Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tanda Otakmu Terlalu Berlebihan dalam Memproses Sesuatu, Pahami

ilustrasi berpikir (unsplash.com/Ben White)

Pernah gak sih, kamu merasa kayak otakmu terus-terusan mikir, kayak gak bisa berhenti? Semua hal dipikirin, dari obrolan kecil sama teman, sampai hal-hal yang belum tentu terjadi. Rasanya kayak otakmu gak pernah istirahat, selalu waspada, dan siap untuk segala kemungkinan. Itu bisa jadi tanda kalau otakmu lagi kelebihan beban.

Nah, ini dia 5 tanda umum saat otak terlalu banyak memproses sesuatu dan gimana cara menghadapinya biar hidupmu bisa lebih tenang. Yuk simak!

1. Terjebak dalam kekhawatiran dan analisis berlebihan

ilustrasi overthinking (unsplash.com/Tim Gouw)
ilustrasi overthinking (unsplash.com/Tim Gouw)

Kalau kamu sering banget mikir berulang-ulang tentang satu hal, terus susah banget buat ambil keputusan karena takut salah, itu tanda otakmu lagi overthinking. Kamu jadi kayak terjebak dalam pikiran sendiri, membayangkan semua kemungkinan, baik yang masuk akal sampai yang paling absurd. Semua keputusan kecil bisa terasa berat banget, dan hasilnya? Kamu jadi capek secara mental, gampang stres, dan kadang jadi emosian.

Biasanya ini terjadi karena kita ingin punya kendali penuh atas situasi. Kita takut bikin kesalahan, jadi otak berusaha keras menganalisis semuanya supaya bisa aman. Sayangnya, alih-alih merasa lebih tenang, kita malah makin tertekan karena otak gak pernah benar-benar istirahat. Kalau dibiarkan, ini bisa memicu kecemasan kronis, susah tidur, bahkan bisa berujung ke depresi ringan. Hidup jadi terasa berat dan hubungan sama orang lain juga bisa terganggu karena kamu terlalu sibuk dengan pikiranmu sendiri.

Solusinya? Mulai dari hal kecil dulu. Coba latihan mindfulness biar kamu lebih sadar sama momen sekarang. Meditasi simpel atau latihan pernapasan dalam bisa bantu menenangkan pikiran. Kamu juga bisa mulai bikin batas waktu saat harus ambil keputusan, jadi gak kelamaan mikir. Dan kalau sudah terlalu berat, jangan ragu ngobrol sama terapis. Mereka bisa bantu kasih cara berpikir yang lebih sehat dan realistis.

2. Susah tidur karena pikiran gak mau diam

ilustrasi begadang (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi begadang (pexels.com/cottonbro studio)

Kamu sudah rebahan, lampu dimatiin, badan capek banget, tapi pikiran malah makin aktif? Kayak ada film yang terus muter di kepala, mikirin kejadian hari ini, hal-hal yang belum dikerjain, sampai hal-hal kecil yang sebenarnya gak penting. Kalau ini sering terjadi, bisa jadi itu pertanda otakmu overprocessing.

Waktu malam adalah momen ketika semua distraksi hilang, dan otak malah makin 'berisik'. Kalau kamu sering begadang karena mikir mulu, itu bisa bikin kualitas tidurmu menurun. Kurang tidur jelas berdampak ke banyak hal: kamu jadi gampang marah, susah fokus, dan badan juga jadi gampang drop.

Cara mengatasinya? Coba mulai dengan rutinitas tidur yang konsisten. Bikin suasana kamar nyaman dan tenang, hindari main smartphone atau laptop satu jam sebelum tidur, karena cahaya dari layar bisa ganggu produksi melatonin, hormon yang bantu kamu tidur. Selain itu, coba juga nulis jurnal sebelum tidur. Tulis semua yang ada di pikiran biar gak dibawa ke tempat tidur. Bisa dibilang, itu kayak 'menitipkan' pikiran sebelum tidur.

3. Muncul gejala fisik yang gak jelas sebabnya

ilustrasi gangguan pencernaan (pexels.com/Sora Shimazaki)
ilustrasi gangguan pencernaan (pexels.com/Sora Shimazaki)

Kalau kamu sering sakit kepala, otot terasa tegang, perut begah atau mual tanpa alasan medis yang jelas, bisa jadi tubuhmu lagi kasih sinyal bahwa otakmu terlalu sibuk. Stres mental itu seringkali muncul dalam bentuk fisik. Jadi walaupun gak kelihatan dari luar, tubuhmu menyimpan semua ketegangan itu.

