Dilema Sopir Truk, Demi Hemat Ongkos Terpaksa Angkut Muatan Overload

Deli Serdang, IDN Times - Bagai makan buah simalakama, dilematisnya seorang sopir logistik pun sama halnya dalam kasus mengantar barang bawaan yang overload. Maksud hati ingin membawa muatan yang pas agar nyaman di perjalanan, namun tuntutan perusahaan seolah berkata lain.
"Hemat ongkos perjalanan" adalah alasan yang melambung jika sang sopir bertanya kepada atasan. Namun karena membutuhkan upah, mau tidak mau sopir menerima titah dari perusahaannya.
1. Alasan efisien dan hemat ongkos angkut, sopir truk terpaksa bawa barang overload

Nasib ini terus menerus dirasakan oleh Budiman, seorang sopir di salah satu perusahaan plastik Deli Serdang. Ia cukup sering mengantar logistik yang overload keluar Kabupaten/Kota.
Perusahaan di tempatnya bekerja kerap mengantar barang yang overload. Hal ini semata ditujukan agar ongkos perjalanan pengiriman barang jauh lebih murah.
"Di perusahaan sering gitu (mengangkut barang overload) biar efisien. Soal muatan, itu tuntutan perusahaan sendiri," aku Budiman kepada IDN Times, Selasa (24/6/2025).
Kendati barang yang diangkut melebihi batas maksimal, namun Budiman mengaku upah yang diterimanya sama saja. Tidak ada tip atau penambahan melebihi upah biasanya.
Meskipun begitu, mengangkut logistik yang overload tetap Budiman lakoni. Sebab ia juga membutuhkan gaji mingguan untuk menghidupi keluarga.
"Gaji, ya, sama aja overload atau enggaknya yang kita angkut. Sepengetahuan saya, seharusnya segitu tinggi baknya ya segitu pula muatannya. Lewat batas bak itu yang namanya overload. Kalau lewat batas itu, hitungannya karena dimensi, bukan berat. Ada juga standardnya (overload) karena berat. Gak selalu overload itu karena muatannya tinggi, tapi juga melebihi batas beban," lanjutnya.
2. Truk yang bawa barang overload rawan kecelakaan

Bagi sopir, mengangkut logistik yang overload sangat tidak nyaman. Terlebih potensi kecelakaan cukup tinggi, katakan saja seperti truk yang mengalami oleng hingga muatannya yang jatuh ke jalan.
"Pasti lama juga sampainya dan ekstra hati-hati karena rawan kecelakaan. Misalnya bawa muatan tinggi melintas di jalan tol, kalau kita kencang sedikit, makin gak seimbang mobilnya dan bisa oleng," aku Budiman.
Ia sendiri setiap hari mengangkut logistik keluar kota. Biasanya rute yang dilalui Budiman dari Deli Serdang - Tanjung Balai, Deli Serdang - Limapuluh, hingga Deli Serdang - Tebing Tinggi.
"Untungnya belum pernah jatuh truk dari perusahaan kami. Tapi kalau di jalan sering saya lihat kecelakaan truk overload, terbalik gitu," ungkapnya.
Banyak juga fenomena unik yang turut ditemukan baik di Jalan Tol hingga Jalan Lintas Sumatera Utara (Jalinsum). Di mana truk-truk sengaja dimodifikasi dengan penambahan tinggi bak, sehingga volumenya bertambah. Hal ini yang kemudian menyebabkan banyak truk-truk yang kena tilang oleh Polisi Lalu Lintas (Polantas).
"Sering kena stop. Pernah dalam seminggu 3 kali kena stop polisi. Seringnya kena di Jalinsum, di tol jarang," pungkasnya.
3. Sepanjang tahun 2024, ada 1.285 truk yang mengalami kecelakaan di Sumut

Angka kecelakaan di Sumatera Utara sendiri cukup riuh terjadi. Beberapa di antaranya tentu melibatkan truk-truk yang tengah melintas.
IDN Times menghimpun data yang diperoleh dari Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Sumut. Bahwa sepanjang tahun 2024 ada 1.285 truk yang mengalami kecelakaan.
Adapun jenis kendaraan (truk) diklasifikasikan berdasarkan tipenya. Kombes Firman Darmansyah mengungkapkan, dari 1.285 kecelakaan truk, ada 702 kendaraan jenis medium truk, 187 kendaraan mini truk, dan 83 mobil tangki.
"Trailer 20 Feet ada 10 kendaraan, trailer 40 Feet 24 kendaraan, truk berat atau tronton 268 kendaraan, dan truk gandeng sebanyak 11 kendaraan," pungkasnya.