Ombudsman Investigasi Dugaan Maladministrasi di RSUD Djoelham Binjai

Binjai, IDN Times - Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara turun langsung ke RSUD Djoelham, Kota Binjai, untuk menyelidiki dugaan maladministrasi terkait kematian seorang pasien usai menjalani prosedur cuci darah (hemodialisis). Investigasi ini merupakan tindak lanjut dari laporan keluarga pasien yang menduga adanya kelalaian dalam pelayanan rumah sakit.
Dalam kunjungan yang berlangsung pada Kamis (27/3/2025), tim Ombudsman memeriksa berbagai aspek layanan rumah sakit, termasuk fasilitas hemodialisis, kondisi ruang rawat inap, serta sistem suplai air yang menjadi perhatian utama dalam laporan yang diterima.
1. Ombudsman menemukan beberapa temuan awal dugaan maladministrasi

Kepala Perwakilan Ombudsman Sumut, Herdensi, menyampaikan bahwa pihaknya telah menemukan beberapa indikasi yang perlu didalami lebih lanjut.
"Dari hasil kunjungan ini, kami menemukan beberapa temuan awal yang perlu didalami lebih lanjut, terutama terkait standar operasional prosedur (SOP) cuci darah, ketersediaan air saat prosedur berlangsung, serta kondisi fasilitas di ruang rawat inap pasien," ujar Herdensi dalam keterangannya, Jumat (28/3/2025).
Selain itu, Ombudsman juga menyoroti beberapa aspek pelayanan yang masih perlu perbaikan.
2. Ombudsman akan melakukan penyelidikan lebih lanjut

Salah satu temuan penting dari investigasi ini adalah dugaan keterbatasan suplai air di RSUD Djoelham. Faktor ini disebut-sebut menjadi salah satu penyebab dalam insiden yang menimpa pasien tersebut.
Tim Ombudsman telah mewawancarai tenaga medis, manajemen rumah sakit, serta petugas teknis untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai kondisi fasilitas di rumah sakit tersebut. Hasil dari wawancara dan pemeriksaan ini akan menjadi bahan analisis lebih lanjut.
Ombudsman RI memastikan bahwa penyelidikan terhadap kasus ini belum berakhir. Pihaknya akan mengumpulkan bukti tambahan dan meminta klarifikasi lebih lanjut dari pihak terkait. Jika ditemukan indikasi maladministrasi atau kelalaian, Ombudsman akan merekomendasikan tindakan yang diperlukan kepada pihak rumah sakit. Mereka meminta pihak RSUD Djoelham untuk bekerja sama dan segera melakukan perbaikan agar insiden serupa tidak terulang di masa depan.
"Kami akan terus mendalami kasus ini dengan meminta klarifikasi tambahan dari pihak terkait serta mengumpulkan bukti-bukti lain yang relevan. Jika ditemukan adanya indikasi maladministrasi atau kelalaian, Ombudsman akan merekomendasikan tindakan yang sesuai kepada pihak terkait," tambah Herdensi.
2. Dua orang meninggal dunia, diduga karena buruknya layanan kesehatan di RSUD Djoelham

Sebelumnya, pelayanan RSUD Djoelham kembali mendapat sorotan dari keluarga pasien. Kali ini, sorotan tersebut datang dari keluarga Agung Pramana, Minggu tanggal 9 Maret 2025. Anak Agung yang belum genap 1 tahun berinisial MAP meninggal dunia di rumah sakit milik Pemerintah Kota Binjai.Keluarga mendug penyebab bayi 11 bulan akibat buruknya pelayanan RSUD Djoelham.
Sebelumnya persoalan lain mencuat saat seorang pasien bernama R Br Ketaren (75) meninggal dunia saat sedang melakukan cuci darah.
Anak korban pun merasa tak puas dan ganjal atas kematian ibunya. Pasalnya sebelum ibunya wafat, di mesin cuci darah berbunyi alarm dan muncul tulisan "no water". Bahkan anak korban menyurati DPRD Binjai dan Inspektorat untuk menindaklanjuti apa yang dialami ibunya sebelum meninggal dunia.