5 Hal yang Harus Berhenti Dibeli Kelas Menengah Menurut Warren Buffett

Prediksi krisis ekonomi global yang diperkirakan terjadi pada tahun 2025 mengharuskan semua kalangan, terutama kelas menengah, untuk lebih bijak dalam mengelola pengeluaran. Dalam situasi ekonomi yang tidak pasti, penghematan bukan hanya pilihan, tetapi juga kebutuhan untuk menjaga stabilitas finansial.
Sebagai salah satu investor paling sukses di dunia, Warren Buffett sering kali memberikan nasihat yang relevan bagi siapa saja yang ingin mengatur keuangannya dengan lebih baik.
Buffett dikenal dengan prinsip hidup hematnya meskipun memiliki kekayaan melimpah. Ia kerap menekankan pentingnya memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan, terutama bagi kelas menengah yang sering kali terjebak dalam pola konsumsi berlebihan.
Berikut adalah lima hal yang menurut Warren Buffett sebaiknya berhenti dibeli oleh kelas menengah untuk menjaga kesehatan finansial, khususnya di tengah ancaman krisis ekonomi.
1. Membeli mobil baru yang nilainya dipastikan turun drastis pada tahun pertama

Di Indonesia, memiliki mobil baru sering kali dianggap sebagai simbol status sosial. Namun, Warren Buffett menilai pembelian mobil baru adalah keputusan yang kurang bijaksana secara finansial. Mobil baru akan mengalami depresiasi nilai yang signifikan begitu keluar dari showroom, dengan rata-rata penurunan nilai sekitar 15-20% pada tahun pertama. Dalam konteks ini, membeli mobil bekas berkualitas tinggi adalah pilihan yang jauh lebih masuk akal.
Kelas menengah Indonesia sering kali tergoda oleh tawaran kredit mobil dengan cicilan ringan, tanpa mempertimbangkan biaya operasional jangka panjang. Selain depresiasi, pemilik mobil baru harus menghadapi kenaikan pajak kendaraan, biaya asuransi, dan perawatan yang lebih mahal dibandingkan mobil bekas. Dengan memilih kendaraan bekas yang masih layak pakai, Anda dapat mengalokasikan dana untuk investasi atau kebutuhan mendesak lainnya.
2. Berlangganan sesuatu yang tidak perlu

Berlangganan layanan yang tidak digunakan secara maksimal adalah kebiasaan lain yang perlu dihindari. Layanan seperti streaming video, musik, atau aplikasi premium lainnya sering kali hanya digunakan sesekali, tetapi tetap membebani anggaran setiap bulan. Menurut Buffett, penting untuk mengevaluasi apakah pengeluaran ini benar-benar memberikan nilai tambah yang sebanding dengan biayanya.
Di era digital, banyak keluarga kelas menengah Indonesia memiliki langganan ganda untuk layanan hiburan, meskipun hanya menggunakan satu atau dua platform secara aktif. Dengan menghentikan langganan yang tidak diperlukan, Anda dapat menghemat ratusan ribu hingga jutaan rupiah setiap bulan. Dana ini dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih esensial, seperti pendidikan anak atau tabungan darurat.
3. Membeli rumah mewah yang akan memakan biaya perawatan yang lebih tinggi

Di Indonesia, keinginan memiliki rumah besar dan mewah masih menjadi impian banyak orang. Namun, Buffett menegaskan bahwa rumah mewah kerap kali menjadi "jebakan keuangan" bagi pemiliknya. Selain harga beli yang mahal, biaya perawatan seperti listrik, air, pajak properti, serta perawatan taman atau kolam renang juga sangat tinggi.
Kelas menengah sering kali memaksakan diri untuk membeli rumah di luar kemampuan mereka, baik melalui Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dengan tenor panjang maupun menggunakan sebagian besar tabungan mereka. Padahal, rumah sederhana yang nyaman dan sesuai kebutuhan sebenarnya cukup untuk menciptakan kehidupan yang bahagia. Dengan menyesuaikan gaya hidup, Anda dapat menghindari beban hutang yang berlebihan dan lebih fokus pada tujuan keuangan jangka panjang.
4. Membeli membeli barang murah dengan kualitas rendah

Dalam upaya untuk menghemat uang, kelas menengah sering kali tergoda membeli barang murah, tetapi berkualitas rendah. Sayangnya, barang seperti ini sering kali memiliki masa pakai yang pendek, sehingga memerlukan penggantian lebih cepat dan akhirnya meningkatkan pengeluaran. Buffett menyarankan untuk memilih kualitas daripada kuantitas, karena produk berkualitas cenderung lebih awet dan lebih hemat dalam jangka panjang.
Menurut laporan Ellen MacArthur Foundation, produksi plastik yang digunakan untuk barang-barang murah diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam dua dekade mendatang, yang juga berdampak buruk pada lingkungan. Dengan memilih barang berkualitas tinggi, Anda tidak hanya menghemat uang tetapi juga turut menjaga kelestarian lingkungan. Hindari budaya konsumsi barang murah yang memicu overproduksi dan polusi global.
5. Hindari judi online yang semakin memperburuk dampak sosial di masyarakat.

Dilansir ANTARA, Judi online menjadi masalah serius di Indonesia, dengan 3,7 juta orang dilaporkan terlibat dalam aktivitas ini pada 2024 dengan nominal perputaran uang lebih dari 20 miliar dolar AS atau setara Rp327 triliun. Judi online menawarkan janji kemenangan instan, tetapi lebih sering membawa kerugian besar. Satu orang kelas menengah yang terjebak dalam siklus kecanduan judi online bisa kehilangan uang lebih dari 12.000 dolar AS (Rp196,7 juta) akibat kebiasaan buruk ini.
Warren Buffett pernah menekankan pentingnya menghindari kebiasaan buruk yang merugikan, termasuk perjudian. Di Indonesia, dampak sosial judi online sangat luas, mulai dari perceraian hingga tindakan kriminal. Menghentikan judi tidak hanya melindungi stabilitas keuangan pribadi tetapi juga membantu membangun kehidupan yang lebih sehat dan bermakna.
Menerapkan prinsip hidup hemat seperti yang dianjurkan Warren Buffett adalah langkah bijak untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi. Dengan menghindari pembelian yang tidak perlu dan lebih fokus pada kebutuhan nyata, kelas menengah dapat menciptakan stabilitas finansial yang lebih baik untuk masa depan.