Melihat Tradisi Tadarus Ramadan Ribuan Santri Ar-Raudlatul Hasanah

Medan, IDN Times - Banyak tradisi-tradisi unik yang dilakukan sejumlah pesantren pada bulan suci Ramadan. Semata tradisi tersebut dilakukan untuk bisa memperoleh keberkahan pada hari besar umat muslim di seluruh dunia ini.
Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah salah satunya. Tak mau melewati bulan Ramadan begitu saja, pesantren yang berada di Jalan Setia Budi Medan Tuntungan ini, mengajak ribuan santrinya melakukan tadarus melingkar. Tradisi ini konsisten mereka helat dari awal hingga sampai 10 hari terakhir bulan suci Ramadan.
1. Ribuan santri membentuk formasi lingkaran sembaru bertadarus

Ustaz Carles Ginting selaku Wakil Direktur Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah mengatakan bahwa tadarus melingkar merupakan salah satu tradisi mereka yang rutin diadakan pada bulan suci Ramadan. Hal ini mereka lakukan semata untuk memaksimalkan ibadah bulan suci Ramadan.
"Kita berharap mereka bisa memaksimalkan bulan Ramadan. Karena baca quran itu adalah bagian dari ibadah. Maka kita juga arahkan dan dikawal sama guru-gurunya. Walaupun kegiatan belajar mengajar berjalan sebagaimana biasa, tapi di Ramadan ini mereka bisa juga beribadah melalui baca quran dan ibadah lainnya. Kalau malam, ya, tarawih seperti biasa, masuk kelas juga normal tak ada perubahan waktu," kata Ustaz Carles, Senin (3/3/2025).
Formasi tadarus quran dengan duduk melingkar ini disebut Ustaz Carles memiliki tujuan. Di mana salah satunya ialah keefektifan membaca dan mengoreksi.
"Ini sebenarnya memudahkan pengontrolan. Karena kan kita juga harus awasi anak-anak untuk baca quran ini. Karena kalau misalnya mereka hadap depan semua sangat susah kita mengawasinya. Kalau formasi seperti ini kita bisa memantaunya lebih jauh," lanjutnya.
2. Tadarus melingkar akan dilaksanakan sampai 10 hari terakhir Ramadan

Ada ribuan santri yang melakukan tadarus melingkar ini. Santri laki-laki berjumlah 1.600 orang, dan santri perempuan berjumlah 1.900.
Masing-masing kelompok yang membentuk lingkaran, terdiri dari 9 sampai 11 santri. Pengelompokan ini disebut Ustaz Carles sudah dibentuk oleh pengawasnya langsung.
"Tradisi (tadarus melingkar) ini sudah sejak lama. Karena memang jumlahnya (santri) besar, ya. Beberapa tahun terakhir memang sudah kita lakukan hal yang sama. Tujuannya ini lebih kepada mereka khatam quran di bulan Ramadan. Mereka baca surahnya masing-masing. Biasanya mereka sudah khatam setelah 4 hari sampai 5 hari. Dan memang kita ajak mereka khatam quran sebanyak mungkin," beber Ustaz Carles.
Karena banyaknya jumlah santri yang melakukan tadarus, masjid pesantren yang cukup luas dan berlantai 2 sampai tidak muat. Alhasil, santri perempuan diletakkan di tempat yang berbeda.
"Insyaallah tadarus ini sampai 20 Ramadan, 10 hari terakhir puasa. Walaupun sekolah pada umumnya libur di Ramadan pertama, tapi kalau kami lihat anak-anak ini normal saja. Karena puasa bukan hal yang baru bagi mereka. Puasa Senin Kamis sudah biasa, jadi ini puasa Ramadan tak terlalu berat bagi mereka. Kecuali eskul yang butuh olah fisik itu tidak kita aktifkan," pungkasnya.
3. Dalam bertadarus, santri bisa saling mengoreksi

Salah satu santri bernama Muhammad Zikri merasa senang melakukan tadarus. Baginya, tadarus quran merupakan salah satu cara bagi para santri memperbaiki bacaan qurannya.
"Sebenarnya hikmahnya adalah untuk saling mengoreksi dan memperbaiki bacaan santri. Jadi dalam tadarus ini bacaan al qurannya akan dibaca secara bergantian. Lalu yang lainnya menyimak. Apabila ada yang mendapatkan bacaan dari teman mereka yang kurang pas atau salah, temen yang lain bisa memperbaikinya," beber Zikri.
Kelompok Zikri biasanya dalam satu hari bisa menuntaskan 1 sampai 2 juz. Di mana setiap harinya mereka tinggal menyambung saja ayat-ayat yang belum dibacakan.
"Tadarus melingkar cukup efektif. Karena dalam satu kelompok tadarus ini terdapat santri yang bacaan qurannya baik dan kurang baik. Jadi santri yang bacaan qurannya baik dapat memperbaiki bacaan santri yang lain. Ini ayatnya tergantung kesepakatan kelompok tadarus masing-masing," pungkasnya.