Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Pemicu Utama Kecanduan Sesuatu di Kalangan Anak Muda

ilustrasi vaping (pexels.com/Eduardo Lempo)
ilustrasi vaping (pexels.com/Eduardo Lempo)
Intinya sih...
  • Tekanan teman sebaya dan ingin dianggap keren memicu kecanduan di kalangan remaja, terutama saat media sosial memperparah situasi ini.
  • Trauma, stres berkepanjangan, dan masalah emosi membuat remaja rentan mencari pelarian melalui kebiasaan buruk, seperti minuman keras atau rokok elektrik.
  • Lingkungan keluarga dan akses yang terlalu mudah terhadap zat adiktif juga menjadi faktor penting dalam menyebabkan kecanduan di kalangan remaja.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sekarang ini, kecanduan di kalangan anak muda gak cuma soal narkoba. Bisa berupa kecanduan layar, alkohol, rokok elektrik, judi online, bahkan media sosial. Dengan tahu apa yang biasanya jadi pemicunya, kita bisa bantu mereka lebih cepat sebelum semuanya terlambat.

Nah, ini dia 5 penyebab utama kecanduan di kalangan remaja, dampaknya, dan langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Yuk, simak selengkapnya!

1. Tekanan teman sebaya dan ingin dianggap keren

ilustrasi minum alkohol (unsplash.com/Kelsey Chance)
ilustrasi minum alkohol (unsplash.com/Kelsey Chance)

Masa remaja itu masa di mana pengakuan dari teman terasa penting banget. Kalau temannya merokok, minum, atau pakai barang terlarang, biasanya mereka ikut juga. Makin sering remaja bergaul dengan teman yang pakai zat adiktif, makin besar juga kemungkinan mereka bakal coba hal yang sama.

Media sosial memperparah situasi ini. Saat melihat unggahan orang lain yang seakan-akan keren karena minum atau ngevape, rasanya seperti itu adalah hal wajar dan keren. Akhirnya, banyak yang jadi coba-coba biar gak merasa tertinggal. Kalau terus terjadi tanpa pengawasan dari orang tua atau guru, kebiasaan itu bisa jadi rutinitas, lalu berujung kecanduan. Kombinasi dari tekanan teman dan pengawasan yang longgar sangat berisiko tinggi

2. Trauma, stres berkepanjangan, dan masalah emosi

ilustrasi trauma (pexels.com/David Garrison)
ilustrasi trauma (pexels.com/David Garrison)

Remaja yang pernah mengalami trauma seperti kekerasan dalam rumah, kehilangan, atau perundungan biasanya lebih mudah mencari pelarian. Bisa lewat minuman keras, rokok elektrik, game online, atau apapun yang bisa bikin perasaan mereka lebih tenang. Trauma sejak kecil punya kaitan kuat dengan kebiasaan merokok elektrik atau bentuk kecanduan lainnya saat remaja.

Masalah emosional seperti depresi dan kecemasan juga bikin remaja rentan. Banyak yang mulai pakai zat tertentu buat mengatasi perasaan itu karena mereka belum tahu cara mengelola stres secara sehat. Ketika beban emosi ketemu dengan minimnya support dari sekitar, mereka lebih cepat jatuh ke kebiasaan buruk. Kesehatan mental yang gak ditangani bisa jadi pintu masuk ke kecanduan.

3. Lingkungan keluarga dan akses yang terlalu mudah

ilustrasi diskusi keluarga (pexels.com/Kaboompics.com)
ilustrasi diskusi keluarga (pexels.com/Kaboompics.com)

Kalau di rumah ada orang tua yang suka minum atau merokok, anak-anak bisa ngikut tanpa sadar. Mereka belajar dari contoh. Remaja yang hidup di rumah dengan kebiasaan seperti itu berisiko 2 kali lebih tinggi mengalami kecanduan juga.

Gak cuma itu, akses yang terlalu gampang juga jadi faktor penting. Kalau di rumah obat-obatan, alkohol, atau rokok disimpan sembarangan dan gak dikunci, remaja bisa ambil kapan pun mereka mau. Lingkungan keluarga dan kemudahan mendapatkan zat adiktif adalah penyebab kuat kecanduan di kalangan remaja

4. Media sosial dan pemicu digital

ilustrasi sosmed (unsplash.com/Priscilla Du Preez 🇨🇦)
ilustrasi sosmed (unsplash.com/Priscilla Du Preez 🇨🇦)

Hari ini, kecanduan gak cuma soal zat, tapi juga soal interaksi digital. Media sosial dengan tombol 'like' dan notifikasi bisa bikin otak remaja ketagihan. Banyak ahli di Australia menyebut tombol like sebagai salah satu pemicu masalah emosional baru di kalangan remaja.

Remaja yang sering merasa kesepian atau cemas sosial lebih mudah melarikan diri ke dunia digital, dan akhirnya makin susah lepas dari layar. Lama-lama, ini bisa ganggu suasana hati, pola tidur, sampai kemampuan mengontrol diri, yang akhirnya nyambung juga ke bentuk kecanduan lain.

5. Otak yang belum matang dan dorongan impulsif

ilustrasi otak (pexels.com/meo)
ilustrasi otak (pexels.com/meo)

Otak remaja masih berkembang. Bagian yang mengatur logika dan pengambilan keputusan baru selesai terbentuk di usia 20-an. Tapi bagian otak yang bertugas mencari kesenangan aktif jauh lebih dulu. Jadi wajar kalau mereka cenderung bertindak cepat tanpa mikir panjang.

Karena itu, zat adiktif seperti alkohol, rokok, dan narkoba terasa lebih menggoda. Otak remaja lebih mudah membentuk kebiasaan buruk, karena mereka belum punya kontrol diri sekuat orang dewasa. Kombinasi antara impulsif dan rasa penasaran bikin mereka lebih rentan kecanduan.

Kalau kita tahu apa yang biasanya bikin remaja kecanduan, kita jadi bisa lebih siap bantu. Remaja bukan lemah. Mereka cuma butuh dukungan dan arahan yang tepat. Mulailah dari hal sederhana: ajak ngobrol, ajarkan cara mengelola stres, kasih mereka kegiatan positif, dan jadi contoh yang baik. Saat mereka punya pegangan dan merasa didengar, mereka akan punya alasan kuat untuk menjauhi kebiasaan yang bikin mereka terperangkap.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us