Ilustrasi cuaca ekstrem. (IDN Times/Mardya Shakti)
Sedangkan dari tinjauan langsung ke kilang, terungkap faktor penyebab kenaikan harga gabah yang mencapai Rp7.000 per kg di bulan Agustus-September karena beberapa daerah pertanian di Sumut seperti Pantai Cermin, Sei Rampah dan Tebing Tinggi mengalami banjir sehingga sebagian besar petani padi mengalami gagal panen dan terjadi kelangkaan gabah.
“Faktor cuaca menjadi penyebab terjadinya kompetisi harga di tingkat kilang. Petani atau agen berani memasang harga paling tinggi, jika kilang tidak mau membeli, mereka akan pindah ke kilang lainnya, mau tidak mau kilang juga ikut menaikkan harga” ujar Shobi Kurnia
Shobi menambahkan bahwa agen membeli gabah dari petani di harga Rp6.800 per Kg dan menjual kepada penggilingan padi dengan harga Rp7.000 per Kg. Pada Juli hingga September 2023, harga gabah masih di sekitar Rp 7.000 per Kg. Namun awal Oktober ini harga sudah mengalami penurunan menjadi Rp5.800 per Kg.
"Saat ini produksi gabah sudah mulai stabil karena masuknya masa panen, sehingga harga gabah diprediksi akan terus mengalami penurunan" ujar Shobi.
Dari hasil rangkaian sidak yang dilakukan, Shobi mengaku pihaknya belum menemukan adanya spekulan yang bermain untuk menahan stok beras agar harganya tinggi ataupun penjualan bersyarat yang dilakukan dengan memanfaatkan kondisi penurunan pasokan.
”KPPU bersama pemerintah dan satgas pangan akan tetap mengawasi dan memantau pelaku usaha dalam rantai pasok beras ini agar tidak melakukan perilaku yang melanggar hukum persaingan usaha ataupun mengeksploitasi konsumen,” pungkasnya.