Ilustrasi uang (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Melalui BWI Goes to Campus ini, Nuh mengungkapkan pihaknya menyadarkan mahasiswa hingga civitas perguruan tinggi, akan manfaat luar biasa dari wakaf tersebut. Untuk kepentingan dan kemajuan PTN tersebut. Kemudian, memberikan pemahaman secara luas tentang wakaf tersebut.
"Tentang kesadaran dana abadi, tidak boleh dibagi. Tapi, keuntungan yang bisa dibagikan. Contohnya, wakaf ayam dipotong, habis. Tahun depan di wakaf, potong lagi, habis. Tapi, ayamnya diternakkan dan telurnya boleh dibagi. Sehingga setiap tahun harta wakaf bertambah-tambah," jelas Nuh.
Nuh menjelaskan alasan kenapa perguruan tinggi negeri menjadi sasaran dilakukan wakaf. Karena PTN-BH sudah memiliki otonomi pada pengelolaan keuangan dan sumber daya. Sehingga bisa menyisihkan, untuk dana abadi dan seterusnya dikelola.
"Seperti USU, ada dana abadi. Pengelolaan kebun, dan seterusnya. Kalau itu, semakin besar. Makanya, ketergantungan perguruan tinggi. Anggaran rutin itu, lebih kecil dan dia bisa leluasa untuk mengembangkan perguruan tinggi itu," ucap Nuh.
Di Indonesia, ada 21 kampus negeri berstatus PTN-BH. BWI akan mengajak 10 hingga 15 kampus untuk bekerja sama.
"ITS, IPB, ITB, sebentar lagi di USU, UNP Padang, UNHAS. Karena sadar betul dana abadi itu, manfaatnya bisa digunakan untuk perkembangan kampus, memberikan bantuan atau beasiswa kepada mahasiswa kurang mampu dan manfaat lainnya, yang sangat luar biasa," kata Nuh.
Wakil Rektor (WR) III USU Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan mengapresiasi apa yang dilakukan BWI.
"Kita harapkan mahasiswa kita menjadi agen perubahan, dan memberikan pemahaman tentang wakaf kepada masyarakat," kata Poppy.