Konflik Iran-Israel, Benjamin Gunawan Sebut Ada Dampak ke Ekonomi Sumut

- Kenaikan harga CPO dan emas menjadi kabar baik bagi eksportir Sumut
- Dikuatirkan negosiasi tarif hasilnya membebankan besaran tarif kepada produk hilir minyak kelapa sawit nasional
- Sawit diuntungkan dengan perang Iran-Israel, tapi industri hilir sawit di Sumut masih menghadapi tantangan berat
Medan, IDN Times - Israel memulai serangannya ke Iran pada minggu lalu, dan memicu aksi saling balas hingga saat ini. Perang kali ini memiliki durasi yang lebih lama dibandingkan dengan serangan kedua negara di tahun 2024 silam. Perang kali ini memiliki ancaman yang lebih besar terhadap stabilitas politik dan ekonomi global dibandingkan dengan konflik yang sempat pecah di tahun lalu.
Pengamat ekonomi, Benjamin Gunawan menyoroti dampaknya bagi pasar komoditas yang paling dirasakan adalah kenaikan pada harga minyak dunia, yang saat ini ditransaksikan dikisaran $72.67 per barel. Disusul kemudian komoditas lainnya yang mengalami kenaikan adalah harga CPO (Crude Palm oil) yang melompat dari kisaran 3.800-an ringgit per ton, saat ini ditransaksikan dikisaran 4.068 ringgit per tonnya.
1. Kenaikan harga CPO menjadi kabar baik bagi eksportir

Termasuk juga harga emas, yang sempat ditransaksikan di level $3.446 per ons troy. Harga emas naik mendekati harga $3.500 ditengah perang Iran - Israel yang berkecamuk.
"Namun khusus untuk Sumut, kenaikan harga CPO menjadi kabar baik bagi eksportir kita. Meskipun penguatan ini lebih dikarenakan oleh dorongan kenaikan harga komoditas pada umumnya," katanya.
2. Dikuatirkan negosiasi tarif nanti hasilnya tetap membebankan besaran tarif kepada produk hilir minyak kelapa sawit nasional

Belum menjadi cerminan kenaikan permintaan yang lebih menggambarkan kondisi fundamental pasar.
"Sejauh ini, kebijakan kenaikan tarif yang sudah mendekati masa tenggang menjadi tantangan terbesar bagi pelaku usaha hilir minyak sawit. AS sejauh ini masih menangguhkan kenaikan tarif resiprokal hiingga bulan juli mendatang," jelas Benjamin.
Lanjutnya, dikuatirkan negosiasi tarif nanti hasilnya tetap membebankan besaran tarif kepada produk hilir minyak kelapa sawit nasional. Berkaca dari China, dimana China juga harus membayar kenaikan tarif untuk produk ekspornya.
"Padahal dengan ukuran ekonomi China yang mampu mengimbangi kekuatan ekonomi AS, China seakan tidak berdaya dan harus menerima kesepakatan (naik) tarif," ungkapnya.
3. Saat ini sawit memang diuntungkan dengan perang Iran – Israel

Posisi tawar China ke AS jelas lebih tinggi dibandingkan posisi tawar negara kita ke AS. Jadi saat ini sawit memang diuntungkan dengan perang Iran – Israel.
"Tetapi industri hilir sawit di Sumut masih menghadapi tantangan berat ditengah ketidakpastian hasil negosiasi tarif. Dan perang dagang ini juga sangat potensial merubah struktur pasar global yang berpeluang merugikan industri sawit di Sumut," pungkasnya.