Siapapun Ketum Asprov PSSI Sumut, Emas Sepak Bola PON Jadi Harga Mati!

Bento, Mulyadi, dan Rahudman gaungkan kebangkitan Sumut

Medan, IDN Times- Sumatra Utara tertinggal dari daerah-daerah lain soal sepak bolanya. Banyak faktor yang melandasi, mulai dari pembinaan usia dini hingga berjalannya kompetisi. Untuk itu perlu ada ide dan konsep baru untuk kebangkitan sepak bola Sumatra Utara. 

Hal itu menjadi perbincangan hangat dalam diskusi bertajuk "Membangun Masa Depan Sepakbola Sumatera Utara Menuju PON 2024 di Medan, Sabtu (6/3). Diskusi ini menghadirkan tiga pembicara mulai dari Mulyadi Simatupang selaku Manajer PSMS Medan, eks Manajer PSMS 2010-2012 Benny Tomasoa, Mantan Wali Kota Medan dan Ketum PSMS, Rahudman Harahap, serta pengamat sepakbola Rafriandi Nasution.

Sumatra Utara menjadi juara sepak bola PON 2024 menjadi mimpi bersama yang digaungkan dalam diskusi tersebut. Seperti apa caranya?

1. Pembenahan organisasi jadi hal mendasar yang harus dilakukan

Siapapun Ketum Asprov PSSI Sumut, Emas Sepak Bola PON Jadi Harga Mati!Benny Tomasoa berbicara pada Diskusi sepak bola membangun masa depan sepak bola Sumut, Sabtu (5/3/2022) (IDN Times/Doni Hermawan)

Benny Tomasoa mengatakan, perlu pembenahan agar Sumatra Utara bisa kembali meraih masa keemasan. Apalagi sebentar lagi Sumut menjadi tuan rumah PON 2024. 

“Kita ketahui bersama jika pesepakbola Sumut memiliki prestasi yang baik dan kerap menjadi penghuni skuat Timnas Indonesia. Jadi seharusnya sepakbola Sumut, bisa berprestasi di tingkat nasional. Perlu pembenahan dari tingkat organisasi. Itu yang pertama dibenahi dulu,” terangnya.

Benny salah satu Bakal Calon Ketua Umum Asprov PSSI Sumut. Bento, sapaan akrabnya mengaku ingin maju dikarenakan ingin melakukan perubahan, dan perubahan ini tentunya harus dilakukan secara bersama-sama bukan per orangan.

“Siapapun nanti yang terpilih sebagai ketua asprov, organisasi PSSI mestilah dikelola dengan baik dan profesional,” tambahnya.

Bento juga kembali menyoroti soal kompetisi sepak bola Liga 3 yang mandiri. "Saya berani katakan kompetisi Liga 3 kita nanti punya sponsor sehingga tidak membebani klub. Cukup iuran saja," bebernya.

2. Dari level grassroot, jangan dulu bicara soal prestasi

Siapapun Ketum Asprov PSSI Sumut, Emas Sepak Bola PON Jadi Harga Mati!Manajer PSMS, Mulyadi Simatupang berbicara pada Diskusi sepak bola membangun masa depan sepak bola Sumut, Sabtu (5/3/2022) (IDN Times/Doni Hermawan)

Sementara itu Mulyadi Simatupang yang memanajeri PSMS sejak tiga tahun terakhir mengakui ada tiga hal yang harus menjadi fokus pembenahan yakni manajemen organisasi, kompetensi SDM dan pendanaan.

Mulyadi menyebutkan, fokus tersebut harus adanya aksi nyata kolaborasi antara pengurus, pemerintah, juga peran penting masyarakat.

"Harus ada kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat juga. Tidak boleh kerjasama sendiri harus saling mendukung, satu tujuan untuk sepakbola," jelasnya.
Dirinya juga mengakui bila regenerasi pemain asal Sumut masuk dalam skuad merah putih pun tak ada lagi. Hal ini pun patut menjadi koreksi penting bagi penggiat sepakbola. Hal yang sama juga kompetisi yang tak berjalan.

