Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenal Prof Ridha, Dokter Bedah yang Siap Maju di Pilkada Medan

Prof. Ridha Dharmajaya (sc video Instagram @profridhadharmajaya)
Prof. Ridha Dharmajaya (sc video Instagram @profridhadharmajaya)

Medan, IDN Times - Pemilihan umum Wali Kota serentak akan dilaksanakan pada 27 November 2024 mendatang. Di Kota Medan sudah ada beberapa bakal calon yang telah mengambil formulir untuk siap maju Pilkada Medan. Mereka merupakan wajah baru dan juga wajah lama yang ikut serta.

Menariknya, salah satu wajah baru yang berasal dari akademisi sudah mengambil formulir pendaftaran di sejumlah partai di Medan. Ia adalah Prof. Ridha Dharmajaya, bahkan sudah menjadi kader resmi di PDI Perjuangan.

"Saya lahir di Medan, Ridha Dharmajaya lahir di Medan, besar di Medan dari SD, SMP hingga kuliah waktu saya spesialisasi. Jadi, saya fakultas kedokterannya di USU. SD dan SMP di Yayasan Pendidikan Harapan (Yaspendhar), SMA di SMA Negeri 1 Medan," kata Ridha memperkenalkan diri kepada IDN Times.

Ridha besar dan tinggal itu di daerah Jalan Titipapan, Sei Sikambing Medan. "Jadi, zaman itu di daerah Titipapan sudah kota banget kayak sekarang, kalau dulu agak ke pinggir.  Ibu saya sekolahin anaknya ke tempat yang bagus. Jadi sekolah kami di Harapan diantar ke jalan Imam Bonjol. Jadi sekolahnya sekolah elit pulangnya main-main sama anak-anak kampung di sekitaran tempat tinggal," tambahnya dengan mengenang masa lalu.

Dalam lebaran kertas yang tertulis, untuk Medan yang sehat jiwanya raganya. Artinya, dia fokus pada kesehatan dengan bekal yang ada pada profesinya selama ini.

Lalu, siapa sosok Prof Ridha Dharmajaya? Berikut profilnya.

1. Usai pendidikan di UI, Ridha balik kampung lagi ke Medan

Prof. Ridha Dharmajaya (sc video Instagram @profridhadharmajaya)
Prof. Ridha Dharmajaya (sc video Instagram @profridhadharmajaya)

Prof Ridha Dharmajaya merupakan anak dari Razali Rohimun dan Ratna Akbari Ganie. Dia merupakan anak pertama 3 bersaudara. Dua adiknya merupakan akademisi dan pengusaha.

Ridha menceritakan masa kanak-kanaknya yang sangat aktif. Dia melakukan beberapa kegiatan, termasuk yang ekstrem seperti mandi sungai.

"Jadi mandi sungai di Titi papan itu ada gang kecil namanya Gang Rezeki, sekarang jadi Jalan Rezeki. Nah, ujung gang ini Sei Sikambing kadang sama teman-teman saya mandi sungai, kalau orang Medan bilangnya kan sungai bukan kali. Mandi di sungai. Selesai mandi sungai manjat ke atas, itu kalau sebelah kiri ke perumahan PTP kalau ke kanan kearah sekolah pancabudi," jelasnya.

Lanjutnya, dia naik untuk memanjat pagar dan masuk ke sekolah Pancabudi untuk mencari anak pohon karet agar bisa dijadikan permainan.

Hingga sampai hari libur, Ridha bersama temannya biasa menonton bioskop didepan sekolah Pancabudi seperti bioskop rakyat.

"Kalau ada duit lebih bisa beli mainan pergi ke perempatan jalan Gatot Subroto dan Kapten Muslim itu. Di sana pojokannya itu ada tempat jual mainan yang jual namanya Cik Nik Um mainnya di situ SD dan SMP," tutur Ridha.

Usai menamatkan SD dan SMP di Harapan 1 Medan, Ridha melanjutkannya di SMA Negeri 1 Medan. Ia kemudian masuk ke Fakultas Kedokteran USU tahun 1997. Dia kemudian, menjadi Spesialis Bedah Saraf FK UI tahun 2007. Kemudian melanjutkan program Doktoral Ilmu Kedokteran FK USU pada 2012.

