Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Mindset Positif yang Bisa Bikin Skripsi Jadi Lebih Menyenangkan

Ilustrasi pejuang skripsi (pexels.com/Anastasiya Gepp)

Skripsi memang kerap kali bikin stres, apalagi kalau sudah mentok di Bab 2 atau menunggu dosen pembimbing yang susah ditemui. Tapi percaya deh, salah satu hal paling penting biar proses skripsi bisa lebih lancar dan gak bikin frustasi adalah pola pikir alias mindset kita sendiri. Kadang, bukan skripsinya yang susah, tapi justru mindset kita sendiri yang bikin segalanya terasa lebih berat.

Makanya, penting banget buat kita punya mindset yang positif selama mengerjakan skripsi. Mindset ini bisa jadi fondasi kuat biar kita gak gampang nyerah, tetep semangat walau progress-nya lambat, dan bisa menikmati setiap prosesnya. Skripsi memang butuh effort, tapi bukan berarti harus selalu dibawa stres.

Berikut ini adalah tujuh mindset positif yang bisa bikin perjalanan skripsi kita jadi lebih menyenangkan. Apa saja? Yuk, simak!

1. "Skripsi itu bukan beban, tapi proyek personal"

Ilustrasi seseorang enjoy mengerjakan skripsi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sering kali kita menganggap skripsi itu sebagai beban atau bahkan musuh yang harus ditaklukkan. Padahal kalau dipikir-pikir, skripsi itu proyek pribadi yang kita pilih sendiri topiknya dan bisa banget kita jadiin ajang eksplorasi hal-hal yang kita suka.

Sebagai contoh, kalau kita suka dunia musik, kita bisa mengangkat topik skripsi soal industri musik lokal. Kalau kita tertarik dengan sosial media, kenapa gak bahas pengaruh TikTok terhadap gaya komunikasi Gen Z? Dengan mindset ini, mengerjakan skripsi bakal terasa seperti bikin karya yang punya nilai personal dan meaningful buat kita sendiri.

2. "Proses lebih penting daripada hasil akhir"

Ilustrasi pejuang skripsi (pexels.com/Gustavo Fring)

Banyak dari kita yang fokus dengan hasil akhir, seperti nilai, acc dari dosen, atau lulus cepet. Padahal, skripsi itu juga tentang proses belajar. Di sinilah kita belajar riset, menulis akademik, mengatur waktu, dan yang paling penting kemampuan untuk bertahan di tengah tekanan.

Dengan menikmati prosesnya, kita bisa lebih sabar dan gak gampang merasa gagal saat revisi datang. Misalnya, saat kita harus mengulang analisis data karena salah input, anggap saja itu bagian dari belajar. Hasil itu penting, tapi prosesnya justru yang membentuk mental kita.

3. "Revisi bukan hukuman, tapi tanda kalau kita diperhatikan"

Ilustrasi seorang pejuang skripsi mendapat banyak revisian (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Gak sedikit yang menganggap revisi sebagai siksaan tiada akhir. Tapi kalau kita mau berpikir dari sudut pandang lain, revisi sebenarnya justru menunjukkan bahwa dosen kita peduli dan ingin hasil akhir skripsi kita maksimal. Ini bentuk bimbingan, bukan vonis gagal.

Misalnya, kalau dosen meminta kita untuk memperjelas landasan teori, itu artinya beliau ingin argumen kita makin kuat. Bukan bermaksud membuat kita ribet, tapi membimbing. Toh, itu juga demi kebaikan kita, kan? Melalui proses revisi, hasil skripsi kita akan lebih berkualitas.

Oleh karena itu, gak perlu mengeluh jika kita mendapat banyak revisi dari dosen pembimbing. Kalau kita mau menerima revisi dengan mindset terbuka, prosesnya jadi lebih ringan dan gak bikin frustrasi.

4. "Gak semua harus sempurna"

Ilustrasi seseorang sedang menulis skripsi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Perfeksionisme bisa jadi jebakan berbahaya saat mengerjakan skripsi. Kita jadi terus-terusan merasa belum puas, lalu merevisi sendiri sebelum dikirim ke dosen, dan akhirnya malah mandek. Padahal, kadang yang kita butuhkan cuma ‘cukup baik’ untuk lanjut ke tahap berikutnya.

Misalnya, daripada menunggu paragraf Bab 1 kita sempurna dulu, lebih baik kirim saja dulu ke dosen agar dapat masukan. Dengan mindset ini, kita bisa bergerak lebih cepat dan menghindari overthinking yang gak perlu. Skripsi itu ibarat maraton, bukan sprint satu kali sempurna.

5. "Skripsi bukan perlombaan, tapi perjalanan pribadi"

Ilustrasi perjalanan hidup (pexels.com/Sharefaith)

Gak perlu merasa skripsi itu ajang balapan. Gak semua orang harus lulus dalam waktu yang sama. Setiap orang punya prioritas dan kondisi yang beda-beda, jadi jangan membandingkan finish line kita dengan orang lain.

Yang penting, kita tetap jalan, meskipun pelan. Karena yang dihitung bukan seberapa cepat kita selesai, tapi seberapa banyak yang kita pelajari selama perjalanan itu.

6. "Bandingkan dengan diri sendiri, bukan orang lain"

Ilustrasi seorang wanita sedang melakukan refleksi diri (pexels.com/Juan Pablo Serrano)

Salah satu penyebab stres saat skripsi adalah ketika kita mulai membandingkan diri dengan teman-teman yang kelihatan lebih cepat. Padahal, tiap orang punya ritme dan tantangan masing-masing. Fokuslah dengan kemajuan kita sendiri, bukan pencapaian orang lain.

Misalnya, kalau teman sudah sidang duluan, itu bukan berarti kita ketinggalan. Bisa jadi topik skripsi mereka lebih simpel atau mereka punya lebih banyak waktu. Yuk, hargai usaha kita sendiri dan terus maju sesuai kemampuan kita.

7. "Minta bantuan bukan tanda kelemahan"

Ilustrasi diskusi (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kadang kita gengsi untuk meminta bantuan karena merasa harus bisa semuanya sendiri. Padahal, mengerjakan skripsi itu bukan kompetisi. Kita boleh bertanya ke teman, senior, atau bahkan konsultan skripsi kalau perlu.

Contohnya, kalau kita stuck nyari referensi, kita bisa meminta rekomendasi jurnal dari teman yang sudah pernah meulis topik serupa. Dengan saling membantu, proses skripsi jadi lebih ringan dan gak terasa sendirian.

Nah, itulah tadi tujuh mindset yang bisa kita tanamkan agar skripsi bisa terasa lebih asyik dan menyenangkan. Skripsi memang penuh tantangan, tapi bukan berarti kita harus melewatinya dengan stres dan tekanan.

Dengan mindset yang positif, kita bisa mengubah proses ini jadi perjalanan yang bermakna dan bahkan menyenangkan. Skripsi gak hanya soal nilai, tapi juga tentang bagimana kita tumbuh sebagai pribadi yang lebih siap menghadapi dunia nyata.

Ingat, skripsi adalah bagian dari proses belajar dan bukan akhir dari segalanya. Jadi, yuk mulai hari ini kita ubah cara pandang kita! Hadapi skripsi dengan semangat baru, dan percaya bahwa kita pasti bisa menaklukkannya satu langkah demi satu langkah. Semangat ya, pejuang skripsi! Good luck!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us