Selain itu Mulyadi yang juga menjadi Bakal Calon Ketum Asprov PSSI Sumut juga menyoroti soal sepak bola di level grassroot. Selain kompetisi yang minim, perlu pemahaman bagi pelatih sejak level SSB agar tidak dulu mengejar prestasi. "Untuk level SSB, biarkan pemain itu mencari kesenangan bermain bola dulu. Jadi jangan dibebankan juara. Selain itu tidak ada kompetisi secara berjenjang. Sehingga bagaimana pemain kita seperti di Jawa, usia 17 sudah masuk timnas. Ini kelemahan kita," tambah Mulyadi.

Baca Juga: Kantongi Dukungan, Mulyadi Segera Daftar Balon Ketum Asprov PSSI Sumut

3. Pengurus harus ada rasa memiliki terhadap sepak bola dan bertanggung jawab

Siapapun Ketum Asprov PSSI Sumut, Emas Sepak Bola PON Jadi Harga Mati!Mantan Wali Kota Medan, Rahudman Harahap berbicara pada Diskusi sepak bola membangun masa depan sepak bola Sumut, Sabtu (5/3/2022) (IDN Times/Doni Hermawan)

Sementara itu Mantan Wali Kota Medan, Rahudman Harahap mengatakan harus ada rasa memiliki terhadap sepak bola, sehingga ada tanggung jawab yang diemban pengurus.

"Kita semua harus ikut merasa memiliki terhadap sepakbola Sumut. Bagaimana kita berjuang, berbuat. Buat pelatihan wasit yang baik, berkualitas," katanya.

Dirinya menegaskan, langkah cepat harus dilakukan untuk menyiapkan diri menghadapi PON 2024 saat Sumut dan Aceh menjadi tuan rumah. Ia menilai, sejatinya pengurus yakni Asprov PSSI Sumut memiliki waktu penuh untuk mengurus sepakbola di daerah ini.

"Ke depannya pengurus Asprov PSSI Sumut punya waktu dan ruang untuk mengabdi. Saya ingin sepakbola ini menjadi idola di Sumut terutama menghadapi PON mendatang," tegasnya.

4. Siapapun ketua umumnya medali emas cabor sepak bola PON 2024 jadi harga mati

Siapapun Ketum Asprov PSSI Sumut, Emas Sepak Bola PON Jadi Harga Mati!Pemerhati sepak bola Sumut, Rafriandi Nasution berbicara pada Diskusi sepak bola membangun masa depan sepak bola Sumut, Sabtu (5/3/2022) (IDN Times/Doni Hermawan)

Sementara itu pemerhati sepak bola, Rafriandi Nasution mengatakan selama ini pengembangan sepak bola usia dini kurang menjadi prioritas. Dia menyebut tidak dilakukan dengan serius. 

"Sepak bola usia dini ini harus menjadi prioritas untuk masing-masing kandidat. Kategori putri juga harus serius. Selain itu sekarang sepak bola di tingkat mahasiswa juga tidak berkembang lagi," kata Rafriandi.

Mantan Dirut PD Pembangunan ini juga menegaskan jika medali emas jadi harga mati untuk PON 2024 mendatang.

"Siapa pun Ketua Asprov PSSI Sumut target sepakbola PON 2024 emas. Itu harus ditandatangani," tambahnya.

Selain itu menurutnya jaringan juga harus dikembangkan lebih luas. Tidak hanya nasional, tapi juga internasional. "Kita juga perlu membangun kerjasama dengan pihak luar negeri. Jangan sampai sepakbola lokal kita macet," pungkasnya.

Baca Juga: Suimin Dukung Calon Ketum Asprov PSSI Sumut yang Targetkan Juara PON

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya