Belajar Dampak Ekonomi Kebijakan Reklasifikasi dari Eropa

Pemaksaan kebijakan ketenagakerjaan, seperti reklasifikasi mitra menjadi karyawan platform atau memaksakan pemberian manfaat setara karyawan pada sektor mobilitas dan pengantaran digital dapat memberikan dampak negatif yang cukup signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Termasuk menurunnya pendapatan jutaan UMKM yang bergantung pada platform digital serta meningkatnya pengangguran.
Kebijakan ini diprediksi akan menghilangkan kemampuan platform digital sebagai bantalan ekonomi nasional. Efek domino dari kebijakan ini termasuk memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional, menimbulkan gejolak sosial politik, dan turunnya kepercayaan investor baik dalam maupun luar negeri, terutama di masa perekonomian dunia yang menantang saat ini
Sebaiknya Indonesia belajar dari beberapa negara Eropa yang sudah pernah menerapkannya namun berimplikasi buruk.
Agung Yudha, Direktur Eksekutif Modantara mengatakan bahwa wacana untuk menjadikan mitra pengemudi dan mitra kurir sebagai pegawai tetap sudah banyak terjadi di berbagai negara, namun hal tersebut bukan berarti serta merta merupakan kebijakan yang harus diikuti oleh Indonesia.
"Kita justru dapat melakukan regulatory impact assessment apakah kebijakan-kebijakan tersebut efektif menjawab permasalahan yang ada,” ujarnya.
Berikut beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum memberlakukan reklasifikasi mitra menjadi karyawan:
1. Harga layanan menjadi naik

Saat ini Industri ojol, taksol, dan kurol berkontribusi sebesar 2% PDB - ITB,2023. Perubahan status menjadi karyawan akan mengakibatkan, pertama, hanya sebagian kecil dari mitra pengemudi yang bisa terserap (diperkirakan hanya 10-30% mitra yang terserap, atau 70-90% tidak memiliki pekerjaan).
Kedua, penurunan aktivitas ekonomi digital yang berujung pada penurunan PDB sebesar 5.5% dan 1.4 juta orang kehilangan pekerjaan - Svara 2023. Ketiga, dampak total pada perekonomian Indonesia bisa mencapai sekitar Rp 178 triliun, yang mencakup efek lanjutan di sektor lain.
Beberapa negara telah mereklasifikasi Mitra Platform menjadi Karyawan maupun memberikan Klasifikasi Sendiri namun dengan hak dan manfaat yang menyerupai karyawan. Dampak reklasifikasi tersebut menimbulkan beberapa risiko seperti jumlah mitra pengemudi menyusut.
Di Spanyol misalnya, dengan 48 juta penduduk, aplikasi Uber melakukan putus mitra pengemudi, Aplikasi Deliveroo hengkang, aplikasi Glovo hanya mampu menyerap sebagian. Sehingga 83% mitra diputus mitra dan tidak memiliki kesempatan pendapatan.
Di Swiss dengan 9 juta penduduk, Jumlah pengemudi menurun menjadi 67%, terutama mereka yang membutuhkan fleksibilitas dikarenakan perusahaan menetapkan syarat yang lebih ketat. Sebanyak 79 persen dari jumlah pengemudi tersebut tidak dapat menemukan pekerjaan lain sampai 6 bulan.
Dampak lainnya adalah harga layanan menjadi naik. Di Inggris dengan 70 juta penduduk, Uber menaikkan harga tarif dan komisi jadi lebih tinggi di kisaran 25% - 30%, mengurangi take-home earning pengemudi karena permintaan menurun.
Sedangkan di Amerika, sejak diberlakukannya upah minimum, volume pesanan pengiriman makanan melalui UberEats turun 45% karena Uber menaikkan biaya pengiriman dan konsumen tidak menggunakan layanannya karena harga yang lebih tinggi.
Di negara tetangga, singapura dengan 6 juta penduduk, platform menaikkan harga layanan transportasi dan pengantaran online.
Dampak lainnya adalah perkembangan UMKM menjadi tersendat. Misalnya di Swiss terjadi penurunan permintaan terhadap layanan pemesanan makanan sebesar 42%. Estimasi potensi pendapatan yang hilang bagi restoran sebesar 16 juta Euro (260 Milyar Rupiah) per tahun dan Potensi pendapatan negara atas pajak hilang.
Sedangkan di Amerika, sejak diberlakukannya upah minimum, Uber dan Lyft mulai membatasi akses mitra pengemudi selama periode volume order rendah. Karena waktu menunggu dihitung dalam rumus upah minimum, aplikasi mengunci akses pengemudi supaya mitra tidak dapat masuk aplikasi dan mendapatkan bayaran.
2. Restoran yang hanya beroperasi secara online akan kehilangan jalur utama penjualan

