Korban luka akibat bentrok masyatakat adat dengan PT. TPL (dok.Istimewa)
Melalui Hengky, AMAN Tano Batak mengecam tindakan penyerangan itu. Baginya, apa yang dilakukan PT. TPL sudah berulang kali dilakukan.
"Belum lepas ingatan kita soal kasus Matinggir, kali ini masyarakat Sihaporas mendapatkan kekerasan yang sama. Karena mereka berupaya mempertahankan tanah adatnya dari ekspansi perusahaan TPL," jelas Hengky.
Pihaknya kini sudah berkoordinasi dengan pihak keamanan terutama kepolisian di Simalungun. Hal ini dimaksudkan agar ada pengamanan terhadap warga Sihaporas yang saat ini masih trauma atas kejadian itu.
"Pantauan di lapangan, ada 15 orang luka-luka berat terkena kayu yang sengaja dibawa oleh para pekerja PT. TPL dan juga lemparan batu. Luka-luka itu cukup serius. Di lapangan mencekam. Rumah bersama mereka sebagai tempat berkumpul sudah dibakar. Jumlahnya ada 2 rumah. Masyarakat juga telah menarik diri dari lapangan karena banyak yang luka-luka," sebutnya.
Bagi AMAN Tano Batak, penyerangan ini merupakan pola yang berulang dan sudah cukup sering berlangsung terhadap masyarakat Sihaporas. Bahkan Hengky mengaku mereka sudah lama mengadu ke pemerintah agar ada solusi yang diberikan terutama soal tanah adat yang di satu sisi juga diklaim sebagai konsesi PT. TPL.
"Masyarakat menolak karena menurut mereka itu adalah tanah leluhur mereka. Secara organisasi kita sampaikan informasi ini kepada pemerintah, ada ke Komnas Perempuan, kita sampaikan Komnas HAM juga, dan beberapa Pemerintah Kabupaten dan DPRD. Harapan kita untuk situasi saat ini, perusahaan harus tarik diri dari wilayah adat Sihaporas. Dan pelaku penaniayaan bisa ditindaklanjuti kepolisian," pungkasnya.
Sementara TPL membantah karyawannya melakukan penyerangan. Menurutnya pemicu dari masyarakat sendiri. Hal itu dikatakan Salomo Sitohang selaku Manager Corporate Communication TPL. Menurtnya warga Sihaporas melempari pekerja serta kendaraan perusahaan menggunakan batu. Ia juga menyebut warga memblokade jalan dengan kayu dan membakar mobil operasional. Total ada 6 karyawan terluka.
"Sekelompok orang menghadang dan melakukan pelemparan batu yang mengakibatkan enam orang mengalami luka-luka, yaitu Rocky Tarihoran selaku karyawan Humas, 3 orang petugas keamanan bernama Saut Ronal, Edy Rahman, dan Markus, serta seorang anggota mitra bernama Nurmaini Situmeang", kata Salomo Sitohang melalui saluran telepon.