Orderan Penjahit Bendera Merah Putih di Medan Turun 30 Persen

- Maivo mengakui orderan bendera merah putih menurun 30 persen dari tahun sebelumnya
- Bahan kain bendera naik tapi Maivo tak menaikkan harga jual
- Orderan yang didapat ada dari luar Kota Medan
Medan, IDN Times - Seperti biasa, setiap tahun menjelang Kemerdekaan 17 Agustus suara mesin jahit yang ada di Salon Bintang Narist jalan Jamin Ginting nomor 517, Padang Bulan, Medan Baru, Kota Medan ini terdengar aktif. Sebab, dibanjiri orderan bendera merah putih.
Kemudian, persis dihalaman rumah tahun 1958 bercat warna biru ini pun bergantungan bendera merah putih hasil jahitan sosok perempuan bernama Maivo Tobing. Rumah ini menjadi tempat produksi dalam memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.
Maivo Tobing, sosok perempuan yang telah terjun dalam menjahit bendera merah putih sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Ia merupakan generasi kedua, setelah bapaknya sang penjahit bendera bernama Pardamean Lumbantobing, tutup usia 82 tahun.
Selain menjadi penjahit bendera merah putih, Maivo merupakan pemilik salon bintang narist dan penyewa baju adat yang dibuat olehnya.
IDN Times berkesempatan mewawancarainya dilokasi pembuatan bendera merah putih di Kota Medan.
1. Maivo telah menjahit bendera dan hanya habisi bahan kain empat pasang rol

Sejak puluhan tahun menjahit bendera merah putih selalu dibanjiri orderan. Namun, tahun ini dia mengakui orderannya menurun hingga 30 persen dari tahun sebelumnya.
"Orderanku menurun 30 persen tahun ini dari tahun semalam. Habis sudah 4 rol pasang kain merah putih ku jahit sejak bulan Juli kemaren, dan tinggal sisa 1 rol pasang lagi yang belum dijahit, itu untuk jaga-jaga mana tahu ada orderan mendadak di H-4 atau H-3," jelasnya pada IDN Times.
2. Bahan kain bendera naik tapi Maivo tak menaikkan harga jual

Dalam hitungannya, satu rol pasang kain merah putih ini bisa dijahit dengan ukuran sedang mencapai 60 pcs dan ukuran kecil bisa 100 pcs.
"Pembelian harga kain naik, tapi untuk penjualanan ecer gak kami buat naik harganya tetap sama dengan tahun-tahun sebelumya. Karena 1 rol naik harga Rp50 ribu jadi gak bisa kita naikkan kalau jualnya nanti lari pelanggan," ucap Maivo yang merupakan generasi ketiga penjahit bendera merah putih.
Mesin yang digunakan Maivo merupakan mesin pemberian dari opungnya (panggilan batak Nenek/kakek).
"Ini mesin tua dari opung ke mamak ku dan ke aku. Karena kakak ku yang lain-lain tidak hobi menjahit mereka kantoran, kebetulan sesuai sama ku juga hobi menjahit. Jadi sambi-sambi," ucap perempuan berkacamata ini.
3. Orderan yang didapat ada dari luar Kota Medan

Menjahit bendera merah putih sudah dilakukan Maivo sejak duduk dibangku SD, dia melakukan secara otodidak. Kemudian, beranjak dewasa dirinya belajar menjahit kain untuk mematangkan keahliannya.
"Kalau ini (menjahit bendera merah putih), kami gak kursus disuruh saja menjahit meskipun salah-salah dibiarkan orangtua dulu," tuturnya.
Hingga kini, penjualanan bendera merah putih Maivo sudah sampai ke luar Kota Medan, seperti Sidikalang hingga Aceh dan daerah lainnya.