5 Fakta Tentang Anak Terisolir, Berbeda dengan Korban Bullying

Sekolah merupakan suatu lembaga yang dianggap penting dalam memainkan peran sebagai tempat belajar anak bergaul dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan demikian, sekolah menjadi peran penting dalam mengembangkan interaksi sosial pada anak.
Banyak kita jumpai di sekolah anak-anak yang bermain dengan kelompoknya pada jam istirahat, akan tetapi tak jarang juga kita temui anak yang suka menyendiri di kelas. Fenomena inilah yang disebut dengan anak terisolir.
Anak terisolir adalah anak yang tidak memiliki relasi dengan teman sebaya dalam pergaulannya akibat penolakan oleh teman sebayanya. Jika tidak diatasi, masalah ini akan menimbulkan dampak negatif bagi anak tersebut, lho. Faktanya simak di bawah ini ya!
1. Minim interaksi sosial

Anak terisolir biasanya tumbuh dengan sedikit interaksi bahkan tanpa interaksi dengan orang lain. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh orang tua atau karena faktor lingkungan.
Peran orang tua adalah yang utama dalam mengembangkan interaksi sosial pada anak, karena orang tua dianggap sebagai komunikator dan teman bicara bagi anak anaknya.
2. Penyebabnya bervariasi

Penyebab dari terisolirnya seorang anak itu sendiri bervariasi, bisa jadi karena faktor eksternal seperti pola asuh orang tua, penampilan diri yang kurang menarik, status ekonomi, ataupun perbedaan budaya.
Selain itu, terisolirnya seorang anak bisa juga disebabkan oleh faktor internal seperti sifat pemalu, suka rendah diri, ataupun anak yang memiliki gangguan mental seperti autisme personality disorders (ADS).
3. Berbeda dengan korban bullying

Ternyata anak terisolir itu berbeda dengan korban bullying, lho. Perbedaan yang mendasar adalah pada alasan dan interaksinya.
Alasan anak terisolir menyendiri selain penolakan oleh temannya, bisa juga karena kepribadian dan minatnya yang berbeda. Sedangkan pada korban bullying menyendiri karena seringkali menjadi target kekerasan.
Dilihat dari interaksinya, anak terisolir mungkin memiliki beberapa teman dekat tetapi sering menghabiskan waktu sendiri. Sedangkan anak yang menjadi korban bully menghindari interaksi sosial karena takut menjadi sasaran lagi.
4. Tidak bersemangat

Anak anak pada umumnya akan lebih menyukai orang lain yang berapi-api ketika diajak bermain. Berbeda dengan anak terisolir, anak yang terisolir seringkali menunjukkan tidak adanya semangat dalam dirinya. Hal ini yang menyebabkan ia dijauhi oleh temannya dan terkadang memilih menyendiri saat teman temannya bermain.
5. Sulit beradaptasi saat dewasa

Anak terisolir akan mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungannya pada saat ia dewasa. Ia mungkin akan merasa canggung atau sulit dalam membangun hubungan dengan masyarakat.
Anak terisolir mempunyai sifat peragu yang dimana mereka belum bisa memutuskan pada kelompok mana ia ingin terlibat. Atau dengan kata lain mereka terlalu takut untuk memasuki suatu kelompok entah itu takut ditolak atau diejek.
Perlu diingat, bahwa anak terisolir itu berbeda dengan korban bullying jika dilihat dari alasan dan interaksinya. Oleh karena itu, penting untuk kita untuk lebih peduli dan memahami apa yang terjadi di lingkungan kita dan membantu mereka.