Mengenal Tradisi Lompat Batu di Nias, Dulu Jadi Tanda Kedewasaan 

Wisatawan bisa menyaksikan lompat batu Nias

Tradisi lompat batu adalah tradisi yang sangat terkenal di Nias yang sangat populer di Indonesia. Tradisi lompat batu berasal dari desa adat Bawomataluwo, Nias Selatan hingga kini masih dilestarikan oleh warga sekitar. Disebut juga Hombo Batu.

Tradisi lompat batu, selain ditampilkan sebagai acara adat juga bisa menjadi pertunjukkan yang menarik khususnya bagi para wisatawan yang datang ke sana. Simak ulasannya!

1. Muncul dari kebiasaan masyarakat Nias zaman dahulu

Mengenal Tradisi Lompat Batu di Nias, Dulu Jadi Tanda Kedewasaan phinemo.com

Melansir dari laman negerikuindonesia, tradisi lompat batu sudah ada sejak dahulu kala. Tradisi lompat batu ini muncul karena kebiasaan masyarakat saat perang suku yang pernah terjadi di Nias. Dahulu kala, setiap kampung yang berperang mempunyai benteng masing-masing untuk menjaga wilayah mereka. Sehingga dibutuhkan kekuatan khusus untuk melompati benteng tersebut. Mereka membuat tumpukkan batu untuk melatih fisik mereka, terutama ketangkasan dalam melompat. 

Namun seiring dengan berakhirnya perang tersebut, lompat batu masih dilakukan oleh masyarakat disana hingga menjadi suatu tradisi. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi ritual atau media bagi para pemuda untuk menunjukkan bahwa dia sudah dewasa. 

 

Baca Juga: 6 Rekomendasi Hotel di Nias Selatan yang Ramah Budget

2. Dulunya jadi simbol kedewasaan seorang pria

Mengenal Tradisi Lompat Batu di Nias, Dulu Jadi Tanda Kedewasaan Ajarkan Anak tentang Budaya Nias pada Pembukaan Sail Nias 2019, Nias Selatan, Sumatera Utara (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Zaman dahulu seorang pemuda Nias harus siap maju perang kapan saja. Tradisi lompat batu merupakan patokan dalam melihat kemampuan pemuda secara fisik. Jika pemuda di sana mampu melompati batu setinggi 2 meter dengan tebal 40 cm, maka pemuda itu layak dikatakan untuk ikut berperang. Bahkan di zaman dahulu, di atas permukaan batu ini juga ditutupi dengan paku dan bampu runcing. Ini bukti betapa seriusnya ritual ini di mata Suku Nias. Secara taktis dalam peperangan, tradisi ini juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh. 

3. Dulu jadi ritual, kini jadi destinasi wisata

Mengenal Tradisi Lompat Batu di Nias, Dulu Jadi Tanda Kedewasaan tradisi lompat batu di Desa Bawomataluo (instragram.com/abdulbatubara)

Tradisi lompat batu biasanya diadakan pada waktu dan tempat yang sudah ditentukan oleh masyarakat dan akan diikuti oleh pemuda yang akan melakukan lompat batu tersebut. Tradisi lompat batu biasanya dilakukan di tempat khusus yang dimiliki oleh setiap kampung di Nias. Tempat khusus ini sudah ada sejak dahulu dan tetap digunakan secara turun menurun. Tempat tersebut ditandai dengan batu setinggi 2 meter dan ketebalan 40 cm yang nantinya digunakan untuk dilompati oleh para peserta lompat batu.

Tradisi lompat batu akan diadakan dengan disaksikan oleh seluruh warga kampung. Para peserta yang akan mengikuti tradisi ini akan bersiap dengan memakai baju pejuang khas Nias sambil menunggu giliran. Ketika tiba gilirannya, peserta akan mengambil ancang-ancang kemudian berlari kencang dan menginjakkan kaki pada sebongkah batu sebagai tumpuannya. Lalu peserta akan melompat ke udara dan melewati batu dan tidak boleh menyentuh batu besar tersebut. Apabila menyentuh, maka peserta dianggap belum berhasil.

Jika dulu lompat batu dilakukan berbagai ritual dan simbol budaya Orang Nias, tradisi ini kini sudah menjadi destinasi wisata untuk menarik wisatawan domestik dan wisatawan asing. Wisatawan yang berkunjung ke Nias bisa menyaksikan tradisi lompat batu ini. Jika ingin menyaksikan tradisi ini, wisatawan harus membayar 2 orang pemuda desa dengan tarif yang disepakati untuk 2 kali lompatan.

Baca Juga: Asyiknya Surfing di Pantai Lagundri Nias Selatan: Rute dan Harga

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya