Jabu Sihol, Magnet Baru Edukasi dan Pelestarian Budaya Batak
Kerja sama dengan petani jual hasil panen ke luar negeri
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pematangsiantar, IDN Times - Berawal dari perbincangan dengan sang istri, David Oppusunggu merasa terpanggil dan terinspirasi untuk menyelamatkan budaya batak, khususnya melestarikan budaya batak ini kepada anak-anak maupun anak muda yang memiliki darah keturunan Batak.
“Saya terkejut ketika diskusi dengan istri saya mengenai budaya batak, terlebih saat berusaha berkomunikasi dengan Bahasa Batak. Literasi istri saya mengenai kosakata maupun budaya batak sangat terbatas, hal ini disebabkan karena sang istri lahir dan besar di ibu kota Jakarta," jelas David Oppusunggu, salah satu Founder dan Penggagas Jabu Sihol, Senin (15/7).
Baca Juga: Selama 2019, Sudah Lebih 30 Ribu Wisatawan Malaysia ke Danau Toba
1. Banyak Millennials yang lupa akan budaya
David melihat seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi saat ini, semakin banyak anak-anak khususnya milenial yang sudah melupakan akar budaya dari diri sendiri. Banyak dari anak2 maupun anak muda sekarang yang sangat fasih menggunakan istilah- istilah asing dalam berkomunikasi sehari-hari tetapi gagap dalam berbahasa “Ibu”nya.
Sebagai seorang putra batak asli yang lahir, dibesarkan dalam lingkungan yang sangat kental dengan budaya batak, David Oppusunggu pun merasa terpanggil.
Baca Juga: Soal Pengembangan Wisata Danau Toba, Menko Luhut: Bupati Harus Serius