Mengenal Arifin Siregar, Anak Medan yang Pernah Jadi Dubes di Amerika

Bagi komunitas Parsadaan Siregar Boru Dohot Bere (PSBB) di Indonesia, nama Arifin Mohamed Siregar sangat harum dan selalu dikenang setiap menggelar pertemuan.
Pada Halalbihalal di Jakarta Timur hari ini, Minggu (13/4/2025), Ketua Dewan Pembina PSBB, Hamsiruddin Siregar menyerukan pentingnya regenerasi di kalangan marga Siregar. Ia mendorong agar tokoh-tokoh baru dapat lahir dan tampil di panggung nasional, meneladani sosok legendaris seperti Arifin Mohamed Siregar, Raja Inal Siregar, dan Bismar Siregar.
Bismar Siregar, S.H. (15 September 1928 – 19 April 2012) adalah mantan Hakim agung Mahkamah Agung. Sedangkan Letnan Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Raja Inal Siregar (5 Maret 1938 – 5 September 2005) adalah Gubernur Sumatera Utara dari tahun 1988 hingga 1998. Meninggal dunia pada kecelakaan pesawat Mandala di Medan pada 5 September 2005.
“Tokoh-tokoh besar Siregar akan muncul dari kekuatan parsadaan yang solid, mulai dari tingkat kecamatan hingga nasional. Hal ini perlu dimulai dari sekarang,” tegas Hamsiruddin.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga kearifan lokal seperti nilai dalihan na tolu, serta memprioritaskan program pendidikan melalui beasiswa untuk membangun generasi cerdas dan berakhlak.
Lantas siapakah Arifin Mohamed Siregar yang dimaksud oleh Hamsiruddin Siregar? Yuk simak
1. Kuliah di Belanda dan Jerman

Arifin Siregar atau yang memiliki nama lengkap Mohamad Arifin Siregar adalah keturunan Batak Angkola yang lahir di Medan, 11 Februari 1934.
Dari Kecil hingga lulus SMA Arifin Siregar menghabiskan waktunya di kota kelahirannya, Medan. Lulus dari SMA, Arifin Siregar merantau sambil bekerja ke Negara Kincir Angin Belanda di Eropa.
Arifin Siregar menyempatkan belajar selama tiga tahun di Nederlandsche Economische Hogeschool, Rotherdam. Kemudian, melanjutkan program dokornya di Universitas Munster Jerman Barat pada tahun 1956.
Ia pun berhasil meraih gelar doktornya dalam ilmu ekonomi dengan judicium Magna Cum Laude tahun 1960. Setahun kemudian atau tahun 1961, Arifin Siregar menerbitkan bukunya dari hasil disertasinya yang berjudul die Aussenwirtschaft und Wirtschaftliche Entwiklung Indonesiens atau Perdagangan Luar Negeri dan Perkembangan Ekonomi Indonesia.
Berikut adalah riwayat pendidikan Arifin Siregar di Jerman:
- Nederlandsche Economische Hogeschool, Rotterdam, Belanda (1953–1956)
- Westfälische Wilhelms-Universität Münster, Jerman Barat (1958)
- Westfälische Wilhelms-Universität Münster, Jerman Barat (doktor, 1960)
Kemudian ia menikahi istri bernama Adiati asal Kebumen, Jawa Tengah. Dari pernikahannya dengan Adiati ia dikarunia 3 orang anak, salah satunya adalah Ananda Siregar yang merupakan Founder dari Blitz Megaplex Indonesia.
2. Dari peneliti hingga jadi menteri

Usai menuntaskan pendidikan Doktor, ia menjadi peneliti di Institut fur Industriewirtschaftliche Forschung, Westfälische Wilhelms-Universität Münster, Jerman Barat (1960–1961). Kemudian menjadi Ekonom di United Nations Bureau of General Economic Research and Policies di New York, Amerika Serikat (1961).
Dua tahun berselang ia mendirikan Bagian Ekonomi United Nations Economic and Social Office, Beirut, Lebanon (1963) serta menjadi Ekonom Departemen Asia IMF, Washington DC (1965). Dari sini namanya mulai dikenal dunia.
Tak lama kemudian ia menjadi Wakil IMF di Laos sebagai Penasihat Keuangan/Moneter Pemerintah Laos (1969–1971).
Akhirnya pada 1971 ia kembali ke Indonesia dan diangkat menjadi Direktur Bank Indonesia. Kemudian ia menjadi Gubernur IMF untuk Indonesia (1973–1983) dan Gubernur IDB untuk Indonesia (1983).
Ia dikenal dengan jasanya melakukan terobosan deregulasi untuk menghentikan krisis moneter pada tahun 1980. Akhirnya, kala itu Indonesia dapat terbebas dari krisis pada tahun 1983.
Selanjutnya Presiden Soeharto menunjuknya sebagai Gubernur Bank Indonesia 1983–1988. Kala itu pemerintah Indonesia berusaha mengubah arah kebijakan dari regulasi menjadi deregulasi, sehingga ia dikenal sebagai pakar yang memperkenalkan deregulasi perbankan.
Berkat dedikasinya, Ia menerima Bintang Mahaputera pada tahun 1987 dari Presiden Soeharto.
Kemudian Arifin Siregar menjabat sebagai Menteri Perdagangan Kabinet Pembangunan V di era Soeharto pada tahun 1988-1993.
Usai menjadi menteri, ia ditugaskan menjadi Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (1993–1997). Untuk pertama kali Duber RI untuk Amerika Serikat merupakan Anak Medan sejak tahun 1950.
3. Nasehat dari Arifin Siregar

Sukses menjadi seorang ekonom yang dikenal dunia, Arifin Siregar akhirnya meninggalkan jejaknya di kantor pemerintahan dan beralih pada kantor swasta yang mengajarinya menilik sistem perekonomian mikro secara kompleks.
Hingga akhir hayatnya, selain bekerja, pria yang mengaku sangat hobi bekerja ini juga menyempatkan diri untuk memberi kuliah umum untuk mahasiswa dan masyarakat umum guna transfer ilmu yang didapat di sisi menjadi seorang enterpreneur.
Selama berceramah, ia banyak memaparkan pentingnya wirausaha yang nantinya akan banyak membantu masyarakat tuna karya. Tak hanya berceramah pada ratusan bahkan ribuan orang, penggemar buku karangan William Shakespeare ini juga kerap menceritakan pengalamannya pada anak-anaknya.
Ia selalu mengingatkan bahwa menjadi pekerja untuk mencari pengalaman, tapi menjadi seorang wirausahawan untuk membantu para tuna karya mendapatkan pekerjaan.
Akhirnya putra kebanggaan Kota Medan ini meninggal dunia di Jakarta pada 23 September 2019 saat berumur 85 tahun. Almarhum dimakamkan di pemakaman San Diego Hills, Kabupaten Karawang.