7 Kebiasaan Unik Masyarakat Tionghoa di Indonesia Menyambut Imlek

Indonesia terdiri beraneka ragam budaya. Di antaranya adalah budaya masyarakat Tionghoa. Mereka sudah lama tinggal dan membaur dengan penduduk Indonesia. Walau telah membaur masyarakat Tionghoa memiliki perayaan tahun baru yang berbeda yaitu tahun baru Imlek. Imlek juga merupakan peringatan hari besar umat beragama Konghucu yang sebagian besar dianut oleh masyarakat Tionghoa.
Harapan masyarakat Tionghoa Imlek akan membawa berkah, keberuntungan, dan kemakmuran di tahun yang baru. Ada beberapa kebiasaan unik masyarakat Tionghoa di Indonesia saat menyambut Imlek tersebut.
Kebiasaan tersebut bertujuan agar selalu berada dalam naungan keberuntungan, berkah, dan kemakmuran. Kamu mau tahu kebiasaan unik apa saja. Ikuti penjelasan di bawah ini
1.Membersihkan rumah menjelang Imlek dan tidak bersih-bersih setelah Imlek

Seperti biasa jika ada acara atau perayaan kita selalu membersihkan rumah. Demikian juga saat menjelang Imlek. Bersih-bersih rumah sebelum Imlek dipercaya akan membersihkan atau membuang keburukan yang dialami, dilakukan satu hari sebelum Imlek.
Tiga hari setelah Imlek, masyarakat Tiongkok pantang menyapu rumah karena mereka beranggapan akan menyapu atau membuang keberuntungan yang masuk.
2.Memasang hiasan serba merah

Warna serba merah selalu identik dengan Imlek. Jadi gak heran jika ornamen, hiasan, hingga baju yang dipakai berwarna merah. Masyarakat Tionghoa percaya jika warna merah membawa hoki, kekuatan, serta kesejahteraan.
Dalam sebuah legenda masyarakat Tiongkok, tentang makhluk mitologi bernama Nian, sejenis makhluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung. Nian mengancam kehidupan, merusak tanaman, ternak, bahkan manusia.
Ia keluar setiap tahun baru Imlek. Konon, Nian takut dengan warna merah. Maka tidak heran jika Imlek didominasi dengan warna merah untuk mengusir Nian tersebut.
3.Menyiapkan angpau

Ketika Imlek saat yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak, dan remaja yaitu pembagian angpau dari orang tua kepada anaknya yang belum menikah. Apakah kamu tahu yang disebut dengan angpau? Angpau adalah uang yang dimasukkan dalam amplop berwarna merah memberikan pada tahun baru.
Angpau merupakan simbol rezeki untuk anak yang belum menikah dari orang tuanya. Juga dengan harapan penerima angpau mendapatkan keberuntungan dan bernasib baik sepanjang tahun baru.
4.Menyiapkan kue keranjang

Kue keranjang atau dalam bahasa Mandarin nian gao adalah kue tradisional Tiongkok yang identik dengan tahun baru Imlek. Konon karena bentuknya menyerupai keranjang maka disebut kue keranjang.
Rasa kue yang manis dan legit ini sebagai sesaji untuk para leluhur pada saat sembahyang. Selain itu kue keranjang bersama hidangan lain disajikan untuk para tamu serta kerabat yang datang. Bagi masyarakat Tiongkok kue keranjang bukan hanya sekedar makan tapi mempunyai makna dan pengharapan serta simbol keberkahan
5.Saat menyantap ikan tidak boleh dibalik

Saat Imlek selain rumah dihiasi dengan pernak pernik berwarna merah makanan khas Imlek juga tersedia. Salah satu adalah masakan berbahan ikan. Ikan yang disajikan tidak boleh dipotong atau utuh dan dimakan langsung dari tulang.
Uniknya menyantap ikan tersebut tidak boleh dibalik sehingga daging bagian bawah masih utuh. Maknanya jika membalik ikan adalah simbol membalik keberuntungan.
6.Mengharapkan hujan turun

Hujan di percaya memberi keberkahan pada makhluk hidup. Demikian juga masyarakat Tiongkok meyakini hal tersebut.
Maka setiap Imlek mereka berhadapan hujan akan turun. Semakin deras hujan semakin bertanda baik yaitu membawa berkah, dan rezeki yang banyak di tahun baru.
7.Pertunjukan barongsai, dan membuat suara bising saat pertunjukan

Saat Imlek selalu ada pertunjukan barongsai. Bukan hanya di Tiongkok di Indonesia juga diadakan pertunjukan tersebut. Pertunjukan ini sangat meriah dan atraktif. Diiringi suara yang bising barongsai melenggak lenggok.
Suara yang bising dari pertunjukan barongsai ini sebagai simbol mengusir pertanda buruk pada saat perayaan tahun baru Imlek.
Kebiasaan unik menyambut imlek sarat dengan makna dan melambangkan harapan baik di tahun baru. Kebiasaan ini sudah dilakukan turun menurun dan dilestarikan. Selain itu kebiasaan ini tidak hanya mempererat hubungan keluarga tetapi juga wujud rasa syukur dan penghormatan pada leluhur.