Kolaborasi Komunitas-Relawan Salurkan 2.800 Paket untuk Korban Banjir

- Tim distribusi makanan menembus kawasan terisolasi
- Warga membutuhkan air bersih dan obat-obatan
- Aksi kemanusiaan melibatkan banyak komunitas
Medan, IDN Times- Kerajaan Kejuruan Metar Bilad Deli bersama sejumlah komunitas dan relawan menggelar aksi kemanusiaan selama tiga hari berturut-turut untuk membantu warga terdampak banjir di Medan dan sekitarnya. Sebanyak 2.800 paket makanan siap saji telah disalurkan ke berbagai titik yang dinilai minim sentuhan bantuan pemerintah.
Inisiator gerakan #UMKMNaikLevel, Agung Indra Syahputra, mengatakan masih banyak kawasan yang terendam banjir tetapi belum mendapatkan bantuan logistik sejak hari pertama.
“Ini bentuk kepedulian kami terhadap masyarakat terdampak banjir. Banyak daerah yang benar-benar terisolasi dan tidak tersentuh bantuan pemerintah, baik Pemko, kecamatan sampai kepling,” ujar Agung, Senin (1/12/2025).
1. Menembus kawasan terisolasi, banyak warga belum tersentuh bantuan

Pada hari pertama, tim menyalurkan bantuan ke pengungsian di Kota Bangun, Medan Deli, dan permukiman warga di Jalan Pasar 2 Barat, Marelan. Hari kedua, kondisi serupa ditemui di Batang Kilat dan MTs Alwashliyah Pajak Rambe, Medan Labuhan.
Hari ketiga, distribusi diarahkan ke Griya Martubung 1, Martubung Tangkahan, lalu diteruskan ke Hamparan Perak, Pasar 5 Terjun Marelan, hingga Kelurahan Andansari.
Menurut Agung, penyaluran akan terus diperluas karena hingga kini banyak warga yang kesulitan memperoleh makanan dan air bersih.
“InsyaAllah program ini terus kami jalankan. Masih banyak lokasi yang belum menerima bantuan apa-apa sejak banjir terjadi,” katanya.
Tim Metar Peduli Banjir juga menghadapi situasi-situasi menegangkan. Agung mengisahkan beberapa warga yang putus asa sempat menghadang kendaraan relawan karena kondisi kelaparan dan kurangnya bantuan dari pihak berwenang.
“Dua hari berturut-turut kami diberhentikan paksa oleh warga. Mereka sudah lama tidak menerima bantuan apa pun. Listrik mati, makanan tidak ada. Mereka hampir menjarah mobil kami,” ungkapnya.
Ia menggambarkan kondisi warga—termasuk lansia dan anak-anak—sangat memprihatinkan. “Ada yang bajunya tinggal di badan saja. Anak-anak minta susu, nenek-nenek pun ada yang minta susu. Banyak yang benar-benar tidak punya apa-apa lagi.”
2. Air bersih dan obat-obatan jadi kebutuhan mendesak

Selain makanan, warga sangat membutuhkan air bersih serta obat-obatan dasar. Agung menyebut ada warga yang sudah dua hari tidak makan dan mengalami penurunan kondisi kesehatan.
“Air bersih itu sangat-sangat diperlukan. Banyak yang tidak punya akses. Ada lansia yang bilang sudah dua hari tidak makan dan cuma minta obat.”
Ia menilai bencana ini seharusnya menjadi momentum refleksi bagi pemerintah dan masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan, termasuk persoalan sampah dan penebangan pohon.
Agung juga mengkritik lemahnya koordinasi dan pendataan di tingkat pemerintahan. “Pemerintah punya camat, lurah, kepling. Seharusnya semua sudah ter-cover. Tapi ketika ditanya, kepling bilang dari atasan tidak ada. Apakah harus menunggu dicambuk dulu baru bergerak?”
3. Kolaborasi banyak komunitas

Aksi kemanusiaan ini melibatkan berbagai komunitas, antara lain LAZIS Albilad, Badjoe, Indonesian Pride, Kedan Uwak, TBM Group, #UMKM Naik Level, KSU Artamandiri, hingga Alia Farm yang berbasis di Singapura. Meski banyak pihak menawarkan donasi uang, Agung mengaku masih menolak menerima dana dan lebih mendorong masyarakat untuk turun langsung membantu.
“Banyak yang mau menitipkan dana, tapi saya ingin mereka datang dan ikut turun langsung. Ajak relawan, ajak bidan, siapa pun. Biar mereka lihat sendiri kondisi di lapangan," kata Agung.
Agung menegaskan Metar Peduli Banjir akan terus bergerak hingga kondisi benar-benar pulih.
“Kami lanjut sampai benar-benar kondusif. Selagi masyarakat masih terdampak, kami tetap turun,” tegasnya.


















