Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bersahabat Dengan Sinabung, Pembelajaran Mitigasi Cukup Penting

Sejumlah pengendara melintas di Jalan Karo-Langkat dengan latar belakang Gunung Sinabung yang menyemburkan material vulkanik di Desa Kutarayat, Naman Teran, Karo, Sumatera Utara, Kamis (13/8/2020). (ANTARA FOTO/Sastrawan Ginting)

Masih lekat dalam ingatan Anto, bagaimana Sinabung mulai aktif kembali pada 2010. Gunung api di Kabupaten Karo yang sudah tertidur selama 400 tahun lamanya memuntahkan material vulkanik.

Hingga kini, setelah 12 tahun berlalu, Sinabung masih sering erupsi kecil atau batuk-batuk.

Erupsi pertama Sinabung 12 tahun lalu memberikan pembelajaran berarti bagi warga Desa Tigapancur, Kecamatan Simpangempat Kabupaten Karo tersebut. Saat itu, lebih dari 12 ribu warga dievakuasi. Sejak itu, Gunung Sinabung menjadi gunung berapi yang sangat aktif.

September 2013, Sinabung kembali mengamuk. Erupsi membuat sekitar 3.700 orang yang berada dalam radius 3 kilometer di sekitar gunung dievakuasi.

1. Hidup di tengah ancaman erupsi membuat warga selalu waspada

Erupsi Gunung Sinabung (Dok. KESDM, Badan Geologi, PVMBG)

Anto pun mengingat, erupsi pada Februari 2014. Sebanyak 17 orang meninggal dunia dan erupsi pada 22 Mei 2016 menyebabkan 7 orang tewas dan banyak orang yang mengalami luka bakar. Puluhan ribu orang mengungsi akibatnya letusan ini. Sejumlah desa dinyatakan ditutup dan disediakan tempat tinggal baru bagi warga yang mengungsi.

Sejak itu, warga menjadi tanggap bencana. Sinabung yang sampai saat ini terus mengalami erupsi, menjadi pembelajaran berarti. Kepanikan saat erupsi terjadi sudah bisa dihadapi masyarakat.

“Kami masyarakat yang ada di Sinabung sudah punya persiapan kalau erupsi,” kata Anto.

Biasanya, ketika erupsi terjadi, Anto sudah menyiapkan kendaraannya untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Kemudian, mempersiapkan barang – barang penting. Seperti selimut, masker, jaket, dan lainnya. “Jangan lupa, surat-surat atau dokumen penting selalu kami siagakan untuk dibawa saat erupsi terjadi,” katanya.

2. Grup komunikasi pemantau Sinabung selalu cepat memberikan informasi

Erupsi Sinabung, Jumat (14/8/2020). (Istimewa)

Kata Anto, untuk memitigasi bencana, dia juga tergabung dalam grup komunikasi pemantau Sinabung. Di dalam grup percakapan itu, selalu memberikan perkembangan terkini situasi Sinabung.

“Ada dari BPBD, selalu memberikan informasi,” katanya.

Saat terjadi erupsi, pihak BPBD langsung memberikan informasi tentang arah erupsi dan jalur evakuasi yang bisa dilalui masyarakat. Khususnya pada saat erupsi besar.

“Bertahun-tahun hidup dengan erupsi, membuat kita terus belajar, untuk mengurangi potensi korban jiwa,” ungkapnya.

3. Bersandar dan lekat dengan adat

Erupsi Gunung Api Sinabung, Karo, Sumatra Utara, Minggu (23/8/2020) pukul 07.44 WIB. (Istimewa)

Masyarakat Karo, masih begitu lekat dengan adat istiadat. Begitu juga terkait dengan Sinabung. Dulunya, kata Anto, masih dilakukan ritual untuk memberikan penghormatan kepada leluhur di Sinabung.

“Dulu di Danau (Lau) Kawar itu dilakukan ritual melepaskan kambing atau Mpulahi kambing. Ini sebagai penghormatan kepada Sinabung,” ungkapnya.

Dilansir dari berbagai Sumber, pada 2013 masyarakat di Karo melaksanakan ritual tolak bala. Ritual yang dinamai Encibelin Nini Lau Pirik itu dilakukan di Desa Guru Kinayan. Ritual serupa juga sering dilakukan di desa-desa lain di kaki Sinabung.

Saat ini Anto masih tinggal di dekat  Sinabung. Dia mendirikan sebuah kafe yang dijadikan lokasi pemantauan Sinabung. Di kafenya juga para jurnalis dari berbagai media nasional hingga luar negeri mengabadikan Sinabung saat erupsi. Kafenya berada di jarak aman erupsi. Sehingga para jurnalis bisa mendapatkan foto terbaik untuk mendokumentasikan kedahsyatan Sinabung

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Prayugo Utomo
Arifin Al Alamudi
Prayugo Utomo
EditorPrayugo Utomo
Follow Us