Saat ekstrakurikuler, Ridha menyukai pecinta alam untuk naik gunung Sibayak, seni musik bermain band dan senang bermain basket, voli, dan bola kaki. Ketika memasuki masa kuliah Fakultas Kedokteran, Ridha aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Kemudian lembaga mesjid kampus, dulu bernama Masjid Dakwah kampus USU. Lalu, tamat jadi dokter di USU dia berangkat ke Universitas Indonesia (UI) untuk melanjutkan spesialisasi.

"Selesai dalam pendidikan di UI di awal-awal saya semester 1 saya ujian menjadi staf ilmu bagian bedah alhamdullilah diterima. Selesai itu pulang ke USU jadi staf, S3 juga di USU profesornya. Kurang lebih begitu latar belakangnya. Jadi, kita di Medan itu sejak lahir. Cuma ketika pendidikan kita berangkat ke UI Jakarta," katanya.

Namun, sejak tahun 2019 Ridha sudah terbenak untuk mau jadi calon Wali Kota Medan. Kemudian menyusun strategi, namun tertimpa dengan masa COVID-19 yang merupakan masa perenungan hingga tahun 2023.

"Saya bergerak di tahun 2022 akhir. Kita mencoba untuk melakukan sesuatu bicara ke masyarakat memberikan ide-ide dan pribadi mereka berterima kita. Makanya ada gerakan gadget sehat. Ketika berterima makanya berlanjut. Kita sambil lihat juga, ada gak perubahan kita yang gak harus ke luar dari zona nyaman ini. Sampai akhirnya kita putuskan," katanya.

2. Ada dua alasan Ridha memilih maju jadi bakal calon Wali Kota Medan

Prof. Ridha Dharmajaya (sc video Instagram @profridhadharmajaya)
Prof. Ridha Dharmajaya (sc video Instagram @profridhadharmajaya)

Saat disinggung, mengapa memilih untuk menjadi Wali Kota Medan, Ridha hanya menjawab dengan santai. Menurutnya pilihan ini memiliki dua alasan, pertama dari sisi pribadi dan kedua dari sisi masyarakat secara umum.

"Kalau secara pribadi, kita hidup di Medan sejak lahir hanya saja waktu pendidikan saya keluar. Itu kita tidak melihat perubahan suatu yang berarti di kota kita. Itu pertanyaan yang juga ditanyakan pak Djarot Syaiful Hidayat ketika dia tanya saya ketika waktu ketemu beliau di DPP PDI Perjuangan," katanya.

Menanggapi hal tersebut, Ridha menjelaskan, orang Medan juga merasa gregetan. Sebab, dinilai Medan ini tidak berubah-berubah.

"Ada hal yang secara signifikan yang membuat perubahan di kota kita. Sehingga, kita berpikir ketika kota-kota lain sudah berbenah sudah jauh. Ini harus ada sesuatu yang dilakukan untuk kita berbuat lebih baik. Sebagai orang medan dan lahir besar di Medan," jelasnya.

Selain itu, menurutnya di luar dari itu sebagai profesional karena, dirinya bukan hanya akademisi staf pengajar tapi juga sebagai dokter maka dia melihat bahwa ada hal yang perlu untuk menjadi perhatian.

Salah satunya undang-undang omnibuslaw itu yang menurutnya sangat merugikan buat kaum orang pekerja, dan profesional terutama ketika uu omnibuslaw keluar.

"Nah, itu lebih saya pahami lagi, karena itu memang bidang saya. Secara profesional itu dirugikan dan rakyat dirugikan, masyarakat pemakai jasa sangat dirugikan dan itu memberi dampak yang lebih luas kepada pihak luar yang bisa masuk untuk mengambil peran yang lebih besar dalam kesehatan Indonesia dan itu bahaya. Berbahaya bukan hanya penguasaan secara fisik tapi banyak hal yang sebenarnya harus menjadi rahasia dari sebuah komunitas negara itu bisa terbuka asing," terangnya.

Meskipun, dia menilai keputusan omnibuslaw itu adanya di pusat tidak bisa di Medan. Namun, setidaknya bagaimana berbuat, Medan menjadi percontohan sesuatu yang baik untuk dibuat.

