TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Akhyar: Saya Habis Rp1 Miliar, Tapi Gak Ada Mahar ke Demokrat

Akhyar sebut KLB sebuah perampokan

Mantan Wali Kota Medan Akhyar Nasution (IDN Times/Indah Permata Sari)

Medan, IDN Times - Kisruh Partai Demokrat setelah digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) di Sibolangit, Deli Serdang, 5 Maret 2021 yang menetapkan Moeldoko sebagai ketua umum masih bergulir. Satu topik lain yang ramai dibahas saat ini adalah isu dugaan money politic untuk para calon kepala daerah yang diusung partai berlambang mercy itu. Isu itu diembuskan kubu Jhoni Allen Marbun.

Benarkah ada mahar agar bisa diusung Demokrat sebagai calon? Akhyar Nasution, yang sebelumnya diusung Demokrat sebagai Calon Wali Kota Medan pada Pilkada 2020 angkat bicara. Berikut IDN Times rangkum dari wawancara ekslusif bersama Akhyar.

1. Akhyar sudah melamar ke seluruh partai setelah PDIP tak memperjuangkannya

Mantan Wali Kota Medan Akhyar Nasution (IDN Times/Indah Permata Sari)

Akhyar sebelumnya merupakan Wakil Wali Kota mendampingi Dzulmi Eldin saat bersaing di Pilkada 2015. Saat itu dia diusung PDI Perjuangan. Ya, Akhyar memang sudah sejak lama menjadi kader di partai berlambang Banteng itu.

Dia akhirnya memenangkan Pilkada 2015 bersama Eldin. Namun kasus korupsi yang menyandung Eldin, membuatnya jadi Plt Wali Kota Medan sejak 24 Oktober 2019. Dia bahkan baru diangkat jadi wali kota enam hari sebelum masa jabatannya berakhir pada 17 Februari 2021.

Namun saat memilih maju Pilkada 2020, Akhyar akhirnya harus keluar dari PDIP. Soalnya PDIP lebih memilih Bobby Nasution, menantu Presiden Joko Widodo jika dibanding dirinya. Padahal dia sudah lama menjadi kader PDIP.

"Cerita masa lalu. Sebenarnya sederhana aja. Karena PDI-Perjuangan tidak memperjuangkan aku. Dia lebih memilih anak Presiden dari pada awak rakyat jelata," jelas Akhyar.

Akhyar juga mengatakan bahwa, dirinya mendaftarkan diri ke seluruh partai. Ia membutuhkannya sebagai syarat untuk jadi calon wali kota di Pilkada kota Medan periode 2021-2024.

Baca Juga: Jabatan Wali Kota Medan Berakhir, Ini Rencana Akhyar Selanjutnya

2. Akhyar mengaku gak ada mahar di Demokrat

Mantan Wali Kota Medan Akhyar Nasution (IDN Times/Indah Permata Sari)

Saat itu hampir rata-rata partai yang punya kursi mengusung dan mendukung Bobby Nasution. Akhyar bahkan nyaris tanpa perahu.

Akhirnya saat -saat injury time, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat meminangnya. Akhyar maju bersama Salman Alfarisi yang berstatus Ketua DPD PKS Sumut. Di momen itu pula Akhyar berganti jaket. Dari merah menjadi biru, khas Demokrat. 

"Waktu itu aku bilang, kalau kalian mau mencalonkan aku, ya calonkan kalau enggak ya sudah. Dan ternyata dicalonkan oleh dua Partai PKS dan Demokrat tanpa mahar, itu realita," tambahnya.

Akhyar mengakui bahwa, tak ada mahar politik yang  diminta kepadanya. Sebab ia tak memiliki uang. Tujuannya hanya ingin mengabdi pada kota Medan.

"Realitanya gak ada. Aku kan kusampaikan aja. Aku kalau ditanya duit, gak ada duit ku. Aku berapa yang dikasih negara ini yang ku terima. Tak ada aku ngerampok atau nyopet. Gak ada uangku dan tak ada sponsor," ucapnya.

3. Akhyar mengatakan selama kampanye hingga pemilihan banyak patungan. Bahkan relawan rela gak dibayar

Mantan Wali Kota Medan Akhyar Nasution (IDN Times/Indah Permata Sari)

Akhyar mengaku tak punya uang khusus untuk maju di Pilkada Medan. Malah para relawan mengeluarkan jasa dan uang patungan.

"Patungan. Ya, patungan karena orang-orangnya dan anggota partai patungan. Bergerak tanpa dibayar dan kemudian ada yang ngasih bantuan ini itu. Mereka bergerak tanpa dibayar luar biasa. Mereka relawan PKS dan Demokrat bergerak tanpa dibayar. Jadi, ya sangat minim sekali lah uangnya untuk itu," ujarnya.

4. Akhyar menilai uang pribadinya jika dihitung sudah keluar hingga Rp1 miliar

Mantan Wali Kota Medan Akhyar Nasution (IDN Times/Indah Permata Sari)

Akhyar juga harus rela menghabiskan kocek pribadinya karena memang butuh uang untuk operasional sebagai calon. 

"Kalau dihitung-hitung uangku pribadi saja sekitar Rp1 miliar habis. Itulah uang waktu tabung-tabung selama Wakil Wali Kota. Untuk operasional bukan untuk money politic," jelasnya.

"Jadi, selebihnya bergotong-royong semua. Uang yang habis tersebut merupakan dipergunakan untuk operasional semua relawan dan partai bergerak tanpa dibayar," ungkapnya.

Berita Terkini Lainnya