5 Sebab Seseorang Ingin Tahu Pencapaian Hidup Orang Lain saat Lebaran

Bagaimana rasanya menyambut momentum lebaran di tahun ini? Apakah kamu juga merasakan pengalaman berkesan? Mulai dari pertanyaan yang di luar ekspektasi, sampai dengan pertanyaan yang menyuruh pada permasalahan privasi.
Salah satu yang membuat kita heran adalah pertanyaan tentang pencapaian hidup orang lain. Entah dalam hal pendidikan, karier, maupun pencapaian pribadi. Bahkan kita kerap merasa risih atas pertanyaan tersebut.
Lantas, mengapa seseorang cenderung ingin tahu pencapaian hidup orang lain saat lebaran? Apakah karena lima hal ini?
1. Sebagai bentuk basa-basi dalam obrolan

Lebaran seharusnya menjadi momentum untuk menyambung kembali tali silaturahmi. Tapi pada faktanya, seringkali lebaran justru dijadikan sebagai panggung bercerita tentang pencapaian. Bahkan banyak orang ingin tahu pencapaian satu sama lain di momentum yang penuh keistimewaan ini.
Apa yang mereka lakukan merupakan bentuk basa basi dalam obrolan. Saat bertemu kembali setelah lama tak berjumpa, membahas pencapaian hidup bisa jadi cara mudah untuk memulai percakapan. Tapi sisi negatifnya, seringkali basa-basi ini melewati batas sehingga membuat seseorang merasa risih dan terganggu.
2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi atas kehidupan orang lain

Salah satu yang membuat lebaran berkesan adalah perkumpulan bersama keluarga dan orang-orang terdekat. Bisa dipastikan akan ada banyak topik yang mewarnai obrolan. Salah satu yang mendominasi mungkin seseorang yang ingin tahu akan pencapaian hidup orang lain.
Jangan heran ketika kamu memperoleh pertanyaan seputar pencapaian. Terkadang orang-orang melakukan hal ini karena didasari oleh sikap kepo. Mereka tidak dapat mengontrol rasa ingin tahu yang kuat. Setiap informasi dan alur kehidupan orang lain selalu digali dengan detail untuk memuaskan rasa penasaran.
3. Terpaku oleh perbandingan yang dijadikan sebagai standar sosial

Hidup di lingkungan sosial, pasti kita sudah tidak asing dengan berbagai macam standar perbandingan. Baik dalam hal pendidikan, mengenai karier, atau mungkin standar sosial lain yang dijadikan sebagai tolok ukur utama. Di sinilah kita perlu memahami mengapa seseorang ingin tahu pencapaian hidup sesama saat lebaran.
Salah satunya terpaku oleh perbandingan yang dijadikan sebagai standar sosial. Secara alami, manusia suka membandingkan diri dengan orang lain untuk mengukur pencapaian pribadi mereka. Saat merasa orang lain memiliki pencapaian di bawah mereka, terdapat perasaan puas dan bangga.
4. Tradisi dan kebiasaan yang sudah mengakar kuat

Mungkin kamu merasa risih saat seseorang ingin tahu pencapaian hidup secara berlebihan. Apalagi pertanyaan ini saat menyambut membantu lebaran yang seharusnya diisi dengan keakraban. Di sinilah kita perlu mengetahui sebab seseorang ingin tahu pencapaian hidup orang lain saat lebaran secara detail.
Hal ini tidak terlepas dari tradisi dan kebiasaan yang sudah mengakar kuat. Di banyak budaya, termasuk di Indonesia, pencapaian seperti karier, pernikahan, dan finansial sering menjadi tolak ukur keberhasilan. Orang tua atau keluarga besar mungkin merasa perlu menanyakan hal ini karena menganggapnya sebagai bagian dari norma sosial.
5. Adanya ekspektasi sosial yang mendominasi

Jika kita membahas tentang pencapaian hidup tentu tidak ada habisnya. Karena setiap orang pasti memiliki garis pencapaian masing-masing yang tidak bisa disamaratakan. Namun yang mengherankan, ada saja pertanyaan mengenai pencapaian hidup orang lain saat momentum lebaran tiba.
Lantas, apa yang mendasari mereka terkait rasa ingin tahu tersebut? Bisa jadi ini disebabkan oleh ekspektasi sosial yang mendominasi. Mereka berekspektasi orang lain akan memiliki pencapaian hidup sebagaimana standar sosial yang sudah diberlakukan. Bahkan menganggap seseorang gagal jika tidak dapat mengikuti standar tersebut.
Membahas pencapaian hidup orang lain saat lebaran memang menjadi topik obrolan utama. Ternyata ini didasari oleh beberapa sebab di baliknya. Beberapa orang mungkin murni ingin memotivasi atau sekadar ingin tahu. Sedangkan beberapa yang lain mungkin terjebak dalam perbandingan dan standar sosial yang tidak ada habisnya.