Cerita Alween Ong, Dilarang Ikut Kompetisi Bulu Tangkis Karena Kidal

Alami trauma hingga bangkit jadi creativepreneur

Medan, IDN Times- Seseorang yang menggunakan tangan kiri dalam beraktivitas dianggap kurang sopan di lingkungannya. Sehingga seringkali seseorang yang dari kecil terbiasa menggunakan tangan kiri harus memaksa diri menggunakan tangan kanannya, meski tak terbiasa dan tak merasa nyaman.

Seperti yang dialami Alween Ong, seorang creativepreneur asal Medan, memiliki pengalaman terlahir menjadi orang kidal. Bukan hal mudah menjadi satu di antara puluhan teman-temannya yang terbiasa menggunakan tangan kanan dalam keseharian.

1. Patah asa dilarang ikut kompetisi bulu tangkis karena kidal

Cerita Alween Ong, Dilarang Ikut Kompetisi Bulu Tangkis Karena KidalIstimewa/Alween Ong

Kepada IDN Times, Alween menceritakan pengalaman buruk saat ia duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar. Ia mendapat pernyataan menghakimi dari guru olahraganya. Kala itu, kemampuannya untuk mengikuti kompetisi bulu tangkis diragukan.

"Aku dulu menutupi kidal karena dianggap aneh. Dilarang ikut bulu tangkis, akhirnya jadi gak ikut kompetisi. Dinilai gak kompeten, kalau menggunakan tangan kiri itu bolanya gak ketebak ke arah mana," cerita Alween.

Dengan adanya perlakuan itu, Alween mengaku patah asa dan sempat trauma. Hal itu pula yang menghentikan niatnya untuk mengikuti kompetisi serupa.

"Jadi semenjak itu, gak menekuni bulu tangkis. Saat itu masih anak-anak jadi semangatnya langsung turun ya, karena kidal gak boleh main," ujarnya.

Baca Juga: Waspada, Ini Daftar Judi Online yang Markasnya Digerebek Polda Sumut

2. Merasa tenaga tangan kiri lebih kuat

Cerita Alween Ong, Dilarang Ikut Kompetisi Bulu Tangkis Karena Kidalunsplash.com/Kelly Sikkema

Tak mau berlama-lama terpuruk, Alween memilih bangkit karena adanya dukungan dari orangtua. "Mama bilang gak apa apa, belum jalannya, nanti coba lagi yang lain. Gak harus dipaksa ke kanan lah. Kita kan masing-masing punya tenaga entah itu di kanan atau kiri, kita gak harus memaksa sama dengan orang lain," ucap Alween. 

Meskipun Alween telah mendapat dukungan dari ibunya. Ia tak memungkiri, perlakuan itu berpengaruh kepada aktivitas kesehariannya. Dalam keseharian, Alween berusaha menyesuaikan diri dengan orang sekitarnya menggunakan tangan kanan dan kiri. 

"Dari itu, akhirnya aku menggunakan dua tangan, balance. Menulis itu tangan kiri, tapi lihat teman pakai tangan kanan jadi ikut. Tapi untuk bergerak dan mengangkat barang itu aku dominan kiri karena tenaga tangan kiri lebih kuat," tuturnya. 

3. Perubahan ke kanan, gak nyaman awalnya

Cerita Alween Ong, Dilarang Ikut Kompetisi Bulu Tangkis Karena Kidalilustrasi bulu tangkis atau badminton. Pexels/Eric Anada

Diakui Alween, dalam kesehariannya ia masih lebih nyaman menggunakan tangan kiri, seperti menyetir mobil dan megang mikrofon jika sedang berbicara di depan umum. Namun untuk beberapa kegiatan, ia harus menyesuaikan kondisi. 

"Perubahan ke kanan, gak nyaman awalnya. Untuk beberapa hal, tiba-tiba tanpa sadar kita menggunakan tangan kiri saat menyalam atau memberi sesuatu kepada orang. Tapi sekarang menyesuaikan, jadi balance aja. Kalau salaman itu tangan kanan," ceritanya.

