Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Liga Debat Mahasiswa 2025: Tekuk Atma Jaya, Juara Bertahan IPB Melaju

Liga debat mahasiswa 2025 IDN Times (dok. IDN Times)

Medan, IDN Times - Pertarungan ketat tersaji antara IPB University dan Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta  pada lanjutan babak penyisihan Liga Debat Mahasiswa 2025, Selasa (20/5/2025) yang digelar IDN Times dalam rangkaian HUT ke-11. Hasilnya juara bertahan IPB memastikan tiket lolos ke babak perempat final. 

Pada babak penyisihan 5 Liga Debat ini dengan mosi yaitu, "Perubahan Iklim Merupakan Ancaman Kesehatan Terbesar Bagi Masyarakat Indonesia Dalam 30 Tahun Ke depan."

Kedua tim tampil solid dengan menurunkan tiga anggotanya. IPB yang kal ini berstatus sebagai tim Pro diwakili oleh Muhammad Amrul Haq Maulana, I Made Manik Rama Cahyadi, dan Revandra Athaya Rizkika. Sementara Universitas Atma Jaya diwakili Yosephine Ginting Suka, Arlen Sebastian Oloando Butar Butar, dan Rara Anjani Adelleide Sunarto.

Tiga panelis yang hadir yaitu Arie Rostika Utami, dari Yayasan Indonesia Cerah, Prigi Arisandi sebagai pendiri ECOTON, dan Enda Grimonia selaku Policy Analyst Manager New Energy Nexus. Sementara Irwan Idris dari Editor IDN Times, bertindak sebagai moderator.

1. Iklim mengancam kesehatan masyarakat

Liga debat mahasiswa 2025 IDN Times (dok. IDN Times)

Dalam pemaparan awal, I Made Manik Rama Cahyadi dari IPB menjelaskan pernyataan dari World Health Organization (WHO) pada November 2023 bahwa, perubahan iklim adalah ancaman kesehatan terbesar di Indonesia yang juga dihadapi dunia karena dampak pada aspek esensial dibidang kesehatan seperti udara bersih, air, ketahanan pangan, penularan penyakit, dan penurunan daya tahan tubuh.

"Adapun beban pembuktian kami ada dua hal, pertama: perubahan iklim ini membawa dampak kesehatan yang mempengaruhi populasi mayoritas dan berdampak sistemik terhadap sistem kesehatan nasional serta yang kedua: ini memberikan eskalasi dari dampak ancaman dari faktor kesehatan lainnya seperti faktor ekonomi, sosial dan budaya," jelasnya.

Sebagai tim Pro, Rama Cahyadi memberi 3 argumentasi. Yaitu, pertama tentang penyakit menular dengan 3 alasan salah satunya suhu yang dalam 3 tahun kedepan BMKG memprediksi suhu Indonesia akan meningkat sekitar 1 sampai 1,5 derajat celsius sehingga perubahan suhu dan kelembapan memperluas habitat dari sektor pembawa penyakit seperti nyamuk, lalat kutu dan sebagainya sampai kedaerah yang tidak bisa dijangkau.

Argumentasi kedua tentang penyakit non menular, data dari Kemenkes menunjukkan bahwa, 70 persen kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit menular seperti penyakit jantung, diabetes, dan penyakit paru.

Kemudian, argumentasi yang ketiga membahas tentang daya tahun tubuh yang menurun, polusi, perubahan suhu dan patogen yang lebih tinggi menggangu sistem imun menyebabkan alergi dan penyakit auto imun.

Ditambahkan Amrul Haq tentang perubahan iklim mengancam kesehatan terbesar bagi masyarakat Indonesia.

"Argumen selanjutnya, bagaimana perubahan iklim secara langsung menurunkan ketahanan pangan dan gizi masyarakat kita," ucapnya.

