Kini Gereja dan Masjid Berdiri Berdampingan di Lapas Pematangsiantar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Simalungun, IDN Times - Warga binaan atau narapidana punya hak untuk beribadah di tempat yang layak. Hal itu yang jadi perhatian Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Klas II Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun, Porman Siregar. Maka, bersama pegawainya mereka saling patungan untuk mendirikan gedung gereja dan masjid.
Apalagi kini bertepatan dengan perayaan natal yang rutin dilakukan dalam lapas, bangunan yang didirikan sejak tiga bulan dengan dana sekitar Rp300 juta menjadi hadiah pertama di tahun ini pada saat perayaan natal bagi.
Ungkapan rasa syukur pun disampaikan Kalapas pada acara natal di lembaga yang dipimpinnya, Sabtu (28/12).
1. Gedung gereja jadi hadiah di perayaan natal bagi warga binaan
Dalam kata sambutan, Kalapas menjelaskan bahwa jumlah WBP di Lapas Klas II Pematangsiantar berkisar 2.083 orang. Dan, sekitar 700 orang merupakan Kristen. Jumlah ini tidak sebanding dengan gedung gereja lama. Hanya seperti ruang doa dengan kapasitas sekitar 35 orang.
"Kalau natal sebelumnya diadakan di lapangan terbuka, sekarang berbeda, diadakan di dalam gereja" katanya di hadapan ratusan warga binaan dan tamu undangan.
Porman bahkan sampai menangis menceritakan proses berdirinya gedung gereja di dalam Lapas.
2. Kalapas tidak sepakat salib kerap dibongkar pasang kala ibadah
Porman Siregar mengakui, saat ibadah digelar di apas, dalam bentuk pembinaan rohani secara rutin kepada WBP, gedung Aula dijadikan sarana alternatif sehingga di ruangan ini salib harus dibongkar pasang.
"Nah, kalau ada kegiatan ibadah baru ditempel salib, sesudah itu salib dicopot lagi. Secara pribadi saya tidak setuju salib dipindah-pindahkan, kemudian disimpan secara berulangkali hanya karena gedung gereja tidak ada," jelas Porman
Sebagaimana diketahui, Porman Siregar sendiri beragama islam, tapi selaku Kalapas mengambil kebijakan mendirikan bangunan gereja dengan dana yang dikumpulkan melalui sukarela pegawai. "Awalnya saya merenung, kemudian saya kumpulkan semua pegawai untuk sama-sama menyumbangkan uang membangun gereja," jelasnya.
Baca Juga: Napi Lapas Ikut Isi Kebaktian Koor Natal Oikumene di Siantar
3. Gedung gereja dibangun murni dari dana pegawai, tidak ada bantuan Pemda
Porman Siregar mengaku bersyukur atas respon positif dari seluruh pegawai, Dengan rasa kebersamaan seluruh pegawai menyumbangkan sebagian dari gaji, bahkan ada dari hasil usaha pribadi beberapa pegawai.
"Kami tidak pernah membuat proposal ke Pemko Pematangsiantar dan Pemkab Simalungun untuk mendanai bangunan gereja," ucapnya dengan rasa bangga.
Ia juga mendorong peran serta pihak gereja atau pendeta yang melayani selama terus mampu memotivasi WBP hidup dengan karakter baru. WBP ibarat orang yang sedang dalam gua kegelapan, butuh lampu penerang.
4. Selain gedung gereja, masjid juga dibangun dengan pola yang sama
Pembangunan tempat beribadah menjadi bagian penting bagi Porman Siregar sebagai wadah untuk membawa WBP pada karakter yang taat hukum Indonesia dan taat ajaran agama masing-masing WBP.
Secara tidak langsung, pihaknya ingin membangun karakter untuk saling menghormati antar warga binaan yang berbeda agama. Cara yang dilakukan adalah pembangunan gereja, masjid dan vihara saling berdekatan. Setiap hari ia mendorong setiap WBP beribadah sesuai agama masing-masing.
"Saya menjalankan tugas di ;apas ini berusaha melayani sebaik mungkin agar tercipta rasa nyaman, aman dan damai bagi semua WBP. Dan saya selalu sampaikan ke warga binaan agar beribadah sungguh-sungguh, yang Kristen ke gereja, dan yang Muslim ke masjid," jelasnya.
5. Porman Siregar tak lupa menegaskan agar WBP menaati aturan
Pada setiap pengarahan yang disampaikan ke WBP, ditegaskan bahwa jika masih melanggar aturan, undang-undang maka Kalapas akan mencabut segala hak-hak warga binaan. Walau terbatas dengan alat penunjang, upaya menekan masuknya barang-barang yang dilarang dipergunakan di lapas terus ditingkatkan.
"Saya tidak pernah membiarkan pelanggaran, menggunakan HP di dalam Lapas, apalagi menggunakan atau mengedarkan narkoba. Secara pribadi, saya tidak pernah bawa HP ke blok Lapas karena saya tahu peraturan" katanya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Natal Lapas Klas II Pematangsiantar, Toni Nainggolan mengatakan bahwa rangkaian natal telah dilakukan dalam berbagai kegiatan, mulai dari Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dan melibatkan WBP mengisi acara natal Oikumene yaitu membawakan lagu koor.
Baca Juga: Cegah Peredaran Narkoba dalam Sel, Lapas Klas II A Siantar Gelar Razia