Dengan memiliki pengalaman itu, kata Alween, ia semakin terbiasa untuk mengamati sekitarnya. Ia mengajak semua orang untuk lebih aware dengan perbedaan.

"Amati lah orang di sekitar. Kadang-kadang yang kidal kesulitan untuk menyesuaikan diri, respect aja. Kalau misalnya olahraga menggunakan tangan kiri ya why not. Selama itu digunakan untuk kegiatan positif. Gak harus semua sama," katanya

"Orang itu kan gak biasa melihat orang yang menggunakan tangan kiri dalam aktivitas sehari-hari. Kalau kita kasih sesuatu dengan tangan kiri iru dianggap gak sopan. Tapi kalau pada dasarnya orang itu menggunakan tangan kiri, maka akan sulit mengubah kebiasan itu," sambungnya. 

4. Alween kini menggeluti bidang wirausaha, pendampingan UMKM dan digitalisasi

Cerita Alween Ong, Dilarang Ikut Kompetisi Bulu Tangkis Karena KidalAlween Ong/Istimewa

Saat ini Alween menggeluti bidang wirausaha. Ia aktif melakukan pendampingan di Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan digitalisasi. "Efek pandemik itu membuat orang sadar untuk mengembangkan usaha gak hanya offline aja, tapi perlu online. Mereka, ada dari kelompok ibu yang menjual jamu, keripik dan tikar pandan," katanya.

Ia menjelaskan, kelompok perempuan yang didampinginya itu adalah para ibu yang menjual jamu secara konvensional. "Jamu itu ada 30 orang yang dapat fasilitas. Ibu jamu yang jualan konvensional, mereka guyub. Walaupun usaha sama dan jualan sama, tapi mereka punya peta lokasi. Gak pernah berantam soal pelanggan," ujarnya.

Kelompok lainnya, kata Alween, ada Nelayan. Jika sebelumnya para nelayan hanya penghasil ikan. Maka, dengan adanya pendampingan produk, mereka bisa menghasilkan kerupuk ikan dan ikan presto. 

"Nelayan biasanya mereka menangkap dan menjual. Gak ada buat produk turunan. Kita ingin menaikkan hasil pendapatan dengan membuat produk kerupuk ikan, ikan presto dan makanan khas melayu sembam bantut," tuturnya.

Selain itu, ia juga mendampingi para nelayan untuk mengangkat potensi daerah yang menjadi tujuan wisata daerah. "Wisatanya tetap mendorong entrepreneurship. Bantu buat produk dan atraksi daerah. Kita dorong pembelinya dari luar daerah," ucapnya.

"Mereka punya tujuh pantai, tapi nanti akan ditambah jadi delapan pantai," tambahnya.

Ketertarikan terlibat di sektor wirausaha diasah Alween sejak dirinya menjadi pengusaha merchandise hingga mengembangkan program Mowiee Indonesia. Dalam perjalannya, ia menemukan berbagai masalah hingga ingin terlibat untuk memberikan solusi.

"Aku dasarnya orang yang berkegiatan di marchandising, jual kaos. Aku udah terbayang sih, kalau di luar kota, Yogyakarta misalnya punya kaos kota pelajar ada tugunya. Tapi kenapa Medan gak gitu? Padahal Medan ini punya banyak hal, Lapangan Merdeka, Titik Nol, Little India, China Thown Tjong a Fie," katanya.

Ia menyayangkan program tersebut tidak diangkat. Oleh karena itu, ia menyusun peta dan program baru. "Aku susun petanya, programnya, ini potensi bukan hanya cerita tapi bisa buka usaha baru. Untuk mengenal satu kota, aku harus mengenalnya. Ketika aku mencintai, maka aku akan berbuat lebih untuk kota itu," ujar Alween. 

Baca Juga: 10 Ninja Terkuat di Mortal Kombat Berdasarkan Cerita Game

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya