Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Aceh–Sumut Geber Upaya Penghidupan Berkelanjutan Lewat Jaga Alam

Pertemuan tahunan Koalisi untuk Penghidupan Berkelanjutan (Coalition for Sustainable Livelihoods/CSL) Sumatra Utara dan Aceh, Selasa (29/4/2025). (Dok: Konservasi Indonesia)

Medan, IDN Times - Koalisi untuk Penghidupan Berkelanjutan (Coalition for Sustainable Livelihoods/CSL) kembali mempertemukan para pemangku kepentingan di Sumatra Utara dan Aceh dalam pertemuan tahunannya yang keempat, Selasa (29/4/2025).

Pertemuan ini menjadi bukti bahwa pembangunan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan keadilan sosial dapat berjalan beriringan jika dilakukan secara kolaboratif.

1. Bukti kolaborasi lintas sektor mampu wujudkan perubahan nyata

Kepala Dinas Kehutanan Sumut Yuliani Siregar dalam pertemuan tahunan Koalisi untuk Penghidupan Berkelanjutan (Coalition for Sustainable Livelihoods/CSL) Sumatra Utara dan Aceh, Selasa (29/4/2025). (Dok: Konservasi Indonesia)

Pertemuan tahunan CSL yang digelar di Medan pada 29 April 2025 ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari pemerintah, LSM, akademisi, hingga sektor swasta. Dalam sambutannya, Gubernur Sumatra Utara yang diwakili oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Yuliani Siregar, menegaskan pentingnya sinergi antar-pihak dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

“CSL telah membuktikan bahwa pendekatan kolaboratif lintas sektor dapat menghasilkan perubahan nyata di lapangan,” ujar Yuliani.

Senada, Pemerintah Aceh juga menyuarakan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab demi kesejahteraan jangka panjang.

“Inilah makna dari penghidupan berkelanjutan, seperti fokus CSL, yang mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan keadilan sosial,” ujar Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Aceh, Zulkifli.

2. Dari pelatihan petani hingga sertifikasi sawit berkelanjutan

CSL Lead Edward Manihuruk. (Dok: Konservasi Indonesia)

CSL telah memfasilitasi berbagai inisiatif nyata, salah satunya di Tapanuli Selatan dan Aceh Tamiang. Edward Manihuruk, selaku CSL Lead, menyampaikan bahwa program mereka telah menjangkau ratusan petani dan memperluas area pemulihan hutan.

“Hingga 2024, para jejaring CSL telah berdampak pada peningkatan kapasitas petani mandiri hingga perluasan area pemulihan ekosistem hutan,” jelas Edward.

Vice President Program Konservasi Indonesia, Fitri Hasibuan, menambahkan bahwa program ini juga berhasil memfasilitasi 803 petani dalam memperoleh sertifikasi sawit berkelanjutan di lahan seluas lebih dari 1.186,87 hektare di kawasan Tapanuliselatan.

“Selama ini, kita melihat hasil nyata dari kerja bersama, mulai dari petani kecil yang mendapat pelatihan, lahan yang dipulihkan, dan komunitas yang mulai mandiri secara ekonomi tanpa merusak lingkungan,” ungkapnya.

3. Penghargaan bagi tokoh lokal, bukti aksi kecil bisa berdampak besar

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sumatera Utara Yuliani Siregar berkunjung ke booth Konservasi Indonesia. (Dok Konservasi Indonesia)

CSL memberikan penghargaan kepada tiga tokoh yang dinilai berkontribusi luar biasa dalam menjaga lingkungan dan mendorong penghidupan berkelanjutan di tingkat tapak. Mereka adalah Kholis Siregar dari UD Sobar, Tampan Sitompul dari Hutan Adat Simardangiang, dan Datok Ardan dari Pokdarwis 27 Aceh Tamiang.

“Apresiasi ini menjadi simbol pengakuan atas peran penting masyarakat dalam mengembangkan ekonomi berbasis alam dengan tetap menjaga prinsip pelestarian,” ujar Edward.

Ia juga mengajak seluruh pihak untuk terus bergerak mewujudkan aksi nyata. “Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, jejaring CSL terus melangkah maju, menguatkan komitmen bahwa masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan hanya dapat terwujud jika dijalankan bersama,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us