Saat otak terus-menerus sibuk mikirin banyak hal, tubuh secara otomatis masuk mode 'siaga', kayak lagi ada ancaman. Hormon stres seperti kortisol dilepas terus-menerus, dan ini bisa bikin banyak sistem tubuh terganggu. Gak cuma bikin gak nyaman, tapi juga bikin kamu gampang lelah dan gak produktif.

Supaya tubuh dan pikiran bisa lebih seimbang, olahraga rutin sangat disarankan. Gak perlu yang berat, cukup jalan kaki, yoga, atau stretching ringan tiap hari. Makanan juga berpengaruh, hindari gula berlebih dan kafein yang bisa memperparah kecemasan. Tambahkan juga latihan relaksasi seperti pernapasan dalam atau teknik relaksasi otot progresif. Semua itu bisa bantu melepas ketegangan di tubuh sekaligus bikin otak lebih tenang.

4. Susah ambil keputusan karena takut salah

ilustrasi gagal (unsplash.com/Francisco De Legarreta C.)
ilustrasi gagal (unsplash.com/Francisco De Legarreta C.)

Kalau kamu terlalu sering mikir terlalu lama hanya untuk memutuskan hal kecil, itu tanda kamu mengalami yang namanya 'paralisis analisis'. Kamu takut salah pilih, takut menyesal, atau takut hasilnya gak sesuai harapan. Akhirnya, keputusan ditunda terus sampai kamu sendiri bingung harus mulai dari mana.

Ini sering dialami orang perfeksionis atau yang merasa semua hal harus tepat. Padahal, gak semua keputusan butuh analisis panjang. Ketakutan bikin kesalahan bisa bikin kamu kehilangan banyak kesempatan penting dalam hidup.

Untuk bisa ambil keputusan dengan lebih tenang, coba biasakan bikin batas waktu untuk setiap pilihan. Kasih waktu maksimal, misalnya 10 menit buat hal kecil, 1 hari buat hal besar. Jangan berharap keputusanmu akan selalu sempurna, karena kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Selain itu, coba juga mengurangi jumlah pilihan. Terlalu banyak opsi bikin otakmu makin bingung.

5. Cenderung menarik diri dari interaksi sosial

ilustrasi kesepian (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi kesepian (pexels.com/cottonbro studio)

Kalau kamu mulai malas ketemu orang, sering menolak ajakan hangout, dan lebih milih menyendiri, bisa jadi itu bukan cuma karena kamu introvert, tapi otakmu lagi capek banget. Kadang kita jadi terlalu banyak mikir soal apa yang akan dikatakan orang lain, takut salah bicara, atau mikirin reaksi orang lain terlalu berlebihan.

Akhirnya, interaksi sosial terasa melelahkan. Kamu mulai overthinking setiap percakapan, memikirkan apa kamu dianggap aneh, atau kenapa tadi si A mukanya datar banget pas kamu cerita. Ini semua bikin kamu makin pengin menjauh dari orang-orang, padahal kamu butuh koneksi sosial untuk tetap sehat secara emosional.

Untuk mulai bangkit, kamu gak perlu langsung ikut acara ramai. Mulai dari ngobrol santai sama teman dekat atau keluarga. Biar kamu pelan-pelan terbiasa lagi dengan interaksi sosial. Gantilah pikiran negatif yang sering muncul dengan afirmasi sederhana kayak "aku cukup baik jadi diriku sendiri". Dan kalau memang sudah sulit dikendalikan, gak ada salahnya untuk konseling atau terapi. Profesional bisa bantu kamu mengurai benang kusut di pikiranmu.

Kalau kamu merasa otakmu kayak gak pernah istirahat, terus mikir, cemas, dan capek sendiri, mungkin ini saatnya kamu mulai lebih perhatian sama kesehatan mentalmu. Lima tanda tadi bisa jadi sinyal awal kalau kamu lagi menghadapi overprocessing. Dan kabar baiknya, semua itu bisa diatasi kalau kamu mulai dari sekarang. Perbaiki kebiasaan kecil, luangkan waktu buat menenangkan diri, dan jangan ragu minta bantuan. Ingat, kamu bukan sendirian, dan mencari bantuan bukan berarti kamu lemah, itu tanda kamu peduli sama dirimu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us