5 Fakta Unik Kota Barus, Jejak Peradaban Tua di Sumatra Utara

- Marco Polo singgah di Barus pada 1292 dan mencatatnya sebagai pusat komoditas berharga.
- Temuan makam bertahun 48 Hijriah menunjukkan Islam sudah hadir di Barus pada abad ke-7.
- Kapur Barus digunakan bangsa Mesir kuno untuk mengawetkan mumi Firaun, diekspor sejak ribuan tahun lalu.
Kota Barus sering disebut-sebut dalam sejarah, tapi kebanyakan orang hanya mengingatnya sebagai daerah kapur barus tanpa benar-benar tahu betapa pentingnya kota kecil di Tapanuli Tengah ini pada masa lalu.
Sebagai kota pelabuhan yang pernah berjaya ribuan tahun lalu, Barus menjadi magnet bagi pedagang dari Arab, Persia, India, hingga Tiongkok. Namun, sebagian besar cerita tentang Barus justru jarang muncul dalam buku pelajaran. Padahal, beberapa di antaranya cukup mengejutkan dan menunjukkan betapa kayanya sejarah kota ini.
Di balik ketenangannya hari ini, Barus menyimpan kepingan-kepingan sejarah yang berserakan dan menunggu ditemukan kembali. Dari kunjungan penjelajah dunia hingga legenda yang dipercaya penduduk lokal, Barus adalah museum terbuka yang tak pernah selesai dibaca. Berikut lima fakta unik yang jarang diketahui tentang kota tua ini.
1. MarcoPolo Pernah Berlabuh dan Menulis Tentang Barus

Dalam perjalanannya pulang dari Asia Timur pada 1292, Marco Polo singgah di wilayah Sumatra bagian utara, termasuk Barus. Ia mencatat Barus sebagai pusat komoditas berharga seperti kapur barus dan kemenyan.
Kehadiran nama Barus dalam catatan Marco Polo memperlihatkan bahwa kota ini sudah dikenal dunia jauh sebelum era kolonial masuk ke Indonesia.
2. Makam Bertahun 48 Hijriah, Bukti Islam Sudah Hadir di Barus Pada 661 M

Di Kompleks Makam Mahligai, terdapat nisan kuno dengan inskripsi tahun 48 Hijriah. Temuan ini menunjukkan bahwa Islam sudah masuk ke Barus pada abad ke-7, jauh lebih awal dari berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
Keunikan makam tersebut terletak pada usianya yang sangat tua dan panjangnya yang tidak biasa, menandakan tokoh penting asal Timur Tengah pernah tinggal dan wafat di sini.
3. Kapur Barus dari Sumatra Diduga Dipakai Mengawetkan Mumi Mesir

Tidak banyak yang mengetahui bahwa kapur barus dari Barus digunakan bangsa Mesir kuno sebagai bahan pengawet jenazah para Firaun. Komoditas ini diekspor sejak ribuan tahun lalu dan sangat bernilai karena hanya tumbuh di wilayah tertentu Asia Tenggara.
Inilah alasan mengapa nama “kapur barus” melekat kuat hingga kini jejak internasional yang sudah dimulai jauh sebelum zaman modern.
4. Barus Muncul dalam Catatan Geografer Yunani-Romawi Sejak Abad ke-2

Ahli geografi kuno seperti Ptolemaeus sudah menuliskan “Barousai,” yang diyakini merujuk pada Barus. Artinya, kota ini telah dikenal dalam peta perdagangan dunia sekitar 1.800 tahun lalu.
Pelabuhan Barus menjadi titik temu pedagang global, jauh sebelum kota-kota pelabuhan besar di Nusantara berkembang.
5. Legenda Raksasa Laut yang Menjadi Ingatan Kolektif Bencana Kuno

Masyarakat Barus memiliki legenda tentang makhluk raksasa dari laut yang menghancurkan kota dalam semalam. Banyak ahli membaca legenda ini sebagai memori lama tentang bencana besar, kemungkinan tsunami dahsyat yang pernah melanda wilayah pesisir Barus pada masa lampau.
Cerita itu diwariskan sebagai simbol kehancuran sebuah kota besar yang kemudian hilang ditelan waktu.
Barus bukan hanya kota tua yang indah, tapi simpul peradaban yang pernah berhubungan langsung dengan dunia luar, tempat ide-ide baru masuk dan komoditas berharga keluar. Lima fakta di atas hanya sebagian kecil dari sejarah panjang Barus yang terkubur waktu, tetapi cukup untuk menunjukkan bahwa kota ini layak ditempatkan sebagai salah satu titik penting dalam sejarah Nusantara.
Makin banyak jejaknya diungkap, makin jelas bahwa Barusmenyimpan cerita yang jauh lebih megah daripada yang dibayangkan orang selama ini.


