3. Rasa peduli terhadap Kota Medan menjadi dorongan Ridha ikut Pilkada Medan

Prof. Ridha Dharmajaya (sc video Instagram @profridhadharmajaya)
Prof. Ridha Dharmajaya (sc video Instagram @profridhadharmajaya)

Alasan lain Ridha untuk keluar dari zona nyaman dengan profesi sebagai dokter dan memilih maju di Pilwalkot Medan adalah untuk rasa peduli terhadap Kota Medan.

"Saya ingatkan lagi pembicaraan saya dengan pak Djarot (Syaiful Hidayat). Tadi saya sangat mencintai profesi saya sebagai dokter bedah saraf tapi kenapa kita harus berbuat seperti ini. Karena ada satu kondisi dimana kita harus kerjain itu keputusan gak mudah dimana saya harus keluar dari zona nyaman saya," katanya.

"Nah, tentu strategi secara khas mungkin nanti akan kita lihat saat jelas siapa calon-calon lawannya dan siapa kita dan dengan siapa saya berpasangan juga. Tapi disitu pasti ada pemikiran-pemikiran baru yang bisa lebih menggairahkan Kota Medan ini untuk jadi lebih baik," jelasnya.

Menurutnya, dengan bekal dokter bedah saraf sudah memiliki sikap mental yang ingin belajar. Jadi, untuk terjun dalam dunia politik tidak terkejut.

"Di politik ini ada hal uncertain (tidak pasti atau tidak bisa diperkirakan) kalau kita di akademisi apalagi ilmu dibidang seperti saya kita kan tahu kalau jantung mompa pasti arahnya kesana. Pasti dapat. Nah, itu jelas apa-apa bahwa sifat ini larinya kesini tapi di politi kan gak bisa seperti itu. Ibaratnya kalau jantung politik memompa dia belum tentu ke sana bisa jadi dia balik ke situ. Nah, saya berusaha belajar untuk bisa mendapatkan celah berpikir seperti itu. Jadi saya harus membuka diri dan pikiran untuk bisa melihat," tegasnya.

Maka, dikatakannya mencoba untuk membuat politik yang santun dan jujur. Hal itu bisa melakukan yang terbaik untuk berhadapan dengan orang banyak pada Pilkada Medan nantinya.

"Tapi politik yang santun dan jujur itu harus kita mulai lakukan," tuturnya.

Soal keluarga, Ridha menikah dengan Dina Keumala Sari dan mendapatkan tiga buah hati yakni, Nadya Keumala Fitri (24), Raisya Keumala Putri (21), Fayza Keumala Rizkya (17) dan Ramza Muhammad Ridha (13).

Terkait dukungan dari keluarga, dia mengakui awalnya tidak setuju. Namun, Ridha berusaha untuk meyakinkan pada keluarga hingga memahaminya.

"Awalnya gak setuju karena sudah memiliki kehidupan yang nyaman tapi memilih keluar jalur tapi saya sudah sampaikan dan Alhamdulillah mengerti," ucap Ridha.

Ridha diketahui saat ini menjabat Ka Prodi Ilmu Bedah Saraf sejak 2022. Sebelumnya dia juga menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Fakultas Kedokteran USU (2017-2020), Ka KSM Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan (2017-sekarang) dan Pendiri Alfatih Media Group.

Penghargaan yaitu, Guru Besar (Profesor) Ilmu Bedah Saraf, FK USU (2019) Satyalancana Karya Satya (2019). Untuk penugasan bencana pernah menjadi Tim Emergency Pasca Tsunami Aceh (2004), Tim Emergency, dan Pasca Gempa Jogja (2006).

Untuk organisasi yang pernah diikutinya, Dewan Pembina Ikatan Media Online Indonesia, Wilayah SUMUT, Dewan Pembina Rembuk Masyarakat Medan Utara, Dewan Pembina PP Sembelih Halal Medan, Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia, Ketua Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia Sumut, Dewan Pakar KAHMI Medan, Pengurus Perkumpulan Onkologi Indonesia Cab Sumut, Ketua MKRI RS H. Adam Malik Medan, Dewan Pakar IDi Sumut, Anggo ASEAN Neuro- surgical Society dan Aych Nok Ayaatiota Medan (HNSI).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indah Permata Sari
Doni Hermawan
Indah Permata Sari
EditorIndah Permata Sari
Follow Us