Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Potret Terkini Air Terjun Binanga Bolon Pasca Dihantam Banjir Bandang

potret air terjun Binanga Bolon saat ini setelah dihantam banjir bandang (dok.Nurhayati)
potret air terjun Binanga Bolon saat ini setelah dihantam banjir bandang (dok.Nurhayati)

Simalungun, IDN Times - Wisatawan Sumut tampaknya harus menelan pil pahit atas peristiwa banjir bandang yang terjadi di Haranggaol Horison, tepatnya di air terjun Binanga Bolon. Air terjun yang terkenal eksotis itu kini telah berubah drastis dan aksesnya hancur.

Imbas banjir bandang yang terjadi, tanah di sekitar air terjun mengalami longsor bahkan sampai memutus jembatan yang merupakan satu-satunya akses masyarakat setempat.

Meskipun begitu, tetap ada wisatawan yang ingin melihat lebih dekat bagaimana kondisi air terjun yang terletak di tepian Danau Toba itu.

1. Kondisi air terjun Binanga Bolon memprihatinkan namun tetap memiliki daya tarik tersendiri

foto Nurhayati saat berada di kaki air terjun Binanga Bolon (dok.Nurhayati)
foto Nurhayati saat berada di kaki air terjun Binanga Bolon (dok.Nurhayati)

Kepada IDN Times Nurhayati Purba mengungkapkan jika dirinya baru saja menyambangi air terjun Binanga Bolon. Ia datang bersama keluarga ke tempat tersebut untuk berwisata.

Sebelumnya, Nurhayati dan keluarga telah mendengar kabar jika air terjun Binanga Bolon dilanda banjir bandang. Namun ia tetap datang karena ingin melihat kondisinya secara langsung yang semakin gersang itu.

"Lokasinya sudah cukup hancur. Tapi kalau untuk debit atau curah airnya tetap sama seperti dulu," kata Nurhayati.

Meskipun telah hancur, namun Nurhayati menganggap jika air terjun Binanga Bolon sekarang memiliki daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang gemar trekking.

"Kalau dilihat dari kondisi tempatnya sudah sangat memprihatinkan, tidak semua orang bisa sampai di titik air terjunnya karena akses menuju ke sana sudah tidak memadai," lanjutnya.

2. Jalur trekking air terjun Binanga Bolon semakin sulit diakses

jalur trekking menuju air terjun Binanga Bolon telah hancur (dok.Nurhayati)
jalur trekking menuju air terjun Binanga Bolon telah hancur (dok.Nurhayati)

Jalur trekking air terjun Binanga Bolon yang dahulunya dapat dijangkau dengan mudah, kini menjadi semakin sulit karena jalurnya telah hilang. Bahkan sungainya juga mengalami pelebaran.

"Pepohonan yang dulu rindang sekarang sudah hilang sampai ke danau. Jalur sungainya yang dahulh sudah terkikis sedalam 20 meter dan lebarnya 50 meter," aku Nurhayati.

Pasca banjir besar yang menimpa, Nurhayati mengatakan tidak ada banjir susulan. Namun hanya curah air yang agak meningkat saja. Jembatan dan akses jalan yang sempat terputus, kini sudah diperbaiki oleh pemerintah setempat.

"Saya prihatin terhadap kejadian yang menimpa air terjun Binanga Bolon. Semoga pemerintah mengambil tindakan terhadap perbaikan air terjun supaya tetap menjadi objek wisata yang selalu dikunjungi di Haranggaol. Bagi teman-teman yang suka uji adrenalin, boleh datang ke sana karena kini trekkingnya lebih menantang," ujarnya.

3. Dahulu air terjun Binanga Bolon sangat eksotis

Potret air terjun Binanga Bolon sebelum dilanda banjir bandang (IDN Times/Eko Agus Herianto)
Potret air terjun Binanga Bolon sebelum dilanda banjir bandang (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Hanifah Handayani selaku wisatawan asal Medan turut menceritakan pengalaman manisnya saat mengunjungi air terjun Binanga Bolon. Dirinya datang sebelum banjir bandang melanda.

"Bagi saya air terjun ini salah satu wisata kelas wahid di Sumatra Utara, karena memang lanskap alamnya begitu indah. Kawasannya rindang dan menyejukkan," kata Hanifah.

Beruntung baginya karena telah menikmati keindahan air terjun Binanga Bolon saat masih eksotis. Tempat tersebut dahulu dominan tertutup dengan hutan bambu, sehingga sangat asri.

"Semoga alam dengan cepat memulihkan air terjun Binanga Bolon. Sedih rasanya mendengar kabar banjir bandang di sana," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Eko Agus Herianto
Arifin Al Alamudi
Eko Agus Herianto
EditorEko Agus Herianto
Follow Us