TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sedihnya! Bayi Nabila Uzdah Simanjuntak Lahir Tanpa Anus

Saat ini BAB dari saluran air kencing!

Bayi perempuan lahir tanpa anus digendong orangtuanya (Dok.IDN Times/Istimewa)

Simalungun, IDN Times - Seorang bayi perempuan dari pasangan suami istri (pasutri) Jatar Simanjuntak dan Uci Mayang Sari lahir tanpa amus (Atresia Ani). Kondisi ini membuat bayi mungil yang cantik tersebut, yang diberi nama Nabila Uzdah boru Simanjuntak pun menangis saat hendak buang air besar, karena terpaksa melalui saluran kencing.

Anak pertama yang lahir tanggal 2 Juni 2020 kini dirawat orangtuanya di Huta Anggrek, Nagori Siantar Estate, Kecamatan Siantar, harus menahan sakit lantaran orang tuanya tidak memiliki kemampuan finasial yang memadai untuk membiayai rumah sakit. Hal ini diceritakan Pasutri ini, Minggu (21/6).

Baca Juga: [UPDATE] Bertambah 58, Kasus Positif COVID-19 Sumut Jadi 1.082 Orang

1. Biaya operasi diperhitungkan sekitar Rp50 juta

Pasangan suami istri menggendong bayi mungil berusia 19 hari (Dok.IDN Times/Istimewa)

Jatar Simanjuntak bercerita bahwa sejak dalam kandungan, sesuai hasil konsultasi dengan dokter, anak mereka tumbuh sehat. Namun setelah lahir, mereka sadar anaknya tidak memiliki anus. Hal tak lazim ini pun kemudian mereka konsultasikan kepada dokter anak dan saran yang didapati harus segera menjalani operasi. Hanya saja, pasangan suami istri tersebut tidak memiliki uang.

Kendala dana itu membuat pasutri ini harus bersedih dan ikut menangis melihat anak mereka merasakan rasa sakit. Kini usia bayi tersebut sudah 19 hari. "Setiap akan buang air besar, selalu menangis dan wajahnya memerah menahan sakit, sangat kasihan sekali kami melihatnya karena cukup tersiksa," kata Jatar Simanjuntak dengan menambahka, bahwa berdasarkan analisa dari dokter, proses operasi yang harus dijalani membutuhkan uang sekitar Rp50 juta.

2. Pasutri ini belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan

Bupati Simalungun, JR Saragih mendatangi kediaman bayi (Dok.IDN Times/Istimewa)

Mendengar biaya yang cukup besar, Jatar hanya banyak berdoa dan pasrah karena penghasilan dari pekerjaannya sebagai buruh bongkar muat, yang tak menentu dapat uang, jelas tidak akan mampu menanggulangi biaya tersebut. Sementara istrinya hanya Ibu Rumah Tangga (IRT).

Membayangkan mustahil ntuk mendapat uang Rp50 juta dengan kemampuan sendiri, pasutri itu pun berharap banyak dari uluran tangan dermawan, apalagi selama ini mereka tidak belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan karena faktor kemampuan keuangan.

"Dari mana kami punya uang segitu, makan sehari-hari saja cukup sudah bagus. Sekarang kami sedang berusaha mencari uang agar bisa mendaftar ke BPJS Kesehatan," jelasnya.

Baca Juga: Pasien Positif COVID-19 Satu Desa di Simalungun Sudah 29 Orang

Berita Terkini Lainnya