Disebutkannya bahwa, argumen kali ini berkaitan dengan petani Indonesia bergantung pada cuaca untuk bertani. Artinya, kualitas pangan sangat bergantung dengan iklim maka jika cuaca tidak semakin menentu tidak akan memberikan kepastian yang tepat. Sehingga, berdampak pada gagal panen dan kualitas padi yang menurun dan berdampak pada masyarakat berpenghasilan rendah, hingga asupan pangan untuk anak yang bergizi terancam.

"Kesimpulan dari argumen saya adalah perubahan iklim tidak hanya mengurangi hasil panen, Tidak hanya menyulitkan petani sebagai pekerja tetapi yang lebih nyata adalah mempengaruhi kualitas pangan hingga penurunan kualitas kesehatan. Hal ini juga linier dengan program utama Presiden Prabowo yaitu makan bergizi gratis, yang menjadi goals utama agar stunting bisa diselesaikan sehingga menurut hemat kami kestabilan iklim adalah nomor 1 agar isu mengenai kesehatan yang didukung oleh Pemerintah dapat diselesaikan dengan efisien," jelasnya.

Revandra menambahkan, dampak perubahan iklim merupakan tragedi yang memperkuat eksistensi ancaman disemua sektor.

"Kami percaya, prubahan iklim mendorong semuanya terjadi atau memperburuk ancaman lainnya, beberapa bukti atau contoh yang mendasari hal-hal ini seperti kelangkaan air, membuat pemicu krisis ekonomi yang langsung berdampak pada gizi buruk dan kelaparan," sebut Revandra.

"Kesimpulannya adalah, seluruh bentuk ancaman penyakit lainnya adalah betul merupakan ancaman. Namun, perubahan iklim lah yang memiliki dampak paling besar. Sebab, perubahan iklim lah yang membuat semuanya ancaman itu muncul dan memperburuk dan memperkuat eksistensi penyakit tersebut," tambahnya.

2. Atma Jaya sebut over Populasi menjadi akar permasalahan

Liga debat mahasiswa 2025 IDN Times (dok. IDN Times)

Sedangkan tim Atmajaya sebagai tim kontra menyatakan dengan tegas menolak mosi perdebatan. Menurutnya faktor over populasi yang jadi permasalahan utama.

"Bukan karena kami mengabaikan perubahan iklim melainkan karena kami percaya bahwa, over populasi  menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan Indonesia. Mari kita membuka mata bekerjasama, sistem kesehatan Indonesia saat ini sudah berada sangat rapuh," kata Yosephine Ginting Suka.

Menurutnya berbagai daerah fasilitas kesehatan sangat terbatas, rekam medis terbebani dan juga kases terhadap layanan kesehatan masih jauh dari kata rata-rata. "Lantas, apakah semua ini terjadi karena perubahan iklim, jawabannya tidak," tambahnya.

3. Perdebatan soal over populasi dan kemiskinan dari perubahan iklim

Liga debat mahasiswa 2025 IDN Times (dok. IDN Times)

Dalam sesi saling sanggah, Rama dari IPB menyampaikan bahwa jika oposisi membahas tentang struktural tentang over opulasi dan kemiskinan maka perubahan iklim akan memperburuk semua struktural tersebut.

"Permasalahan over populasi dan kesiapan ekonomi itu sangat mudah untuk bisa dikontrol dengan regulasi, karena sangat dekat dengan inpres (instruksi presiden) pemerintah tentang ekonomi dan ada banyak aktor tentang hal itu," kata Rama.

Ia mencontohkan China dalam beberapa dekade bisa dengan mudah memanfaatkan populasi yang tinggi menjadi negara maju bahkan di bidang kesehatan dibandingkan dengan iklim. "Saya rasa iklim tidak bisa dikontrol datang tiba-tiba dan merusak banyak sekali hal apalagi hal yang sulit untuk diprediksi misalkan tsunami, banjir, kebakaran hutan dan perubahan iklim masif dan sebagainya menjadi ketimpangan kesehatan," paparnya.

