Kenapa Steak Sirloin Gak Populer di Restoran Mahal? Ini 5 Alasannya

- Sirloin kurang lembut dibanding potongan premium lainnya
- Marbling di sirloin minim, rasa jadi kurang “wah”
- Gak cocok buat plating mewah ala fine dining
Kalau kamu pernah makan di restoran mahal dan memperhatikan daftar menunya, mungkin sadar kalau sirloin jarang banget nongol. Padahal, di restoran biasa atau rumah makan steak cepat saji, sirloin cukup populer karena harganya yang lebih ramah di kantong. Tapi kenapa justru di tempat makan fancy, potongan daging ini seolah “disingkirkan”?
Meskipun sirloin masih masuk kategori daging steak, standar fine dining jauh lebih tinggi dari sekadar "enak dan murah." Restoran kelas atas punya misi menyajikan pengalaman makan yang luar biasa, bukan cuma mengisi perut. Nah, sirloin dianggap gak mampu memenuhi ekspektasi itu.
Berikut ini lima alasan kenapa steak sirloin jarang tampil di menu restoran mahal.
1. Sirloin kurang lembut dibanding potongan premium lainnya

Kelembutan daging adalah salah satu hal paling krusial dalam dunia fine dining. Restoran mahal gak cuma jual rasa, tapi juga tekstur.
Sirloin, meskipun masih enak, cenderung lebih keras karena berasal dari bagian tubuh sapi yang lebih sering bergerak. Lokasinya dekat dengan bagian belakang kaki, yang artinya otot-ototnya aktif dan membuat serat daging lebih kencang.
Chef Abdiel Aleman, wakil presiden dan corporate executive chef di Ruth’s Chris Steak House, menjelaskan bahwa pelanggan fine dining mengharapkan daging paling lembut dan juicy. Nah, sirloin gak bisa bersaing dengan filet mignon atau ribeye dalam hal ini.
2. Marbling di sirloin minim, rasa jadi kurang “wah”

Marbling alias lemak intramuskular jadi kunci kelezatan steak. Lemak ini mencair saat dimasak dan bikin daging lebih juicy serta kaya rasa. Sirloin punya sedikit marbling, apalagi kalau dibandingkan dengan ribeye atau strip steak.
Masih menurut Chef Aleman, potongan premium seperti tomahawk ribeye atau filet mignon dipilih karena marbling-nya banyak, bikin teksturnya super lembut dan rasanya kaya. Sirloin, sayangnya, gak bisa kasih sensasi rasa yang sama, jadi dianggap kurang mewah di mata restoran high-end.
3. Gak cocok buat plating mewah ala fine dining
Selain rasa dan tekstur, visual juga punya peran penting di restoran mahal. Penyajian makanan harus tampak artistik dan menggugah selera. Potongan sirloin bentuknya kurang menarik dibandingkan steak premium lainnya. Kadang tampilannya terlalu sederhana atau kurang simetris.
Di restoran fine dining, chef butuh potongan yang bisa diolah jadi tampilan spektakuler di atas piring. Ribeye dan filet mignon jauh lebih fleksibel dan cocok untuk presentasi visual yang memukau.
4. Sirloin butuh trik ekstra biar enak, dan itu kurang efisien


Chef seperti Jamie Oliver memang bisa bikin sirloin terasa enak dengan teknik tertentu, seperti marinasi atau pemotongan khusus. Tapi tetap aja, butuh effort lebih supaya hasil akhirnya bisa menyaingi premium cuts. Di dapur fine dining yang super sibuk, waktu dan efisiensi itu segalanya.
Kalau ada potongan daging yang sejak awal udah lembut dan lezat, buat apa repot-repot ngolah daging yang butuh usaha lebih? Ini salah satu alasan kenapa restoran mahal cenderung pilih potongan yang lebih mudah diolah jadi hidangan luar biasa.
5. Ekspektasi pelanggan fine dining terlalu tinggi untuk sirloin

Ketika kamu bayar mahal untuk makan di restoran bintang lima, pasti berharap dapat makanan yang "wow" dari segala sisi. Nah, sirloin sulit memenuhi standar itu. Walau masih masuk kategori steak, rasanya bisa jadi underwhelming kalau dibandingkan dengan potongan yang lebih eksklusif.
Restoran mahal ingin bikin tamu merasa puas dan berkesan. Menyajikan sirloin bisa dianggap mengecewakan atau “kurang layak” untuk harga yang dibayar. Karena itu, chef fine dining biasanya lebih memilih daging yang memang dirancang untuk memberikan pengalaman makan tak terlupakan.
Jadi, kalau kamu heran kenapa sirloin gak pernah muncul di restoran mahal, sekarang kamu tahu jawabannya. Bukan karena sirloin jelek atau gak layak dimakan, tapi lebih ke soal ekspektasi dan standar tinggi yang dijaga restoran kelas atas. Mereka cuma mau menyajikan yang terbaik, dan sirloin, meskipun punya tempatnya sendiri di hati pecinta steak, belum bisa bersaing dengan potongan premium macam ribeye atau filet mignon.
Kalau sesekali pengin nikmatin sirloin, gak ada salahnya cari restoran yang lebih kasual. Tapi kalau kamu lagi ingin pengalaman fine dining yang “naik kelas”, siap-siap disuguhkan steak yang lebih juicy, lembut, dan tentunya, lebih mahal juga!