Pedagang di Tangkahan Diajarkan Pentingnya Kemasan Souvenir
Dosen ajarkan pelatihan inovasi souvenir
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Wisata Tangkahan Langkat merupakan wisata yang cukup terkenal di Provinsi Sumatra Utara, dengan banyaknya para wisatawan yang berkunjung mulai dari wisatawan lokal hingga mancanegara. Mata pencarian masyarakat di sini salah satunya, pembuatan souvenir hasil dari karya tangan mereka atau disebut dengan industri kreatif.
Pedagang souvenir menganggap bahwa produk yang ditawarkan sudah cukup menarik bagi wisatawan tanpa harus memikirkan kemasan dari souvenir tersebut. Padahal selama menjual souvenir terdapat banyak kerusakan yang dialami oleh souvenir akibat terkena air, debu, benturan atau kotoran yang menyebabkan kerugian bagi pedagang.
Keresahan ini membuat tiga dosen bernama Myrna Pratiwi Nasution, Laura Juita Pinem dan Julaili Irni di Universitas Prima Indonesia (Unpri) melakukan inovasi pengemasan souvenir di daerah Tangkahan.
Inovasi ini juga melibatkan dua mahasiswanya, untuk membantu pendampingan kepada para pelaku usaha souvenir tersebut. Yakni, Daniel Sembiring dan Renhard Pasaribu.
Kegiatan ini juga bekerjasama dengan dosen Muhammad Sahnan dari Universitas Islam Sumatra Utara (UISU) serta didukung oleh dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) dan mitra Yayasan Hutan Untuk Masa Depan (YHUMD).
Lokasinya tepat di Desa Namu Sialang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara.
Baca Juga: Kecamatan Medan Tuntungan Gandeng UMKM Gelar Pameran Batik
1. Bertujuan memberi pengetahuan kepada pedagang souvenir pentingnya kemasan
Laura mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pedagang souvenir di Desa Wisata Tangkahan, tentang pentingnya kemasan sampai melakukan pendampingan pengemasan souvenir yang akan dijual.
"Mereka punya produk, hasil dari alam. Sehingga penjualanan menurun karena covid kemaren, pembelinya kan dari wisatawan lokal hingga mancanegara. Sudah tidak covid juga menurun. Ini menjadi masalah,” ucapnya IDN Times.
“Masalah kedua, ini souvenir dijajah kan pada area yang berair, dijual segala macam packing tidak ada. Seperti mainan kunci gampang rusak jadi gak awet. Mereka usahanya kecil, kerugiannya sedikit itu berasa,” tambah Laura.
Ini menjadi inisiatif untuk dilakukan melalui dana hibah dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM). Nantinya, bisa menarik perhatian para wisatawan untuk membeli dengan nilai estetika dari produk tersebut.
Baca Juga: Diduga Dicuri, Papan Bunga di Pernikahan Anak Wali Kota Binjai Hilang