Sementara Adel dari Atma Jaya mengatakan akibat dari perubahan iklim menyebabkan lonjakan penyakit menular seperti DBD dan lainnya. Namun, penyakit menular sudah terjadi atau endemik di Indonesia.

"Permasalah utama bukan semata-mata soal suhu tetapi sanitasi lingkungan, pengolahan sampah dan program pemberantasan sarang nyamuk. Ini adalah masalah struktural dan sosial yang dapat ditangani pemerintah tanpa harus menyalahkan perubahan iklim sebagai penyebab utama," jelasnya.

Arlen juga menyanggah argumentasi pihak pro dari IPB bahwa, program siang MBG mengatasi masalah krisis tidak terbukti dan merupakan pemborosan anggaran.

"Menurut saya pribadi juga menyanggah bahwa, over populasi itu yang menjadikan penyebaran penyakit semakin meningkat bukan perubahan iklim karena perubahan iklim itu terjadi secara natural sehingga perubahan iklim tidak bisa kita kendalikan karena perubahan iklim itu alam, kalau over populasi itu tidak bisa dikendalikan," jelasnya.

4. IPB akhirnya keluar sebagai pemenang usai unggul tipis

Liga debat mahasiswa 2025 IDN Times (dok. IDN Times)

Sementara Prigi Arisandi sebagai pendiri ECOTON melontarkan pertanyaan terkait 5 penyakit tertinggi di Indonesia yang dipicu perubahan iklim.

"Saya ingin kedua tim memberikan atau menyanggah pernyataan saya, pertama ke 5 penyakit tertinggi ini memang dipicu oleh perubahan iklim, pernyataan kedua hipertensi, struk dan gagal ginjal, kanker tidak dipicu langsung oleh perubahan iklim tetapi dipicu oleh pola hidup sehat yang tidak ada kaitannya dengan perubahan iklim. Jadi, ada pernyataan pertama dan kedua saya .int Amana yang disetujui oleh kedua kelompok" tanya Prigi.

Yosephine Ginting dari tim kontra menjawab bahwa, pihaknya memahami 5 penyakit dipicu oleh perubahan iklim. Namun pola hidup jadi faktornya.

"Namun, perlu diketahui bahwa kanker dan gagal ginjal menjadi pola hidup sehat dan tidak menular. Pola hidup sehat ini berkaitan dengan over populasi," jawabnya.

Sedangkan Rama dari IPB kembali menegaskan jika panas ekstrim dan kualitas udara buruk akan mempengaruhi daya hidup manusia.

Usai berdiskusi panelis akhirnya  mengumumkan hasil pemenang yang dinilai dari argumen kelengkapan data, publik speaking untuk merangkai argumen dengan berbasis data, penguasaan dan pemahaman. IPB unggul tipis empat poin dari Atmajaya.

"Dari penilaian kami, keduanya cukup kompeten dengan pengumpulan data dan penguasaan data. Dengan itu kami menyatakan poin 243 untuk tim kontra Atma Jaya, untuk tim Pro IPB kami memberi nilai 247 poin. Jadi, sangat tipis sekali, selamat kepada IPB dan saya berharap Unika Atma Jaya untuk terus semangat dalam penguasaan data dan publik speaking untuk bisa ikut liga debat 2026," tutup Prigi.

Sekedar informasi, Tim mahasiswa IPB University tahun sebelumnya juga berhasil meraih penghargaan sebagai Juara Liga Debat Mahasiswa 2024 yang diselenggarakan pada 18 Mei sampai 6 Juni 2024 di Kantor IDN Jakarta. Untuk tahun ini Liga Debat Mahasiswa 2025 diikuti 16 tim yang digelar 14 Mei sampai 17 Juni 2025 mendatang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indah Permata Sari
Doni Hermawan
Indah Permata Sari
EditorIndah Permata Sari
Follow Us