, bukan menjadi halangan bagi Muchsin.
Perjuangan Muchsin bermula saat dia mendapat kabar soal banjir Aceh dari dalam penjara. Sejak hari itu, Muchsin sering menangis di dalam sel. Rekan satu kamar di hotel prodeo itu kemudian prihatin kepada Muchsin. Mereka kemudian membuat permohonan kepada kepala penjara agar Muchsin diberikan izin untuk mencari anak dan istrinya di Aceh Tamiang.
Muchsin mengaku dilepaskan sementara dari penjara pada Jumat (5/12/2025). Dia berasa di penjara karena kasus narkoba. Dia direncanakan akan bebas pada Februari 2026 mendatang setelah menjalani hukuman 18 bulan penjara.
Berbekal uang Rp18 ribu dari rekan sesama Napi, Muchsin bergerak dari Banda Aceh. Dia menumpangi kendaraan yang searah dengan perjalanannya. Muchsin memanfaatkan masjid untuk bermalam. Hanya berharap kedermawanan warga supaya bisa makan.
Hingga akhirnya Muchsin bertemu dengan IDN Times dalam perjalanan. Dia menceritakan kisah perjalanannya. Muchsin pun mendapat dukungan dari publik, setelah kisah itu diunggah.
"Karena dukungan dari banyak orang, saya menjadi semangat terus. Doakan saya bisa bertemu dengan istri saya bang," pungkas Muchsin menutup obrolannya.

















