Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tahukah Kamu? Sosiologi Punya Peran Penting dalam Mitigasi Bencana

volcano.si.edu

MEDAN, IDN Times - Mitigasi bencana memakai perspektif Sosiologi menjadi bahasan apik pada Konferensi Nasional Sosiologi VIII di Hotel Le Polonia, Kota Medan, Senin (1/4).

Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU yang menjadi tuan rumah dalam gelaran akbar tahunan itu.

Konferensi diikuti oleh 34 universitas di seluruh Indonesia. Terkhususu yang punya Departemen Sosiologi.

Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU Harmona Daulay mengatakan, tema mitigasi bencana yang dipilih diharapkan bisa membuat kontribusi kepada masyarakat luas. Karena potensi bencana yang tidak bisa diprediksi kapan terjadinya.

"Karena masalah kebencanaan harus aktual Tapi dalam konteks kebencanaan. Makanya kita undang ahli bencana. Mulai dari teknis hinggga sosiologis," ujar Harmona, Senin (1/4) malam.

1. Mitigasi bencana bisa dibahas dari kearifan lokal

IDN Times/Prayugo Utomo

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana, Agus Wibowo yang hadir dalam diskusi menyebut, Indonesia berada dalam cincin api (Ring of Fire). Sehingga potensi bencana khususnya di daerah dekat gunung api cukup tinggi.

Mitigasi bencana sangat perlu dilakukan. Supaya angka korban jiwa bisa ditekan. Pendekatan terhadap kearifan lokal (Local Wisdom) bisa dijadikan konsep mitigasi bencana. Tapi tidak semua kearifan lokal yang bisa dijadikan pendekatan.

"Jadi kearifan lokal itu kan ada banyak, jadi harus diteliti, sesuai atau enggak ( untuk mitigasi), kalau sesuai baru bisa digunakan," ujar Agus.

 

2. Masyarakat Indonesia masih percaya kearifan lokal melihat bencana apa yang akan terjadi

PontianakMedia
PontianakMedia

Kearifan lokal memberikan pengaruh cukup besar pada masyarakat Indonesia. Begitu pun pada mitigasi bencana. Bahkan terkadang hal ilmiah dibantahkan masyarakat karena kearifan lokal.

"Misalnya (tanda -tanda) gunung meletus. Ada cacing keluar, padahal itu hanya salah satu tanda tanda, bukan berarti penentunya," ujar Agus.

Di Bali, masyarakat masih percaya, sebelum Gunung Agung meletus akan bermunculan tikus putih. Sosiologi harus meneliti itu sebagai ranah pendekatan.

"Mungkin itu hanya salah satu tanda. Bisa saja keluar bisa saja tidak. Kalau seperti itu nanti bisa (banyak korban ) meninggal," ungkapnya.

 

3. Kearifan lokal harus diteliti mendalam sebagai pendekatan mitigasi

IDN Times/Prayugo Utomo

Kata Agus, kearifan lokal perlu diteliti secara komprehensif. Jika kearifan lokal itu sangat mendekati mitigasi, baru bisa digunakan.

"Misalnya jika ada hewan yang turun gunung, itu salah satu contohnya," ungkap Agus

4. Mitigasi perlu sinergisitas lintas instansi

IDN Times/Uni Lubis

Harmona mengatakan, kebencanaan harus disikapi bersama. Lintas instansi termasuk akademisi harus berperan aktif dalam mitigasi.

Dalam konferensi ini, para peserta akan merumuskan ide bersama. Akademisi, menjadi bagian penting untuk memberikan kontribusi ke masyarakat.

"Ini bagian dari pengabdian akademisi untuk masyarakat. Perumusan ide ini akan menjadi publikasi bersama. Harus ada sinergi bersama se-Indonesia yang akan memberikan kontribusi terhadap kebencanaan," pungkasnya.

 

5. Kebencanaan akan jadi mata kuliah baru di Sosiologi

Quipper

Harmona menjelaskan, kebencanaan akan menjadi mata kuliah baru di Sosiologi. Selama ini mata kuliah yang paling mendekati adalah Sosiologi lingkungan.

Kajian tentang kebencanaan harus dilakukan lebih fokus. Supaya mahasiswa juga bisa memahami tentang mitigasi.

"Beberapa universitas sudah ada mata kuliah itu. Kita akan bekerjasama dengan BMKG. Nanti mahasiswa akan belajar wawasan iklim dan sebagainya," tandasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Prayugo Utomo
EditorPrayugo Utomo
Follow Us