Agung Yudha menyimpulkan ada beberapa dampak Ekonomi Langsung yang bisa ditimbulkan dari kebijakan reklasifikasi mitra menjadi karyawan.
Pertama, pelanggan Kehilangan Akses dimana konsumen yang mengandalkan delivery karena keterbatasan mobilitas (misalnya orang tua, penyandang disabilitas, atau mereka yang tinggal jauh dari pusat kota) akan sangat terdampak.
Kedua, jika layanan delivery mencakup makanan, obat-obatan, atau kebutuhan pokok, maka risiko krisis logistik bisa meningkat, apalagi di daerah terpencil atau saat ada bencana/krisis.
Ketiga penurunan Pendapatan, karena banyak UMKM menggunakan layanan pengantaran dan mobilitas digital untuk menjangkau pasar yang lebih luas dari sekedar area mereka beroperasi. Tanpa platform, bisnis mereka bisa stagnan atau bahkan rugi.
"Dengan adanya reklasifikasi mitra sebagai pegawai, ada potensi untuk menekan perusahan teknologi pengantaran digital untuk menaikan harga yang dibebankan kepada pengguna layanan. Ini dapat berdampak pada naiknya beban operasional yang lebih besar bagi pengguna terutama UMKM," ujarnya.
Selain itu, bisnis yang sangat bergantung pada delivery seperti restoran, supermarket, apotek, dan e-commerce akan mengalami penurunan penjualan drastis. UMKM yang tidak punya outlet fisik kuat atau tidak punya banyak pelanggan setia akan lebih terdampak: Restoran yang hanya beroperasi secara online akan kehilangan jalur utama penjualan dan hanya dapat bergantung pada area penjualan dimana outlet fisik berada.
Shopee, Tokopedia, dan e-commerce lainnya juga bekerja sama dengan layanan kurir instan. Penurunan layanan bisa mempengaruhi kepuasan pelanggan, dan berdampak pada berkurangnya omzet penjualan.
3. potensi lonjakan pengangguran informal di kota besar, dan menambah beban negara

Yang lebih menyeramkan adalah efek sosial dan Tenaga Kerja yang ditimbulkan. Yakni Ribuan mitra pengemudi kehilangan penghasilan atau pekerjaan, karena serapan tenaga kerja pasti mengalami recruitment barrier, dan hanya sebagian kecil dari mitra pengemudi yang ada sekarang yang bisa terserap (diperkirakan hanya 10-30% yang terserap, atau terjadi penurunan sebesar 70-90%).
Ini berarti ada potensi lonjakan pengangguran informal di kota besar, dan menambah beban negara. Turunnya penghasilan driver bisa menurunkan daya beli, yang mempengaruhi sektor lain seperti makanan, kebutuhan pokok, dan layanan finansial (misalnya cicilan motor atau pinjaman online).
Efek domino ke sektor lain di antaranya restoran, toko, dan layanan logistik yang mengandalkan delivery. Dampak lebih jauh jika hal-hal tersebut terjadi.
"Investasi di Indonesia turun dikarenakan hilangnya kepercayaan investor dalam dan luar negeri. Penerimaan pajak negara menurun. Gejolak sosial politik dikarenakan kondisi ekonomi yang rentan; dapat berujung pada ketidakstabilan keamanan nasional," ungkapnya.
Berdasarkan riset dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics, pada tahun 2019, kontribusi industri mobilitas dan pengantaran digital terhadap perekonomian Indonesia mencapai Rp 127 triliun.
Setiap peningkatan sebesar 10 persen pada jumlah mitra pengemudi, secara signifikan akan berkontribusi pada peningkatan tenaga kerja di industri mikro dan kecil sebesar 3,93 persen.
Diperkirakan Industri ini menaungi lebih dari 1.5 juta UMKM dan perubahan status menjadi karyawan berpotensi mengakibatkan 1,4 juta orang kehilangan kesempatan pendapatan, dan penurunan aktivitas ekonomi digital yang berujung pada penurunan PDB sebesar 5.5% - Svara Institute, 2023
Jika layanan delivery berkurang drastis hingga 70-90%, dampak ekonominya dapat dihitung berdasarkan kontribusi sektor tersebut (lebih dari 89 triliun).
"Jika kita menggunakan multiplier ekonomi yang sering digunakan untuk perhitungan sektor jasa (umumnya antara 1.5 hingga 2.5), maka kita bisa memperkirakan efek ekonomi lebih lanjut. Misalnya, jika multiplier rata - rata = 2, maka 89 triliun × 2 = 178 triliun," bebernya.
Artinya, dampak total pada perekonomian Indonesia bisa mencapai sekitar Rp 178 triliun, yang mencakup efek lanjutan di sektor lain, seperti UMKM yang bergantung pada pengiriman cepat, Ekonomi digital dan jasa logistik lain. Serta kehilangan pendapatan bagi pekerja di sektor terkait, yang berkurang daya belinya, yang selanjutnya berdampak pada konsumerisme dan sektor ritel.