Pentas Didong, Upaya Disbudpar Aceh Lestarikan Warisan Budaya
Sejak 2015, Didong ditetapkan warisan budaya tak benda
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Aceh salah satu daerah di Indonesia yang kental dengan seni dan budayanya. Salah satunya adalah Didong. Seni dari dataran tinggi Gayo yang sudah mengakar rumput di kawasan Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Didong adalah sebuah kesenian rakyat gayo yang memadukan unsur tari, vocal, dan sastra. Seni bekelompok ini biasanya dimainkan oleh maksimal 25 orang, sudah termasuk satu hingga tiga orang ceh, yang diiringi tepukan tangan pengiringnya. Tahun 2015, lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menetapkan Didong sebagai warisan budaya tak benda.
Meski masih dimainkan masyarakat Gayo, tapi gaungnya kalah populer dibandingkan seni gayo lainnya, seperti Tari saman. Untuk itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh akan menggaungkannya lewat sebuah pentas seni.
Baca Juga: Pemandu Profesional Disiapkan untuk 3 Lokasi Wisata Aceh Tengah
1. Didong mengalami masa jaya dan stagnansi dari periode ke periode
Kepala Bidang Bahasa dan Seni Disbudpar Aceh, Nurlaila Hamjah mengatakan, seni pertunjukan dalam konteks industri pariwisata telah menjadi atraksi atau daya tarik wisata yang sangat penting dan menarik, khususnya apabila dikaitkan dengan kegiatan wisata budaya.
“Sejarah didong mengalami masa jaya dan masa stagnasi, dari periode ke periode. Abdul kadir To’et atau yang lebih akrab dipanggil To’et merupakan seniman didong yang memadukan unsur tari, vocal dan satra. Beliau adalah penerima anugerah Bintang Jasa Nararya dari Presiden RI pada tahun 2010,” terang Nurlaila melalui siaran pers, Rabu (7/4/2021).
Baca Juga: Kembangkan Pariwisata Adventure di Bener Meriah, 30 Pemandu Dilatih